Rabu, 11 September 2019

Mutiara (George Washington)


Ngunandiko. 175




Mutiara
(George Washington)


“Ngunandiko” dengan judul "Mutiara (George Washington) ini, berisikan beberapa "quotation George Washington”, seorang tokoh terkemuka Amerika Serikat. Quotation ini dikutip secara acak dari beberapa sumber.
George Washington (1732 – 1799) adalah seorang tokoh politik Amerika, seorang militer (jenderal), dan salah seorang negarawan (Founding Father) yang ikut mendirikan Negara Amerika Serikat. George Washington adalah presiden pertama Amerika Serikat (1789 – 1797). 
Presiden George Washington

Berikut ini beberapa quotation George Washington untuk kita pelajari dan renungkan sbb :


  • Knowledge is in every country the surest basis of public happiness (Di setiap Negara, pengetahuan adalah dasar kebahagiaan publik yang paling pasti) – George Washington.





  • If freedom of speech is taken away, then dumb and silent we may be led, like sheep to the slaughter (Jika kebebasan berbicara diambil, maka kita akan bisu serta diam, mungkin  dituntun ke pembantaian layaknya seekor domba) -- George Washington.



  • A primary object should be the education of our youth in the science of government. In a republic, what species of knowledge can be equally important? And what duty more pressing than communicating it to those who are to be the future guardians of the liberties of the country? (Objek utama dalam ilmu pemerintahan adalah pendidikan anak muda. Di sebuah republik, cabang ilmu pengetahuan apa yang  lebih penting dan tugas apa yang lebih mendesak selain daripada komunikasi dengan mereka (para pemuda) yang akan menjadi penjaga masa depan kebebasan negara? --  George Washington



  • It will be found an unjust and unwise jealousy to deprive a man of his natural liberty upon the supposition he may abuse it (Ditemukan rasa ketidak adilan dan rasa cemburu yang tidak bijaksana ;  merampas kebebasan alami seseorang atas anggapan bahwa kebebasan itu akan disalah gunakan) -- George Washington.


  • We should not look back unless it is to derive useful lessons from past errors, and for the purpose of profiting by dearly bought experience (Kita seharusnya tidak menoleh ke belakang kecuali untuk memperoleh pelajaran yang berguna dari kesalahan masa lalu, dan untuk tujuan mengambil untung dari pengalaman yang telah diperoleh dengan mahal) -- George Washington.


    George Washington

    Demikianlah beberapa quotation George Washington,  seorang Jenderal yang memimpin para Patriot Amerika memenangkan perang untuk mencapai kemerdekaan.  Quotation George Washington ini merupakan sebagian dari pandangan-pandangannya yang perlu kita renungkan dan pelajari. Semoga bermanfaat.

    *
    I feel my belief in sacrifice and struggle getting stronger. I despise the kind of existence that clings to the miserly trifles of comfort and self-interest. I think that a man should not live beyond the age when he begins to deteriorate, when the flame that lighted the brightest moment of his life has weakened (Fidel Castro).

    *

    Minggu, 08 September 2019

    Cavalry (Kavaleri)


    Ngunandiko.174






    Cavalry bag ke-1
    (Kavaleri, Pasukan Berkuda)



    Dikalangan tentara (military) dikenal istilah artillery (artileri), infantry (infanteri), zeni, cavalry (kavaleri) dan lain-lain ; pada kesempatan ini “Ngunandiko” ingin membahas dan merenungkan secara singkat tentang “Cavalry” (kavaleri) atau “Pasukan Berkuda”. Diketahui bahwa “Kuda”, lebih dari 4000 tahun yang lalu, ikut mengubah peradaban manusia antara lain sebagai kendaraan dan tunggangan, utamanya dalam peperangan.


    Cavalry, military force mounted on horseback, formerly an important element in the armies of all major power. When employed as part of a combined military formation, its main duties included observing and reporting information about the enemy, screening movements of its own force, pursuing and demoralizing a defeated enemy, maintaining a constant threat to an enemy’s rear area, striking suddenly at detected weak points, turning exposed flanks, and exploiting a penetration or breakthrough (Encyclopedia Britannica).


    Kuda termasuk hewan yang pertama dipelihara oleh manusia, kira-kira 4500 tahun yang lalu. Mula-mula kuda digunakan untuk berburu, kemudian untuk berperang dan lain-lain. Pada abad ke-7 prajurit-prajurit muslim (Arab) dengan persenjataan dan kendaraan cepat yang ditarik oleh kuda, mampu menaklukkan negara-negara tetangganya di Timur Tengah dan Afrika Utara dan kemudian mendirikan sebuah imperium. Demikian pula halnya dengan Jenghis Khan, dari padang rumput yang luas di Mongolia, pada abad ke-13, dapat menaklukan wilayah luas dari pantai samudera Pacifik di timur sampai daratan Eropa di barat.

    Pasukan Berkuda Jenghis Khan
    Baik prajurit-prajurit muslim maupun prajurit-prajurit Jenghis Khan semuanya mengandalkan kekuatannya pada cavalry (kavaleri) atau pasukan berkuda, yang pada waktu itu adalah pasukan yang dapat bergerak paling cepat.  Pasukan kavaleri di zaman Yunani Kuno, juga sudah ada, seperti (phalanx dan legion) dianggap sebagai pasukan elit karena kemampuannya mendobrak baris pertahanan musuh dengan cepat dan mematikan.
    Pasukan berkuda memiliki status elit, hal ini a.l disebabkan oleh keadaan ekonomi dan sosial pada masa itu dimana hanya kaum bangsawan, tuan tanah, dan para ksatria yang boleh dan mampu membeli kuda.

    Istilah "cavalry (kavaleri)" berasal dari bahasa Latin untuk kuda (caballus), Kuda mulai digunakan untuk bertempur secara umum adalah pada abad ke-10. Sementara itu kavaleri ada kavaleri ringan atau prajurit berkuda yang digunakan terutama untuk misi pengintaian dan penghubung; serta ada kavaleri berat terutama untuk memberi efek guncangan.

    Pasukan cavalry (kavaleri)  populer dengan kuda-nya  sebagai kendaraan dan tunggangan di dalam pertempuran. Oleh karena itu kavaleri  juga disebut sebagai pasukan berkuda. Sejalan dengan  perkembangan zaman,  maka pada masa modern ini pasukan cavaleri juga dibekali kendaraan tempur antara lain tank dan panser

    Untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana perkembangan cavalry (kavaleri) di dunia secara menyeluruh, maka secara singkat adalah seperti  uraian berikut ini.

    Sewaktu manusia  dapat memelihara kuda dalam jumlah cukup besar  dan badannya telah kokoh kekuatannya (a.l untuk mengangkut orang bersenjata), maka kavaleri mulai dibentuk dan dikembangkan. Sekitar 772 SM, pasukan berkuda yang bertombak (lancer) dan yang membawa panah (bowmen),  mulai muncul di pasukan Assyria. Namun sesungguhnya orang Persia adalah yang pertama menggunakan pasukan berkuda dengan busur atau lembing sebagai senjata utama.

    Penggunaan pasukan kavaleri berkekuatan cukup besar untuk pertama kali-nya adalah di Eropa Barat  yaitu di Leuctra (Battle of Leuctra), Yunani. Ketika itu Epaminondas (meninggal  362 BC di Mantineia) ingin mengamankan sayap (flank) pasukannya, namun digagalkan oleh pasukan kavaleri Philip II dari Makedonia.  Epaminondas yang melakukan  serangan frontal dengan phalanx infanteri yang kuat,  sayap (flank) depan pasukannya dapat dihancurkan oleh serangan kavaleri Philip II. (Philip II of Macedon was the king of the kingdom of Macedon from 359 BC until his assassination in 336 BC.) adalah orang pertama yang menggunakan kavaleri sebagai bagian dari pasukannya. 

    Sebagai catatan  “The phalanx formation was a close-rank, dense grouping of warriors armed with long spears and interlocking shields. The Greek Hoplite soldier provided his own weapon (a seven or eight foot spear known as a `doru') and shield as well as breast plate, helmet and greaves”

    Dengan mewarisi pasukan dan tradisi perang Philip II itu, maka Alexander the Great (336-323 SM) mencetak kemenangan  penting dengan pasukan kavaleri-nya ketika melawan pasukan Persia dan India .

    Pertempuran di era itu   utamanya berkembang  dari barisan depan dengan formasi kompak, beberapa penunggang kuda (tanpa pelana, memegang kendali, dan mencengkeram kudanya dengan lutut),  menembus barisan pertama atau lebih, hanya dengan berkuda. Namun karena kuda adalah hewan yang relatif langka serta mahal, maka hanya para bangsawan kaya yang mampu membelinya, sehingga membatasi jumlah kavaleri serta menjadikannya sebagai bagian dari elit.

    Meskipun Roma lambat dalam mengembangkan kavaleri yang efisien, namun pengalaman pahit dengan Hannibal (khususnya di Cannae pada 216 SM) akhirnya mendorong para pemimpin Romawi untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Kavaleri Romawi mampu mengusir para penunggang kuda Hannibal dari ladang di Zama, Afrika Utara pada tahun 202 SM dan membantu mempengaruhi jatuhnya Kartago.

    Sesungguhnya dalam kavaleri hewan tunggangan para prajurit dan hewan untuk mengangkut perlengkapan perang tidak hanya dilakukan oleh kuda, tetapi juga oleh hewan lain seperti gajah. Hal tersebut antara lain terlihat dalam peperangan yang dipimpin oleh Hannibal (lk tahun 200 SM), maupun peperangan yang dilakukan oleh orang Arab (lk tahun 600 Masehi). 

    Pelana    yang digunakan dalam peperangan, serta kemudian sanggurdi, muncul pada abad pertama era Kristen dan meningkatkan efektivitas kavaleri. Orang-orang Goth mungkin menggunakan-nya dalam membinasakan pasukan Romawi di Adrianople di Asia Kecil pada tahun 378 Masehi.
    Kavaleri bertahan untuk sementara waktu, karena peradaban Romawi di bawah Kekaisaran Bizantium. Munculnya sistem feudal di barat (provinsi kaum bangsawan), dimana peperangan menghasilkan ketergantungan pada baju besi untuk pengendara dan penunggang kuda, maka para penunggang kuda tidak lagi memiliki mobilitas yang diharapkan dari kavaleri.

    Dengan demikian Eropa hampir tidak berdaya ketika bangsa Mongol di bawah Jenghis Khan pada awal abad ke-13 menyerbu dengan pasukan berkuda yang bermanuver dengan cepat dalam kolom-kolom yang terpisah jauh dan kemudian berkonsentrasi secara tak terduga pada sisi atau belakang musuh. Hanya  Asia yang terhindar dari peradaban Eropa (dari Golden Horde) yaitu bangsa Mongol yang bertingkat.

    Kavaleri Eropa, sementara itu, seperti dibius oleh superioritasnya, sampai pada titik kebodohan. Karena tidak memiliki kemampuan manuver, ia siap untuk dikalahkan oleh infantri dengan menggunakan senjata baru yang kuat, seperti busur besar, secara dramatis dilepaskan pada “Pertempuran Crecy”, Prancis, pada tahun 1346, dan senjata-senjata tua seperti tombak, yang ditempatkan oleh phalanx Swiss di tanah di sudut-sudut untuk menghentikan pasukan berkuda. Perkembangan ini menyebabkan kavaleri mengalami penurunan yang tajam.

    Pada masa “Sejarah Tengah” (abad ke-16 - ke-17”) muncul senjata dengan menggunakan bubuk mesiu, yang dapat menghentikan kemunduran kavaleri a.l dengan menambah kavaleri dengan artileri dan  mengganti tombak dengan pistol. Maju dengan berlari di kolom-kolom dalam beberapa peringkat, para penunggang kuda akan menembak dengan peringkat dari jarak dekat, kemudian kembali ke belakang untuk memuat ulang.

    Pada waktu yang kurang lebih bersamaan, kerajaan Majapahit (Raden Wijaya 1293 - 1309) dan juga kerajaan Mataram (Sultan Agung 1613 – 1645) di Jawa juga memiliki pasukan berkuda (cavalry) yang kuat, dan ditakuti oleh musuh-musuhnya.

    Sementara itu di Eropa, Gustavus Adolphus dari Swedia (1611 - 1632), meningkatkan kemampuan cavalry-nya dengan melatih  maju dengan kecepatan, dan hanya menembakkan barisan depan, kemudian mengaplikasikan pedang. Selama periode yang sama ini, Perancis memperkenalkan seorang pasukan kavaleri yang bertempur, “dragoon”. Frederick the Great of Germany (1720 - 1786) semakin meningkatkan kinerja pelatihan kavaleri tanpa henti  dan disiplin besi.

    Napoleon Bonaparte pada awal abad ke-19 mengembangkan konsep koordinasi antar kavaleri, yang mencakup kemajuan pasukan dan cadangan. Jika telah menemukan musuh, maka Napoleon  dengan kavaleri ringan dan pengawal maju, kemudian mengerahkan artilerinya untuk menerobos dengan cadangan kavaleri, menebas musuh tanpa bisa ditahani. Ada kegagalan besar seperti  di Eylau pada tahun 1807, ketika kavaleri-nya terlalu cepat; di Leipzig 1n 1813, ketika kurang kuat dan di Waterloo pada tahun 1815, ketika medan yang kasar dan menanjak membungkam efeknya. Sampai kampanye di Rusia pada tahun 1812, yang telah menghilangkan banyak pasukan veteran dan kuda-kuda Napoleon. Namun Kavaleri Prancis dalam koordinasi erat dengan artileri dan infanteri menjadi momok bagi musuh-musuh di Eropa.
     

    Americans in the US Civil War and the Indian Wars provided cavalry a final grand employment, yet the use was less in the traditional sense of overwhelming charge than in lesser missions such as reconnaissance, screening, delaying, and raids. Seldom was cavalry effective against the improved of weapon entrenched infantry, thus, in deliberate attack cavalry usually fought dismounted (Encyclopedia Americana). 
      

    Melemahnya kegiatan pertanian dan keuangan di Eropa setelah Perang Napoleon, diikuti oleh pengembangan artileri dan senjata kecil yang efektif untuk jarak jauh, sekali lagi menghasilkan penurunan tajam efektivitas kavaleri. Pujian terhadap Brigade Cahaya (1854) di Balaklava dalam Perang Krimea dirayakan lebih untuk kehilangan dan romansa daripada prestasi.

    Orang Amerika dalam Perang Sipil AS dan Perang Indian memberikan tugas besar terakhir kepada kavaleri, namun kurang berhasil. Secara tradisional biaya kavaleri lebih besar pada misi  seperti pengintaian, penyaringan, penghalangan, dan penggerebekan. Jarang kavaleri efektif melawan  infanteri dengan senjata yang ada bahkan dengan senjata lebih. Dengan demikian, dalam serangan kavaleri yang disengaja, biasanya  kavaleri sering kalah.

    Pasukan Kavaleri TNI-AD

    Di Indonesia, sejarah dari kavaleri sebenarnya mengacu pada sejarah perang kemerdekaan Indonesia. Seperti diketahui pertempuran di Surabaya pada bulan November 1945 melibatkan beberapa pemuda di Indonesia, dimana  kemudian membentuk Pusat Kavaleri (Pussenkav TNI-AD). Pada saat itu para pejuang telah menggunakan beberapa kendaraan tempur seperti panser hasil rampasan dari tentara Jepang, Belanda dan Inggris.

    Seperti telah dikemukakan dimuka, kerajaan-kerajaan di Indonesia sebelum  berdirinya Republik Indonesia sesungguhnya telah memiliki pasukan berkuda (cavalry) antara lain seperti Kerajaan Majapahit cq Raden Wijaya dan Mataram cq Sultan Agung. Bahkan seorang Adipati Jipang (Jawa Timur) juga memiliki sejumlah pasukan yang berkuda, dan sang Adipati itu sendiri, Arya Penangsang, memiliki kuda yang sangat terkenal bernama "Gagak Rimang".

    Sementara itu pada masa Revolusi Kemerdekaan 1945, kendaraan tempur hasil rampasan dari tentara Jepang, Belanda, dan Inggris (tank/kendaraan lapis baja "Panser")  sudah digunakan di beberapa daerah antara lain di Sumatra (Palembang dan Medan) ; pada akhir Desember 1949 dan pada awal tahun 1950, hasil rampasan seperti itu juga digunakan di beberapa tempat (kota) di Jawa. Hal itu didorong oleh besarnya semangat untuk memiliki pasukan kavaleri (cavalry) dan juga cita-cita untuk merdeka (bersambung).

    *

    It's hard to lead a cavalry charge, if you think you look funny on a horse (Adlai Stevenson).
     
    *
    *