Minggu, 29 Januari 2012

Industri Ibu

Ngunandiko.25


Industri Ibu (Mother Industry)

Hampir semua negara di dunia ini mendambakan memiliki industri baja yang kuat dan tangguh. Karena industri baja adalah mother industry (ibu segala industri). Kemajuan industri baja pasti memicu penguatan sektor industri lainnya di suatu negara. Kenapa demikian, karena semua industri apalagi industri berat bertumpu pada baja. Bagaimana suatu negara bisa membangun industri alat rumah tangga, mesin jahit, elektronik, mobil, pesawat, kapal laut, senjata, perakitan mesin, konstruksi, dan lain sebagainya, jika tidak dipasok dengan baja berkualitas (Amien Rais).

Krakatau Steel

Seperti diketahui revolusi industri dimulai di Inggris kira-kira pada paruh kedua abad ke-18, kemudian menyebar ke Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang dan hampir keseluruh bagian dari planet bumi. Revolusi inilah yang menandai perubahan kehidupan ekonomi manusia, semula untuk memprodusi mengandalkan tenaga manusia dan hewan berubah menjadi mengandalkan peralatan mesin (manual labour and draft-animal–based economy towards machine-based manufacturing).
Pada abad 18, 19, dan awal abad 20 boleh dikatakan Inggris mengusai kehidupan ekonomi di bumi ini, hal itu a.l  terlihat dari luas wilayah yang berada dibawah pengaruhnya, serta bahasa dan mata uang Inggris yang digunakan dimana-mana. Namun kekuasaan Inggris tersebut kemudian  surut dengan munculnya kekuatan-kekuatan baru seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Rusia dan lain-lain. Negara-negara tersebut mampu mengurangi pengaruh Inggris karena memiliki industri yang   ditompang oleh kemampuan sumberdaya manusia dan sumberdaya  alam baik di negaranya maupun di koloni-koloninya.

Sejak revolusi industri orang mampu membuat mesin dan peralatan untuk membantu kegiatan-kegiatan  pertanian, pertambangan, transportasi, manufaktur (pembuatan barang-barang) dan lain-lain ; sehingga tercipta teknologi yang terus berkembang hampir di semua negara. Di negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Itali, Rusia, dan Jepang perkembangan teknologi tersebut tampak lebih cepat, karena mereka telah memiliki industri yang mampu membuat sendiri mesin dan peralatan. Sedangkan di koloni-koloni (sekarang disebut negara berkembang), dapat dikatakan  mesin dan peralatan belum dapat dibuatnya.
Industri yang menghasikan mesin dan peralatan dan industri yang menghasilkan energi, ditambah dengan teknologi dan kemampuan rancang bangun secara bersama akan merupakan suatu sistem produksi, sistem produksi inilah yang disini disebut sebagai industri-ibu. Secara sederhana industri-ibu adalah industri yang dapat  membuat industri atau industri yang melahirkan industri. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Itali, Rusia, dan Jepang itulah negara yang pertama-tama  memiliki “Industri Ibu”.
Industri-ibu itulah yang membuat negara-negara tersebut dapat menggengam wilayah kekuasaannya, karena dapat membuat sendiri berbagai sarana seperti ; alat transportasi ; alat untuk eksploitasi kebun & tambang ; senjata dan perlengkapan perang ; dan pabrik-pabrik yang menghasilkan berbagai barang. Dengan industri-ibu yang dimilikinya Amerika Serikat dapat membuat : alat dan sarana transportasi untuk menghubungkan seluruh wilayahnya yang luas ; alat pertanian untuk meng-eksploitasi kebun-kebunnya ; alat-alat pertambangan untuk meng-eksploitasi tambang-tambangnya ; pabrik-pabrik yang menghasilkan senjata, perlengkapan perang, barang-barang lain yang diperlukannya. Hal seperti itu juga berlaku untuk negara-negara lain yang memiliki Industri Ibu.


Negara yang memiliki wilayah yang luas dan  jumlah penduduk yang sangat banyak seperti  Brasilia ; China ; India ; Indonesia dll tidak cukup hanya memiliki industri, tetapi harus juga memiliki “Industri Ibu”. Dengan memiliki "Industri Ibu" maka negara tersebut dapat segera menyesuaikan dirinya terhadap segala perubahan yang mungkin terjadi.


Ada beberapa syarat suatu negara dapat memilik industri-ibu yang kuat. Pada dasarnya suatu negara akan dapat memiliki industri-ibu jika negara tersebut memiliki dan atau menguasai :
•    energi,
•    besi-baja, dan
•    kemampuan rekayasa & rancang bangun industri.

Sejarah mencatat bahwa  Inggris yang memiliki batubara dan bijih besi disertai kemampuan teknologi pembuatan besi-baja (iron making) dan pemurnian batubara  (refined coal), maka Inggris telah berhasil menciptakan sarana transportasi (kapal ber-mesin uap, dan lokomotip), membangun kanal-kanal dan jalan kereta api (canals and railways). Dengan adanya sarana transportasi tersebut ekonomi Inggris  dapat lebih cepat berkembang ( lihat : kereta api ).
Industri-ibu adalah perpaduan atau sinergi antara industri energi, besi-baja, dan rekayasa & rancang bangun industri. Sudah barang tentu semuanya itu harus disertai sumberdaya manusia yang berkwalitas.

Industri energi adalah industri yang menghasilkan bahan energi seperti batubara, bahan bakar minyak, bahan bakar gas, tenaga listrik dll ; industri besi-baja adalah industri yang menghasilkan besi-baja dalam arti luas termasuk mesin & peralatan ; dan industri rekayasa & rancang bangun adalah industri yang menghasilkan  kemampuan menjadikan mesin dan peralatan menjadi berbagai jenis pabrik dan sarana produksi. Kombinasi antara produk industri besi baja  ( misalnya : mesin & peralatan pabrik dll-nya), produk industri rekayasa & rancang bangun industri (misalnya : kemampuan merancang produk, merancang pabrik, melakukan  konstruksi & operasi pabrik dll-nya) ditambah dengan energi produk industri energi (misal-nya ; batubara, tenaga listrik dll-nya) itulah yang merupakan "Industri Ibu"

Sebagai gambaran pabrik sepatu, pabrik boneka, pabrik petasan, pabrik obat-obatan, pabrik minyak kelapa sawit (palm oil plant), pabrik pupuk, pabrik semen, pabrik penyulingan minyak (oil refinery plant), pabrik pemurnian batubara (coal refined plant), pabrik alat-alat elektronik (komputer, radio, TV dll), pabrik mobil, pabrik senjata, pabrik pesawat terbang dan pabrik-pabrik lainnya –   menggunakan teknologi sederhana maupun menggunakan teknologi tinggi –  pabrik-pabrik tersebut dapat berdiri dan beroperasi dengan baik, karena hasil bekerjanya perpaduan antara :
  • energi (mis : tenaga listrik, batubara dll), 
  • besi & baja (mis : tanki, reaktor, alat pemotong, alat penimbang dll), dan 
  • kemampuan rekayasa dan rancang bangun industri (mis : perancangan produk, perancangan proses, plant design, plant lay-out dan bangunan dll).
Pendek kata industri-ibu adalah industri yang melahirkan berbagai jenis pabrik dan sarana produksi.

Di masa ini dimana persaingan sengit antara satu negara dengan negara lain masih terjadi, maka tegak atau tumbangnya suatu negara tergantung dari kekuatan industri yang dimilikinya. Negara yang memiliki wilayah yang sangat luas dan  jumlah penduduk yang sangat banyak seperti  Brasilia, China, India, Indonesia dll agar dapat tetap tegak berdiri harus memiliki industri termasuk “Industri Ibu” (China dan India kiranya telah memiliki-nya).

Dengan memiliki industri-ibu, maka negara tersebut akan memiliki kemampuan  menyesuaikan dirinya dengan segera terhadap segala perubahan yang mungkin terjadi. Jika misalnya minyak bumi menjadi sangat langka, maka dengan industri-ibu yang dimilikinya negara tersebut dapat segera melakukan konversi minyak bumi dengan bahan-bahan lain (batubara, bio-energi dll), demikian hal-nya jika terjadi perubahan perubahan alat komunikasi, alat transportasi, alat & perlengkapan perang ataupun perubahan iklim. Negara yang memiliki industri-ibu akan tahan terhadap goncangan perubahan, karena negara tersebut dapat dengan segera menciptakan alat yang cocok dengan perubahan-perubahan tersebut.
Hal tersebut diatas tidak terbatas dengan perubahan yang terjadi secara alamiah, tetapi juga berlaku terhadap perubahan yang dipaksakan oleh negara-negara lain (musuh) seperti : embargo minyak, senjata,  pangan, atau embargo bahan-bahan lain. Keadaan seperti itu pernah terjadi pada saat terjadinya embargo minyak bumi (OPEC mengurangi pasokan minyak bumi) terhadap negara-negara maju, maka negara-negara maju – Amerika Serikat, Eropa Barat, Jepang dll –  yang memiliki industri ibu dapat segera menciptakan alat-alat yang hemat minyak bumi (hemat energi) bahkan menciptakan alat yang tidak lagi memakai minyak bumi.
Sesungguhnya Indonesia juga pernah mengalami hal yang serupa dimana bahan bakar minyak (BBM) karena meningkatnya beban subsidi yang harus ditanggung APBN, maka BBM tersebut perlu diganti (konversi) dengan bahan bakar gas (BBG). Indonesia kesulitan untuk segera menggantinya, karena a.l tidak segera mampu membuat alat konversi bagi alat-alat (kompor, alat masak etc ), mobil, generator dll yang semula memakai BBM menjadi memakai BBG. Jika Indonesia telah memiliki "Industri Ibu", maka pembuatan alat konversi tersebut sudah barang tentu dengan mudah dilakukannya.

Dengan memiliki “Industri Ibu”, maka Indonesia akan dapat menciptakan sendiri pabrik-pabrik yang berakar di bumi Indonesia serta sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan sesuai dengan kebutuhannya secara mandiri.

Sebelum menutup uaraian ini ada baiknya jika terlebih dahulu kita lihat posisi “Industri Ibu” di Indonesia sebagai berikut ini.

•    Pada saat ini (2012) Indonesia belum memiliki Industri Ibu, namun bibit-bibit “Industri Ibu” seperti : industri  energi,  besi-baja, dan  rakayasa & rancang bangun industri telah ada :

o    Dalam hal industri energi ; Indonesia memiliki potensi yang sangat kuat, karena memiliki  batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, tenaga surya, bio-mass dll. Disamping itu Indonesia juga telah memiliki kilang-kilang minyak & gas bumi yang dapat menghasilkan berbagai jenis bahan energi a.l BBM dan BBG ; serta telah meliliki sejumlah pusat tenaga listrik (PLTA, PLTG dan PLTU), bahkan telah mempersiapkan PLTN.
  
Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
 o    Dalam hal industri besi-baja potensi Indonesia masih lemah, walaupun telah memiliki beberapa pabrik besi-baja a.l Krakatau Steel dan lainnya yang berskala kecil. Sementara itu cadangan bijih besi yang telah diketahui di Indonesia terlalu kecil untuk membangun industri besi-baja yang kuat, namun jika Indonesia dapat bekerjasama dengan negara lain seperti Australia ( lihat : Aslia & Asean ), maka kelemahan tersebut akan dapat ditutupi. Disamping itu logam-logam lain seperti Aluminium, Mangan, Nikel, Tembaga, Timah, dll yang diperlukan pula dalam industri besi-baja tersedia dengan cukup di Indonesia.
o    Industri rakayasa & rancang bangun industri dapat dikatakan belum ada di Indonesia, namun kemampuan untuk itu telah ada a.l pada PT. Rakayasa Industri, PT. IKPT, dan PT Texmaco. Disamping itu Indonesia juga telah dapat membangun sendiri pabrik-pabrik a.l pabrik tekstil, pabrik minyak kelapa sawit, dan bahkan pesawat terbang, walaupun sebagian mesin dan peralatan masih harus di impor.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa industri adalah kumpulan pabrik-pabrik dan kegiatan yang berkaitan. Pabrik-pabrik tersebut ada yang menghasilkan produk tekstil,  gelas, semen, bahan peledak, mobil, kereta api, senjata dll. Oleh karena hal itu maka Indonesia memerlukan adanya kemampuan rekayasa & rancang bangun industri untuk setiap jenis pabrik tersebut,  apakah pabrik tersebut pabrik tekstil, bahan peledak, senjata dan lain-lain.

•    Seperti telah dijelaskan industri-ibu adalah industri yang berfungsi menghasilkan berbagai jenis pabrik, kegiatannya dalam garis besarnya :

o    membuat rancangan (design) pabrik,
o    menyediakan/memilih mesin-mesin & peralatan pabrik,
o    membangun (erection & construction) pabrik, dan
o    menjaga agar pabrik tersebut dapat terus berjalan dengan normal.

Dengan memiliki industri-ibu sendiri, maka Indonesia akan dapat menciptakan, mengembangkan, menjalankan, dan merawat sendiri pabrik-pabrik-nya sesuai dengan potensi yang dimilikinya, serta sesuai dengan kebutuhannya secara mandiri (lihat : Kemandirian). "Industri Ibu" di Indonesia sekurang-kurangnya enam puluh persen (60 %) kepemilikannya harus ditangan negara dan bangsa Indonesia sendiri, jika tidak "Industri Ibu" tersebut akan menjadi "Kuda Troya".

Demikianlah uraian singkat tentang “Industri Ibu”, semoga bermanfaat !

*
Timbul, tumbuh dan tumbangnya Indonesia Merdeka di dunia – yang besar melindas yang lemah, yang lemah makanan yang kuat, dan yang bodoh makanan yang cerdik – terutama tergantung pada industri-nya (Tan Malaka)
*