Jumat, 30 Desember 2011

Askes


Ngunandiko. 24



Duduklah dengan tenang sampai
di panggil

RS. Persahabatan
Sudah lebih dari 10 tahun, hampir setiap bulan, saya memeriksakan (kontrol) kesehatan  di RS Persahabatan - Jakarta, karena sejak tahun 90-an saya menderita tekanan darah tinggi (hypertensi). Saya memilih RS Persahabatan karena beberapa alasan ;  pertama karena RS Persahabatan melayani asuransi PT. Asuransi Kesehatan Indonesia (melayani ASKES), kedua sewaktu saya masih aktip sebagai pegawai negeri sipil (PNS) kalau melakukan pemeriksaan (check-up) tahunan sering di RS Persahabatan, dan ketiga saya pandang pelayanannya cukup baik.

Berobat menggunakan fasilitas ASKES  banyak suka dan juga banyak dukanya ; sukanya karena boleh dikatakan gratis khususnya untuk penyakit-penyakit seperti malaria, tbc, asma, thyphus dan lain-lain, sedangkan dukanya pelayanannya panjang (lama) dan berbelit , maka orang sering mengartikan ASKES dengan Aku Sering Kesel.

Semula yaitu pada akhir tahun 90-an belum begitu banyak PNS yang berobat di di RS Persahabatan dengan menggunakan fasilitas ASKES, saya rasa kurang dari 100 orang setiap harinya.  Saya datang di RS. Persahabatan biasanya sekitar jam 7.00 pagi – loket pelayanan belum dibuka, namun ada sekitar 10 orang yang telah antri –  selesai diperiksa oleh dokter dan keluar dari rumah sakit pada waktu itu lk jam 10.00 pagi untuk terus ambil obat di apotek yang ditunjuk yaitu Apotek Sana Medika lk 500 meter dari rumah sakit. Pelayanan di apotek cukup lama tergantung dari jenis obatnya, antara jam 12.00 - 13.00 siang saya telah dapat pulang dengan membawa obatnya.

Sejak tahun 2000-an,  jika saya datang jam 7.00 pagi, maka sekitar jam 11.30 siang – bahkan sering lebih –  saya baru keluar dari ruang dokter pemeriksa. Hal ini karena banyaknya orang yang berobat dengan fasilitas ASKES dan dengan fasilitas GAKIN, Gakin adalah singkatan dari keluarga miskin ( nama fasilitas yang mengerikan ya? ). Fasilitas Gakin tsb pada waktu ini saya dengar sudah ganti nama dengan "Jamkesmas".

Lebih dari 300 orang setiap hari yang berobat di RS Persahabatan yang menggunakan fasilitas ASKES dan GAKIN, mereka banyak yang sejak subuh telah meng-antri. Namun sekarang proses pendaftarannya lebih praktis, karena di bantu alat komputer – tapi komputernya sering mati –  kami tidak perlu lagi membuat foto-copy dokumen-dokumen (surat rujukan dari Puskesmas, resep dokter, hasil laboratorium dll).

Seperti telah saya kemukakan saya menderita hipertensi, saya diperiksa di Poli Penyakit Dalam. Jika saya datang jam 7.00 sekitar jam 11.30 siang baru keluar dari ruang dokter pemeriksa. Pertama-tama saya harus menunggu  (lk 2.00 jam ) di ruang tunggu  RS Persahabatan untuk mendapat SJP (SJP adalah singkatan dari Surat Jaminan Pengobatan), lalu saya ke ruang tunggu Poli Penyakit Dalam untuk menunggu (lk 0.50 jam) diukur tekanan darah (tensi) saya oleh paramedis, setelah itu kembali  ke ruang tunggu menunggu (lk 2.00 jam) di panggil ke ruang dokter untuk di periksa oleh dokter specialis penyakit dalam. Waktu menunggu tersebut kalau dijumlahkan lebih dari 5.00 jam, hampir sama dengan waktu yang ditempuh KA-Ekspres Argo Muria dari Jakarta ke Semarang. Proses membuat SJP, mengukur tekanan darah, dan dokter memeriksa sesungguhnya cepat, bahkan sangat cepat – terutama waktu dokter memeriksa –  saya rasa kurang dari satu menit. Waktu menunggu itulah yang panjang.

Ruang tunggu Poli Penyakit Dalam RS Persahabatan cukup luas (cukup untuk lk 100) orang, dengan sejumlah tempat duduk kayu, beberapa kipas angin besar, TV , dan didingnya ada papan pemberitahuan, papan iklan obat-obatan, dan lain-lain. Ruang tunggu Poli Penyakit Dalam RS Persahabatan sejak tahun 90-an sudah beberapa kali pindah.

Pada suatu hari saat saya datang di ruang tunggu tersebut disitu sudah ada seorang Bapak, sebaya dengan saya, sedang menunggu didampingi seorang wanita mungkin putrinya. Saya mengambil tempat duduk yang kosong  disebelahnya. Saya mengangguk dan tersenyum dan dibalasnya dengan mengangguk dan tersenyum pula. Setelah beberapa saat kami terdiam,  Bapak tersebut mengatakan bahwa dia adalah pensiunan PNS, dan menggunakan fasilitas ASKES untuk berobat, kemudian ia bertanya ; Apakah sampeyan dengan ASKES juga ?, Tanyanya !. Sambil tersenyum, saya jawab singkat “ya” !

Kami berdua kemudian terdiam kembali, karena ada pengumuman panggilan untuk di-tensi. Setelah yakin bahwa kami berdua tidak dipanggil, maka kami ngobrol kembali membicarakan penyakit kami masing-masing (hypertensi yang saya derita, dan sakit lever yang diderita-nya). Selagi kami asyik ngobrol tiba-tiba beberapa meter dari tempat kami duduk ada seorang Ibu berteriak minta tolong ; rupa-rupanya seorang Bapak (yang diantarnya !) jatuh pingsan. Mungkin karena lamanya menunggu.  Kira-kira 10 menit kemudian terlihat paramedis RS Persahabatan membawanya pergi dengan kereta dorong, entah kemana.

Kami hanya diam melihat dari tempat duduk, terkejut dan sedih. Beberapa saat kemudian . . . . . dengan tidak saya duga  Bapak disamping saya tersebut berkata (tampak dengan sungguh-sungguh) . . . . .  bahwa dia ngeri dan takut kalau menunggu diruang tunggu Poli Penyakit Dalam ini.

Kemudian terjadi dialog antara saya dan Bapak tersebut lebih kurang sbb :

  • Saya                               : Lho kok ngeri . . . . . bagaimana Pak?
  • Bapak tsb                  : Ya ! Saya ngeri dan takut kalau nunggu disini ! (sambil menunjuk papan pemberitahuan di ruang tunggu Poli Penyakit Dalam)


  • Saya                                   :  “Ngeri dan takut” karena apa Pak ?
  • Bapak tsb                            :  Kita harus menunggu . . . . . sampai dipanggil . . . . . . . kan artinya sampai mati (sambil tersenyum !). Dan sekali lagi di tujuknya papan pemberitahuan di dinding Poli Penyakit Dalam !
     

Setelah saya baca sekali lagi papan pemberitahuan di dinding ruang tunggu "Poli Penyakit Dalam" tersebut memang tertulis  “ . . . . . duduklah dengan tenang sampai dipanggil,  ah memang . . . " sampai dipanggil" . . . . . sering diartikan orang sebagai . . . . . . ."sampai mati".
Saya mengangguk-angguk tanda setuju, itulah ekspresi orang yang kesal menunggu ! Dan dalam hati saya tersenyum geli, bisa saja Bapak ini. 

Catatan : Ruang Tunggu Poli Penyakit Dalam di renovasi sejak Nov 2011.

*
Dalam kesehatan terdapat kebebasan. Kesehatan adalah hal paling pertama dalam semua kebebasan. (Henri Frederic Amiel ;1821 – 1881 , Penulis, Swiss)
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar