Ngunandiko.
24
Duduklah dengan tenang sampai
di panggil
RS. Persahabatan |
Sudah lebih dari 10 tahun, hampir
setiap bulan, saya memeriksakan (kontrol) kesehatan di RS Persahabatan - Jakarta, karena sejak
tahun 90-an saya menderita tekanan darah tinggi (hypertensi). Saya memilih RS
Persahabatan karena beberapa alasan ; pertama karena RS Persahabatan melayani
asuransi PT. Asuransi Kesehatan Indonesia (melayani ASKES), kedua sewaktu saya
masih aktip sebagai pegawai negeri sipil (PNS) kalau melakukan pemeriksaan (check-up)
tahunan sering di RS Persahabatan, dan ketiga saya pandang pelayanannya cukup
baik.
Berobat menggunakan fasilitas ASKES banyak suka dan juga banyak dukanya ; sukanya
karena boleh dikatakan gratis khususnya untuk penyakit-penyakit seperti
malaria, tbc, asma, thyphus dan lain-lain, sedangkan dukanya pelayanannya panjang
(lama) dan berbelit , maka orang sering mengartikan ASKES dengan Aku Sering Kesel.
Semula yaitu pada akhir tahun
90-an belum begitu banyak PNS yang berobat di di RS Persahabatan dengan menggunakan
fasilitas ASKES, saya rasa kurang dari 100 orang setiap harinya. Saya datang di RS. Persahabatan biasanya sekitar
jam 7.00 pagi – loket pelayanan belum dibuka, namun ada sekitar 10 orang yang telah
antri – selesai diperiksa oleh dokter
dan keluar dari rumah sakit pada waktu itu lk jam 10.00 pagi untuk terus ambil obat
di apotek yang ditunjuk yaitu Apotek Sana Medika lk 500 meter dari rumah sakit.
Pelayanan di apotek cukup lama tergantung dari jenis obatnya, antara jam 12.00 - 13.00 siang saya telah dapat pulang dengan
membawa obatnya.
Sejak tahun 2000-an, jika saya datang jam 7.00 pagi, maka sekitar
jam 11.30 siang – bahkan sering lebih – saya
baru keluar dari ruang dokter pemeriksa. Hal ini karena banyaknya orang yang berobat
dengan fasilitas ASKES dan dengan fasilitas GAKIN, Gakin adalah singkatan dari keluarga
miskin ( nama fasilitas yang mengerikan ya? ). Fasilitas Gakin tsb pada waktu
ini saya dengar sudah ganti nama dengan "Jamkesmas".
Lebih dari 300 orang setiap
hari yang berobat di RS Persahabatan yang menggunakan fasilitas ASKES dan GAKIN,
mereka banyak yang sejak subuh telah meng-antri. Namun sekarang proses
pendaftarannya lebih praktis, karena di bantu alat komputer – tapi komputernya
sering mati – kami tidak perlu lagi membuat
foto-copy dokumen-dokumen (surat rujukan dari Puskesmas, resep dokter, hasil
laboratorium dll).
Seperti telah saya kemukakan
saya menderita hipertensi, saya diperiksa di Poli Penyakit Dalam. Jika saya
datang jam 7.00 sekitar jam 11.30 siang baru keluar dari ruang dokter pemeriksa.
Pertama-tama saya harus menunggu (lk
2.00 jam ) di ruang tunggu RS
Persahabatan untuk mendapat SJP (SJP adalah singkatan dari Surat Jaminan Pengobatan), lalu saya ke ruang tunggu Poli Penyakit Dalam
untuk menunggu (lk 0.50 jam) diukur tekanan darah (tensi) saya oleh paramedis, setelah
itu kembali ke ruang tunggu menunggu (lk
2.00 jam) di panggil ke ruang dokter untuk di periksa oleh dokter specialis
penyakit dalam. Waktu menunggu tersebut kalau dijumlahkan lebih dari 5.00 jam, hampir
sama dengan waktu yang ditempuh KA-Ekspres Argo Muria dari Jakarta ke Semarang.
Proses membuat SJP, mengukur tekanan darah, dan
dokter memeriksa sesungguhnya cepat, bahkan sangat cepat – terutama waktu dokter
memeriksa – saya rasa kurang dari satu
menit. Waktu menunggu itulah yang panjang.
Ruang tunggu Poli Penyakit Dalam
RS Persahabatan cukup luas (cukup untuk lk 100) orang, dengan sejumlah tempat
duduk kayu, beberapa kipas angin besar, TV , dan didingnya ada papan pemberitahuan,
papan iklan obat-obatan, dan lain-lain. Ruang tunggu Poli Penyakit Dalam RS
Persahabatan sejak tahun 90-an sudah beberapa kali pindah.
Pada suatu hari saat saya
datang di ruang tunggu tersebut disitu sudah ada seorang Bapak, sebaya dengan saya, sedang
menunggu didampingi seorang wanita mungkin putrinya. Saya mengambil tempat duduk
yang kosong disebelahnya. Saya
mengangguk dan tersenyum dan dibalasnya dengan mengangguk dan tersenyum pula.
Setelah beberapa saat kami terdiam, Bapak tersebut mengatakan bahwa dia adalah
pensiunan PNS, dan menggunakan fasilitas ASKES untuk berobat, kemudian ia bertanya ; Apakah sampeyan dengan ASKES juga
?, Tanyanya !. Sambil tersenyum, saya jawab singkat “ya” !
Kami berdua kemudian terdiam
kembali, karena ada pengumuman panggilan untuk di-tensi. Setelah yakin bahwa kami berdua
tidak dipanggil, maka kami ngobrol kembali membicarakan penyakit kami masing-masing (hypertensi
yang saya derita, dan sakit lever yang diderita-nya). Selagi kami asyik ngobrol
tiba-tiba beberapa meter dari tempat kami duduk ada seorang Ibu berteriak minta
tolong ; rupa-rupanya seorang Bapak (yang diantarnya !) jatuh pingsan. Mungkin
karena lamanya menunggu. Kira-kira
10 menit kemudian terlihat paramedis RS Persahabatan membawanya pergi dengan
kereta dorong, entah kemana.
Kami hanya diam melihat dari
tempat duduk, terkejut dan sedih. Beberapa saat kemudian . . . . . dengan tidak saya duga Bapak disamping saya tersebut berkata (tampak dengan sungguh-sungguh) . . . . . bahwa dia ngeri dan takut kalau menunggu diruang tunggu Poli Penyakit Dalam ini.
Kemudian terjadi dialog antara
saya dan Bapak tersebut lebih kurang sbb :
- Saya : Lho kok ngeri . . . . . bagaimana Pak?
- Bapak tsb : Ya ! Saya ngeri dan takut kalau nunggu disini ! (sambil menunjuk papan pemberitahuan di ruang tunggu Poli Penyakit Dalam)
- Saya : “Ngeri dan takut” karena apa Pak ?
- Bapak tsb : Kita harus menunggu . . . . . sampai dipanggil . . . . . . . kan artinya sampai mati (sambil tersenyum !). Dan sekali lagi di tujuknya papan pemberitahuan di dinding Poli Penyakit Dalam !
Setelah saya baca sekali lagi
papan pemberitahuan di dinding ruang tunggu "Poli Penyakit Dalam" tersebut memang tertulis “ . . . . . duduklah dengan tenang sampai dipanggil, ah memang . . . " sampai dipanggil" . . . . . sering
diartikan orang sebagai . . . . . . ."sampai mati".
Saya mengangguk-angguk tanda
setuju, itulah ekspresi orang yang kesal menunggu ! Dan dalam
hati saya tersenyum geli, bisa saja Bapak ini.
Catatan : Ruang Tunggu Poli Penyakit Dalam di renovasi sejak Nov 2011.
Catatan : Ruang Tunggu Poli Penyakit Dalam di renovasi sejak Nov 2011.
*
Dalam kesehatan terdapat
kebebasan. Kesehatan adalah hal paling pertama dalam semua kebebasan. (Henri
Frederic Amiel ;1821 – 1881 , Penulis, Swiss)
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar