Minggu, 03 Desember 2017

GOLKAR + NOVANTO

Ngunandiko. 140



Golkar + Novanto


Belum lama ini, seperti biasa saya menerima SMS dari  cucu saya, dia menanyakan pendapat saya tentang masalah yang sedang di alami oleh Setya Novanto, Ketua Umum Partai Golkar. Pembicaraan saya dengan cucu saya dalam SMS tersebut adalah sbb :

·                Cucu             :  Bagaimana Ki masalah Setya Novanto, Ketua Umum Partai Golkar , kok ramai dibicarakan orang.?

·                     Aki                  : ..Wah itu ceritanya panjang, tapi pada pokoknya Setya Novanto – yg ketum Golkar dan ketua DPR.RI —  didakwa ikut korupsi proyek E-KTP yang merugikan Negara triliunan rupiah.
·                     Cucu                    : Kan dakwaan KPK itu betul Ki ?. ..

·                     Aki                  : ..Ya menurut KPK Setya Novanto ikut korupsi proyek E-KTP. Bahkan KPK telah menahan Setya Novanto  di rutan KPK..

.·                     Cucu                     : Lalu apa yang salah Ki ?

 ·                     Aki                  : ..Langkah KPK sudah betul, tetapi masih  harus diuji lagi di pra peradilan kedua, sebelum Novanto benar-benar diadili di sidang pengadilan. Pada pra peradilan pertama KPK kalah.

.·                     Cucu              : Menurut Aki sebaiknya sikap GOLKAR bagaimana ?

  ·                     Aki                  : GOLKAR sebaiknya tunggu hasil  pra peradilan kedua. Sementara itu GOLKAR sendiri harus pula menyelidiki  Setya Novanto.(secara tertutup).

.·                     Cucu              : Oo begitu tho menurut Aki ?

  ·                     Aki                  : Ya ! Organisasi yang baik selalu melindungi anggotanya (lebih-lebih Pemimpin yg dipilihnya sendiri) dari tuduhan pihak luar, sebelum tuduhan itu terbukti benar serta membahayakan organisasi.

*
It’s just as well that we don’t believe in fair trials because we damned sure don’t have them. The presumption of innocence is now the presumption of guilt. The burden of proof is a travesty because the proof is often lies. Guilt beyond a reasonable doubt means if he probably did it, then let’s get him off the streets.” 
― 
John GrishamRogue Lawyer


*.

Jumat, 27 Oktober 2017

Orang-hitam Amerika (Black Americans)

Ngunandiko 137






Orang-hitam Amerika
(Black Americans)
Bagian. 3


Seiring berjalannya waktu, adanya pemisah “garis warna”, tidak hanya di Selatan, tapi juga di bagian negara lainnya. Garis warna memisahkan orang kulit hitam dengan kulit putih, seolah-olah suatu dinding pemisah

Hukum Jim Crow memaksa orang kulit hitam Amerika untuk tinggal di belakang "garis warna" (Jim Crow laws  were state and local laws that enforced racial segregation in the Southern United States. Enacted by white Democratic --- dominated state legislatures in the late 19th century after the Reconstruction period).

Seiring berjalannya waktu, adanya pemisah “garis warna” itu tidak hanya di Selatan tapi juga di bagian negara lainnya. Hal itu memisahkan orang kulit hitam dengan kulit putih, seolah-olah suatu dinding pemisah


Posisi orang kulit hitam di tatanan sosial Amerika Serikat pada waktu itu adalah hampir sama dengan pada masa perbudakan. Orang kulit putih di Selatan tidak mengizinkan orang kulit hitam memilih. Mereka dilarang melakukan pekerjaan yang diminati oleh  orang kulit putih. Orang kulit hitam tidak diizinkan menghadiri sekolah yang sama dengan orang kulit putih, dan sekolah-sekolah kulit hitam tidak terawat. Seperti telah dijelas dimuka menurut “Hukum Jim Crow” orang  kulit hitam Amerika harus duduk di belakang "garis warna" ; hal itu tidak hanya di Selatan tapi juga di Negara-negara bagian lain.

Namun ada orang-orang  kulit putih (sebagian kaya dan dermawan) yang  berupaya memperbaiki  kondisi orang kulit hitam. Upaya ini tampak dilakukannya dengan sungguh-sungguh. Booker T. Washington (Hampton Institute) mengajar orang-orang kulit hitam  melakukan hal-hal praktis dan berguna. Itulah adalah dasar dari program pendidikan yang disusun oleh Washington saat mendirikan Institut Tuskegee di Alabama. Para pria dan wanita muda kulit hitam di Tuskegee diajari membajak dan menanam (pertanian), memasak, mencuci, dan menjahit (ingat Sekolah Kepandaian Putri di Indonesia).

Banyak orang kulit putih dari Utara dan Selatan terkesan akan program pendidikan tersebut, dan memandang  bahwa program  Washington itu bagus bagi hubungan antar ras. Namun program itu tidak mengatakan apapun tentang hak-hak sipil atau tindakan politik atau kesetaraan sosial. Program Washington itu tidak mengatakan apapun tentang bagaimana mendidik orang kulit hitam menjadi dokter, pengacara, insinyur atau pekerja dalam profesi lain. Banyak orang kulit hitam merasa bahwa program Washington itu akan membuat orang kulit hitam lebih rendah secara ekonomi, politik, dan budaya, yang akan membuat orang kulit hitam makin terpisah.

Pada tahun 1909, di Amerika Serikat, berdiri Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Berwarna (The National Association for the Advancement of Colored People atau NAACP), asosiasi ini didirikan oleh sekelompok orang kulit hitam dan kulit putih yang percaya bahwa orang kulit hitam harus memiliki hak yang sama seperti yang dinikmati warga negara lain. NAACP menentang program Booker T. Washington dengan alasan bahwa orang kulit hitam akan terus dipandang sebagai warga kelas dua. W.E.B. Du-Bois, salah satu pemimpin NAACP, mengatakan bahwa orang kulit hitam itu sesungguhnya hanya menuntut hak mereka sendiri ; yaitu hak politik, sipil dan sosial milik warga Amerika Serikat yang bebas. Du-Bois menyatakan, orang hitam tidak akan berhenti melakukan protes, sampai hak-hak itu didapat,  The Guardian, yang diedit oleh W. Monroe Trotter (1872 - 1934), dan Chicago Defender, yang diedit oleh Robert S. Abbott, adalah surat kabar hitam yang mendukung pendirian DuBois. Dalam upaya untuk mendapatkan hak  dihadapan hukum, NAACP mengajukan tuntutan di pengadilan dan mengajukan petisi ke Kongres dan ke cabang-cabang lain dari pemerintah federal. NAACP juga membuat seruan untuk hati nurani orang Amerika.  

Pada tahun 1910 didirikan oleh orang kulit putih dan orang kulit hitam National Union League (NUL). Organisasi ini terutama didirikan untuk memperbaiki kondisi kehidupan dan mencarikan kesempatan kerja bagi orang kulit hitam di kota-kota.

Sejumlah orang kulit putih bekerja dengan orang kulit hitam di organisasi- organisasi serupa itu, namun orang kulit putih rata-rata tidak pernah mencoba untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya dipikirkan dan dirasakan oleh orang kulit hitam. Beberapa orang kulit putih membaca koran orang hitam, majalah, atau buku --- namun sangat sedikit yang membaca puisi Paul Laurence Dunbar (Dunbar was born in Dayton, Ohio to parents who had escaped from slavery; his father was a veteran of the American Civil War, having served in the 55th Massachusetts Infantry Regiment and the 5th Massachusetts Colored Cavalry Regiment. His parents instilled in him a love of learning and history. He was a student at an all-white high school, Dayton Central High School, and he participated actively as a student. During high school, he was both the editor of the school newspaper and class president, as well as the president of the school literary society. Dunbar had also started the first African-American newsletter in Dayton) --- sehingga hampir tidak ada orang yang bisa menduga betapa orang kulit hitam merasa semakin terisolasi dari masyarakat kulit putih, dan semakin bergantung pada institusi bantuan. Gereja orang hitam (The Black church) menjadi tidak hanya sumber pembaharuan spiritual tapi juga pusat kehidupan sosial dan aktivitas masyarakat hitam.

Tapi orang hitam Amerika tetap teguh dalam patriotisme mereka. Saat dimulainya Perang Spanyol-Amerika, dua puluh dua (22) orang kulit hitam termasuk korban ketika Maine diledakkan dari pelabuhan Havana, Kuba, pada tahun 1808. Dalam pertempuran San Juan Hill, pasukan hitam dari kavaleri kesembilan dan kesepuluh bertempur dengan gagah berani bahu membahu dengan First Volunteer (Cavalry Rough Riders) yang terkenal itu.


Utara sepertinya menjanjikan kehidupan yang lebih bebas serta banyak pekerjaan  (akibat peningkatan produksi pertahanan dan berkurangnya imigrasi, telah menciptakan kekurangan tenaga kerja di Utara). Namun ternyata pindah ke Utara itu tidak sepenuhnya benar dan merupakan langkah yang tergesa-gesa.

Ketika Perang Dunia I pecah di Eropa, ribuan orang kulit hitam mulai meninggalkan Selatan. Hal ini mengkhawatirkan orang-orang kulit putih di Selatan yang melihat sumber tenaga kerja murah terkuras habis. Politisi  dan pejabat publik Selatan berusaha menghentikan migrasi tersebut. Tapi migrasi orang kulit hitam tetap berjalan.
Utara sepertinya menjanjikan kehidupan yang lebih bebas serta banyak pekerjaan terutama di kota-kota Utara (akibat peningkatan produksi pertahanan dan berkurangnya imigrasi telah menciptakan kekurangan tenaga kerja di Utara). Ternyata pindah ke Utara tidak sepenuhnya benar dan merupakan langkah yang tergesa-gesa, sebagian besar orang kulit hitam tidak pernah mendapatkan upah tinggi dari industri Utara. Orang-orang hitam mulai memahami pentingnya arti pemungutan suara, mengambil bagian dalam urusan kewarganegaraan, dan menyuruh anak-anak mereka ke sekolah yang layak.
Pendatang baru kulit hitam segera mengetahui bahwa Utara bukanlah suatu sorga. Semakin banyak orang kulit hitam pindah ke Utara, kondisi kehidupan di Utara semakin buruk. Penduduk kulit hitam di kota-kota Utara seperti Chicago, Detroit, New York, Philadelphia, dan Pittsburgh menjadi berlipat ganda sampai tiga kali lipat dalam tahun-tahun antara tahun 1914 dan 1960. Perumahan sangat buruk, seringkali  sepuluh orang tinggal di satu kamar (single room), pemeliharaan sanitasi buruk atau bahkan tidak ada sama sekali. Orang kulit hitam tinggal di bagian paling miskin, tapi harus membayar yang uang sewa tinggi. Ketika orang kulit hitam  mencoba pindah ke lingkungan yang lebih baik,  orang kulit putih sering bersatu untuk merintanginya. Sepanjang tahun-tahun perang, terjadi kerusuhan rasial di Utara, dan di Selatan, lebih dari 270 orang kulit hitam dihukum mati (dibunuh secara tidak sah oleh massa) dalam waktu kurang dari empat tahun.

Ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia I pada tahun 1917 ; 400.000 orang kulit hitam mulai ikut perang, bergabung dengan 20.000 tentara kulit hitam yang sudah berada di Angkatan Darat dan Garda Nasional. Pasukan orang kulit hitam bertugas  mengisi persediaan, membuat perkemahan tetap bersih, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain. Lebih dari separuh dari 200.000 tentara kulit hitam yang dikirim ke Eropa bertugas di batalion buruh (labor battalion).   Beberapa unit pasukan orang hitam ikut bertempur  seperti “Infanteri New York ke-369” dan  “Infanteri ke-370”. Infanteri ke-370 memperoleh medali  “Croix de Guerre”.

Saat Perang Dunia I berakhir, orang kulit hitam pria berada dalam kesulitan yang lebih besar daripada sebelumnya. Pemisahan dan diskriminasi sangat kuat. Pada tahun 1919 ada 26 kerusuhan rasial di Amerika Serikat. Di kota-kota Utara terjadi persaingan sengit antara kulit putih dan kulit hitam   untuk memperoleh pekerjaan dan perumahan. Di Selatan, lynchings (Lynching adalah penganiayaan, penggantungan, penembakan atau penikaman oleh massa. Dulu, pelaku kejahatan-kejahatan seperti ini tidak dihukum. Ribuan warga kulit hitam Amerika tewas akibat lynching dari tahun 1880an sampai 1960an) meningkat. NAACP berhasil mengajukan rancangan undang-undang anti-lynching di Kongres pada tahun 1921. Namun, para senator dari Selatan menentangnya, sehingga rancangan itu (RUU) kalah pada saat pengambilan keputusan pada tahun 1935 dan 1940.

Di tahun 1920-an, banyak orang hitam Amerika merasa takut, karena lambatnya kemajuan dalam memperoleh hak-hak sipil. Mereka sebagian tertarik pada Universal Improvement Association (UNIA), yang di-organisir oleh Marcus Garvey pada tahun 1916. UNIA mendukung sebuah gerakan "kembali ke Afrika", dengan alasan bahwa orang kulit hitam Amerika tidak akan pernah bisa memperoleh haknya di Amerika.

Salah satu hasil sosial dari migrasi orang hitam ke Utara dan Perang Dunia I adalah kebangkitan kesadaran ras. Hal ini tercermin dalam sebuah gerakan budaya yang dikenal dengan New Negro Movement (juga disebut the Harlem Renaissance atau the Black Renaissance). Kota New York adalah pusatnya. Antologi (anthology) “The New Negro” --- publikasi tahun 1925, yang diedit oleh Alain Locke --- menciptakan gairah baru dalam kehidupan orang hitam. Claude McKay, James Weldon Johnson, Countee Cullen, Langston Hughes, dan Arna Bontemps adalah penulis terkemuka “hitam”. Pada tahun-tahun berikutnya, ketenaran besar dimenangkan oleh penyanyi “hitam” Roland Hayes, Marian Anderson, dan Dorothy Maynor; musisi W.C Handy dan William Grant Masih, dan pemain teater Paul Robeson, Bill (Bojangles) Robinson, Kanada Lee, dan Ethel Waters. Beberapa pelukis “hitam” ternama termasuk Horace Pipin, Jacob Lawrence, dan Henry G. Tanner.

Peneliti dan ilmuwan kulit hitam memberikan kontribusi penting. Sejarawan Carter G. Woodson mendirikan Asosiasi untuk Studi Kehidupan Negro (the Association for the Study of Negro Life) dan Sejarahwan-Sosiolog E. Frankiln Frazier dan Charles S. Johnson mendapat pengakuan internasional atas pekerjaan mereka. Percy L. Julian membuat penemuan perintis dalam penggunaan kedelai. Daniel H. Williams pertama kali berhasil melakukan operasi hati manusia, dan Charles R. Drew adalah otoritas terkemuka dalam pelestarian plasma darah.

Dapat pula dikemukakan Jesse Owens adalah atlet kulit hitam yang memenangkan medali emas untuk Unite States di Olimpiade tahun 1936. Dan salah satu atlet paling terkenal di dunia adalah petinju kulit hitam Amerika Joe Louis.

Pada masa itu mulai terkenal dan memenangkan berbagai penghargaan karya-karya dengan tema hitam, yang ditulis atau diperani oleh orang kulit putih, seperti All God's Chillun Got Wings (1924) dan The Emperor Jones (1920) oleh Eugene O'Neil ; dan In Abraham's Bosom oleh Paul Green. Selain itu DuBose Heyward menulis opera Porgy and Bess dengan musik dan lirik oleh George dan Ira Gershwin.

Musik hitam --- spiritual dan jazz --- dimainkan di mana-mana. Harley T. Burleigh, R. Nathaniel Dett, dan J. Rosamond Johnson mendapatkan pujian atas pengaturan spiritual dan komposisi musik lainnya. W.C Handy mendapat pengakuan nasional atas "St Louis Blues" -nya dan membawa musik Amerika baru yang dikenal sebagai blues. Jazz adalah jenis musik lain yang diciptakan oleh orang kulit hitam Amerika. Musisi jazz pertama bermain di New Orleans pada akhir 1800-an dan awal 1900-an. Mereka kemudian pindah ke Chicago, menjadikan kota itu pusat jazz. Beberapa pemimpin band jazz seperti Louis (Satchmo) Armstrong, Fletcher Henderson, Edward (Duke) Ellington dan William (Count) Basic menjadi terkenal dengan gayanya.

Dalam musik klasik, Roland Hayes, Paul Robeson, dan Marian Anderson mendapat perhatian internasional atas penampilan mereka di kota-kota Eropa dan Amerika terkemuka.

Oscar Stanton

Orang kulit hitam juga mulai mengembangkan kekuatan ekonomi dan politik. Daya beli mereka (uang yang bisa mereka keluarkan untuk barang dan jasa) melonjak dari beberapa juta dolar pada tahun 1928 sampai beberapa miliar dolar pada tahun 1941. Oscar Stanton De Priest (1871 – 1951) American Republican politisi adalah orang hitam pertama di Kongres sejak masa Rekonstruksi, Oscar DePriest, terpilih dari Illinois pada tahun 1982.

Presiden Frankiln D.Roosevelt menunjuk beberapa orang kulit hitam ke posisi pemerintah. Ralph Bunche (1904 - 1971) memegang jabatan di Departemen Luar Negeri, sebelum menjadi wakil sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Roosevelt menentang diskriminasi rasial dan ketidakadilan yang ditujukan pada orang miskin. Program "New Deal" -nya Frankiln D.Roosevelt membantu:

  •      mengurangi kemiskinan dan kelaparan,
  •        memulai pemulihan nasional dari depresi ; dan
  •         memulai reformasi ekonomi yang telah ditetapkan.
Orang kulit hitam sangat diuntungkan dari program New Deal tersebut. Mereka bisa mendapatkan pekerjaan, mendapatkan pinjaman untuk membeli rumah; untuk memiliki rumah sakit, bangunan perguruan tinggi, dan taman bermain. Dan tinggal di perumahan pemerintah federal dengan biaya yang rendah. Aktor, penulis, dan artis kulit hitam juga mendapatkan pekerjaan di proyek-proyek federal.

Pada tahun 1940 setidaknya ada sedikit perubahan dalam sikap rasial di Amerika Serikat. Persaingan di seluruh dunia antara demokrasi dan fasisme, dan kebutuhan akan demokrasi untuk membuktikan keberadan dirinya, telah membantu terjadinya perubahan dalam sikap rasial. Upaya orang kulit hitam juga membantu. Tapi semua ini hanyalah sebuah langkah di jalan panjang menuju kesetaraan penuh dalam hak-hak sipil (bersambung).
*

I believe in Liberty for all men : the space to stretch their arms and their souls, the right to breathe and the right to vote, the freedom to choose their friends, enjoy the sunshine, and ride on the railroads, uncursed by color; thinking, dreaming, working as they will in a kingdom of beauty and love (W. E. B. Du Bois)


*

Sabtu, 02 September 2017

Leo Tolstoy

Ngunandiko.133





MUTIARA
(LEO TOLSTOY)


Ngunandiko dengan judul "Mutiara (Leo Tolstoy)" ini berisikan beberapa "quotation" dari Leo Tolstoy (1918 -2013), hal ini dimaksudkan untuk mengenang seorang satrawan Rusia yang mashur, serta merenungkan dan membahas gagasan-gagasannya.

Leo Tolstoy
"Quotation" ini diambil secara acak dari beberapa sumber, hal ini untuk menggambarkan pandangan-pandangan Leo Tolstoy tentang berbagai masalah sosial dan lain-lain agar  kita dapat mengingatnya dan merenungkannya kembali. Quotation-quotation tersebut antara lain adalah sbb:
  • Semua orang berpikir merubah dunia, tetapi tak seorangpun berpikir merubah dirinya sendiri (Leo Tolstoy).
  • Freethinkers are those who are willing to use their minds without prejudice and without fearing to understand things that clash with their own customs, privileges, or beliefs. This state of mind is not common, but it is essential for right thinking (Leo Tolstoy).
  • A quiet secluded life in the country, with the possibility of being useful to people to whom it is easy to do good, and who are not accustomed to have it done to them; then work which one hopes may be of some use; then rest, nature, books, music, love for one’s neighbor — such is my idea of happiness (Leo Tolstoy).



  • . . . . . . . bukan hanya kebanggaan intelek, tapi kebodohan intelek. Dan lebih dari pada itu adalah ketidakjujuran (ketidakjujuran intelek), memang ketidakjujuran dan tipu daya intelek itulah yang paling jahat (Leo Tolstoy).
  • The two most powerful warriors are patience and time. (Leo Tolstoy). 
Leo Tolstoy secara luas dianggap sebagai salah seorang novelis yang terbesar. Disamping itu sebagai seorang filsuf moral terkenal karena gagasan-gagasannya tentang perlawanan tanpa kekerasan, ia mempengaruhi tokoh-tokoh abad ke-20 seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King Jr.  Semoga bermanfaat !

*
Tolstoy was “the greatest of all novelists,” these observational powers elicited a kind of fear in readers, who “wish to escape from the gaze which Tolstoy fixes on us.” (Virginia Woolf)


*

Kamis, 10 Agustus 2017

BUKU

 Ngunandiko 131





Buku



Buku telah lama dikenal  oleh manusia.  Sejak zaman purbakala, buku digunakan oleh manusia sebagai sarana untuk menyebarkan faham, ilmu pengetahuan . . . . . .


Buku
Buku menurut “Ensiklopedi Umum” adalah lembaran kertas yang  dicetak, dilipat, dan diikat bersama pada punggungnya. Pada zaman purbakala bahan yang digunakan untuk buku bukan kertas, melainkan bermacam-macam lain, antara lain kulit kayu.
Seperti diketahui buku telah dikenal sejak zaman purbakala, dan  digunakan oleh manusia sebagai sarana untuk menyebarkan faham, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Misalnya kita mengenal buku  Mahabarata atau Ramayana, kita mengenal buku suci Injil atau Al’Quran, kita mengenal buku Kalatidha atau Wedhatama, dan sebagainya.
Namun pada waktu ini, buku  mendapatkan saingan dari produk teknologi digital, dimana  memungkinkan orang menyebarkan informasi (faham, ilmu pengetahuan, dan lain-lain) dalam beragam jenis dan dalam jumlah yang sangat besar kesegenap penjuru angin secara bersamaan,
Pada kesempatan ini, “Ngunandiko” ingin, secara singkat membahas dan merenungkan hal-hal yang berkaitan dengan buku.


Pada mulanya manusia hanya membuat satu   tulisan atau gambar, dengan berjalannya waktu, tumbuh kemampuan manusia   melipat  gandakan (memperbanyak) tulisan dan gambar itu.

Pada zaman purbakala atau zaman dahulu kala, buku adalah untuk menjaga  hilangnya  kisah atau dongeng-dongeng,  doa-doa, upacara-upacara pemujaan, sisilah keluarga raja-raja, hukum atau aturan-aturan, formula pembuatan obat-obatan, hasil-hasil pengamatan alam dan lain-lain yang bersifat lesan; dimana dengan berjalannya waktu manusia tidak mampu mengingatnya lagi. Hal-hal seperti kisah atau dongeng-dongeng lisan tersebut diatas, kemudian ditulis atau digambar oleh manusia dalam apa yang kemudian disebut sebagai bukubuku. Kisah atau dongeng-dongeng lisan  itu, merupakan isi dari buku-buku itu. 
Pada mulanya manusia hanya mampu membuat satu   tulisan atau  gambar,  Kemudian manusia  manpu melipat gandakan (memperbanyak) tulisan dan gambar, sehingga tulisan dan gambar itu disalin dan dibuat sesuai kebutuhan. Kemampuan manusia melipat gandakan tulisan dan gambar itu berpengaruh  signifikan terhadap sejarah perkembangan budaya, utamanya di Barat. Di Roma kuno   ratusan  karya penulis yang populer bisa dilipat gandakan  dalam waktu yang relatif singkat. Bahkan kemudian  suatu alat cetak (printer) bisa menghasilkan ribuan eksemplar tulisan dan gambar, bahkan jutaan.
Kemampuan manusia menulis dan menggambar adalah jauh lebih tua dari pada kemampuan manusia membuat  buku. Manusia pada awalnya menulis dan menggambar pada permukaan benda-benda yang mudah rusak (daun dll),  kayu (kulit-bambu dll), tanah lempengan tanah liat, batu, dan logam. Kumpulan Undang-undang dan Gilgamesh Epic (Epik Gilgames sebuah puisi epik dari Mesopotamia dan merupakan salah satu di antara karya sastra paling awal yang dikenal; Wikipedia) mula-mula ditulis pada benda yang mudah rusak; demikian juga naskah-naskah kuno Mesir, Yunani, Roma ; dan lain-lain. Tulisan-tulisan itu disebut "volume" dari bahasa Latin columen  (roll), dipeliharanya tulisan-tulisan itu menunjukkan adanya kontinuitas dari tradisi. Kumpulan tulisan itu yang semula berupa roll (gulungan), dan terbatas sifatnya, kemudian menjadi bersifat permanen dan diterima secara universal. Roll (gulungan) diproduksi dan disebarkan (dijual) dalam berbagai standar ukuran, dibaca dan dikumpulkan seperti halnya buku sekarang. 
Di Eropa mula-mula orang menggunakan “papyrus”, semacam kulit pohon yang dikeringkan, disambung dengan perekat, dan digulung dalam wadah berbentuk silender. Seperti di jelaskan  dimuka, silender ini disebut dalam bahasa Yunani “volume” sampai sekarang masih digunakan dalam bahasa Inggris dan Perancis. Papyrus terdapat di negeri-negeri di sekitar Laut Tengah, terutama di  Mesir. Dalam abad ketujuh orang Arab di  Mesir mempersulit ekspor papyrus ke Eropa, sehingga kemudian di Eropa  yang dipakai adalah  “perkamen” (kulit domba, anak sapi, keledai) yang dimasak menjadi tipis dan licin. Perkamen ditulis, dilipat dan disusun dengan  tangan dalam bentuk buku seperti sekarang. Karena perkamen itu mahal sekali pembuatannya, maka lembaran buku lama sering kali digosok sampai  bersih  dan ditulisi kembali (palimpaset). Di India, China, dan Indonesia  digunakan daun pohon tal atau “lontar” ; di Babylon dan Assiria digunakan tanah liat yang dibuat persegi datar (lempengan). China mula-mula menggunakan kain sutera untuk ditulisi dan diberi gambar,  kemudian menggunakan kertas yang dibuat dari potongan-potongan kain. Cara membuat  kertas ini kemudian dibawa oleh orang China ke Eropa dalam abad ke-empat belas. 
Sekitar 1300 tahun sebelum  Masehi  (BC), di China telah ada buku. Buku-buku itu dari daun palem (lontar) atau strip batang bamboo yang diukir (tulisi). China disekitar  200 tahun setelah Masehi (AC), dapat membuat kertas, mula-mula kertas itu dibuat gulungan kertas yang ditulisi dengan sejenis tinta. Kemudian pada tahun 500 Masehi, China menggunakan gulungan kertas itu untuk membuat buku (yang selain ada tulisan juga ada gambar kaligrafi) seperti buku dari daun palem atau strip batang bambu sebelumnya.
Dalam masa kebesaran  Yunani  dan  Romawi, banyak budak diharuskan menyalin buku dengan tangan. Di abad pertengahan di Eropa,   pekerjaan  itu  dilakukan oleh para biarawan.  Sedangkan di Negara-negara  lain, dilakukan oleh kaum cendekiawan dan ulama.
Di abad kelimabelas ditemukan dasar-dasar pencetakan oleh Johann Guntenberg (died February 3, 1468—aged 70) di Mainz (Jerman) dan Laurens Janszoon  Koster (1370 - 1440)   di  Harleem (Nederland). Kemudian  pembuatan  buku itu berkembang dengan sangat pesat.


Penemuan mesin cetak adalah  peristiwa  terbesar sepanjang sejarah   buku. Peristiwa   itu, terjadi pada awal era modern—Abad ke-15,  buku jadi sarana penting bagi perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan lain-lain.

Penemuan mesin  cetak  atau alat percetakan dari logam adalah awal   adanya buku   (Printed Book). Penemuan   itu   menyebabkan buku dapat dicetak (diproduksi)  dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatip singkat (mass production). Penemuan mesin cetak dikatakan  sebagai  peristiwa terbesar sepanjang sejarah buku. Peristiwa penemuan mesin cetak itu terjadi pada awal era modern—Abad ke-15, yang memungkinkan buku sebagai sarana penting bagi :

  • transmisi budaya ;
  • penemuan ilmiah dan kemajuan teknologi;
  • perkembangan social;
  • perkembangan  komunikasi ; dan
  • Lain-lain.    
Pada abad ke-15, buku cetak   disebut incunalbe atau incunabulum dari kata Latin (Inggris : band swaddling atau cradle). Buku produksi, pada masa  awal pencetakan adalah tebal dengan ukuran quarto, dan dibungkus (cover) kayu. Buku itu,  tidak  memiliki halaman judul, namun halaman pertama sering dihiasi  teks surat-surat awal; dengan batas yang terang dan seringkali berwarna. Warna hiasan awal itu, paling sering merah dan biru, namun hiasan lainnya juga sering muncul   sepanjang   teks.


Gutenberg
Johann Gutenberg is nearly universally credited with being the inventor of the printing press, and the father of the modern printed book. Gutenberg was an early communications catalyst who invention of the printed book opened up the world to the quick and efficient spread of knowledge and ideas ( Encyclopedia Britannica).          .

Pada 1456, sekitar dimulainya masa pencerahan (Renaissance),  Johann Gutenberg memproduksi buku di Jerman, yang mungkin merupakan buku pertama yang dicetak dengan mesin cetak. Buku itu adalah Alkitab,  mesin cetak Gutenberg itu membuka jalan menuju produksi massal (mass production), dan juga buku yang diproduksi dengan bentuk yang indah (beautiful book). Pada  awalnya,   “cetakan popular”   ditulis dengan tangan. Beberapa waktu setelah itu, muncul “cetakan    lain” . Penemuan mesin cetak telah mengubah buku, begitu pula dunia,  makin banyak orang bisa  membaca.
Seperti telah dijelaskan dimuka, buku yang dicetak sebelum 1500 disebut incunabula (“cradle”),  periode ini merupakan masa awal pembuatan buku.
Ahli-ahli Taurat, pada abad pertengahan,   merubah  warna buku dengan mewarnai buku dengan pena. Buku cetak,  membutuhkan   cetakan bagi setiap warna, oleh karena itu pencetak segera berhenti    meniru manuskrip kuno. Tulisan dan gambar   hitam-putih   paling sering digunakan, meski beberapa diwarnai dengan tangan.
Pada masa itu, mengukir kayu (wood cutting) adalah sistem pencetakan gambar yang paling  cocok. Gambar diukir di papan kayu dan  di media dengan teksnya. Gambar dan teks dapat dicetak  bersama-sama.
Sebagai gambaran dapat dikemukakan, Florence (Italia)  adalah  pusat pencetakan dan penerbitan. Hasil   cetakannya ; antara ilustrasi, tipe,  dan ukuran margin menjadi serasi. Buku-buku Florentine sangat  menyenangkan, karena para perancang (designer) tidak meniru tampilan manuskrip kuno, tetapi mengembangkan ilustrasi sesuai dengan mesin cetak. Bentuk buku saku  ditemukan  di Venesia. Pada tahun 1501,  Aldus Manutius (1450 - 1515) menerbitkan buku-buku (buku saku) Yunani klasik. 
Ketika buku masih dibuat dengan tangan, hanya orang  kaya  saja  yang  membeli beberapa jilid, orang kebanyakan hanya dapat melihatnya. Seiring dengan bertambah panjangnya tulisan-tulisan didalam buku, maka   perlu antara lain  adanya :

  • judul ;
  • nama  penulis ;
  • pencetak (printer);
  • penjual  buku ;
  • illustrator, dan lain  sebagainya.
Bentuk dan tata letak buku berkembang pada tahun 1550,  dengan  sedikit perubahan tata letak masih digunakan sampai sekarang. Pada waktu itu seperti yang telah diterangkan dimuka,  halaman  pertama buku adalah judul yang pendek, kemudian  judul lengkap , penulis, penerbit, tanggal penerbitan dan kota dimana buku itu diterbitkan. Jika penerbitnya  berbeda, dibalik halaman judul ada informasi tentang hak cipta dan  pencetak (printer). Selanjutnya adalah halaman untuk dedikasi, daftar isi, daftar ilustrasi atau pengantar, dan teks yang dibagi menjadi beberapa  bab, catatan (sering ditemukan di kaki setiap halaman dalam teks), lampiran, biblilografi digunakan sebagai referensi, dan indeks.
Tipe huruf cetakan yang dipakai ada tiga gaya (corak) : gothic, roman, dan italic. Huruf gothic menyerupai huruf pada manuskrip,  populer di Inggris dan Jerman. Orang-orang di Jerman saat ini menggunakan huruf gothic, sedangkan di Inggris,  setelah abad ke-17, tidak  lagi digunakan, kecuali pada Alkitab. Huruf Roman adalah paling populer di mana artikel dicetak, sementara itu kata-kata dicetak miring.
Sampai kira-kira abad ke-20, mengikat atau menjilid buku  diatur oleh para pembeli, Pada akhir abad ke-15, buku mulai dicap dengan nama si pencetak (printer), namun mengikat atau menjilid sering dirancang oleh sang kolektor dengan memakai nama dan gaya mereka. Pada abad ke-16,  Thomas Mahieu dan Jean Grolier de Servieres (1479 - 1565) adalah orang Prancis, mereka adalah salah satu kolektor buku-buku bagus yang terkenal.
Dalam 5 ratus tahun terakhir, mengikat (menjilid) buku  pelan-pelan berubah Setiap bagian dilipat (dijahit) disatukan pada papan atau kulit. Penutup dihias dengan garis polos,  warna emas, atau warna dicap dengan stempel kuningan.
Tepi buku dilapisi emas, perak,  atau  warna  sesuai dengan ikatannya. Semula pelapisan itu dilakukan oleh  tangan manusia. Selama abad ke-17 Samuel Mearne (orang Inggris) menghasilkan suatu tipuan untuk bukunya, jika buku itu tertutup rapat akan tampak memiliki tepi bersepuh biasa, tetapi saat halamannya sedikit dibuka,  tampak  pemandangan  potret; atau desain dekoratif lain-nya.


Secara bertahap, aktivitas pencetakan menjadi lebih cepat dan mudah, hal itu berakibat pembuatan buku yang dilakukan dengan tangan menjadi lebih sedikit.   
      
Selama berabad-abad buku dicetak dengan tangan seperti pada zaman percetakan ala  Guntenberg . Secara bertahap mencetak dengan mesin menjadi lebih cepat dan mudah, oleh karena itu sedikit pekerjaan (memperbanyak tulisan atau gambar) yang dilakukan dengan tangan, mencetak dilakukan dengan phototypesetting (a method of setting type, rendered obsolete with the popularity of the personal computer and desktop publishing software), dan metode lainnya. Proses ini bergantung pada film fotografi (bukan  pencetak logam). Sampul dibuat dengan mesin,  kayu diganti dengan kardus, dan buku edisi dengan sampul kertas yang keras (hard cover). Sedangkan tata letak buku belum banyak berubah sampai  sekarang.
Abad ke 19, membawa beberapa perubahan pada wajah dan ornamen  buku. Ukiran yang digunakan lebih kecil, karena sulit mencetak ukuran besar, dan buku dibuat  dengan wajah dan ornamen tipe baru.
Di abad ke-19 ini, orang mulai  mengurangi  kualitas artistik buku berkaitan dengan penghematan biaya pada produksi buku secara massal. Namun di Inggris, seniman William Morris (1834 - 1896) dengan para pencetak (typographers)  bersama-sama  penjilid mendirikan “Gerakan Pencinta Seni”. William Morris dan  kawan-kawan berusaha menciptakan kembali keindahan buku abad pertengahan, mereka menerbitkan buku-buku yang menggunakan bahan terbaik. Banyak orang merasa bahwa buku yang dimilikinya  berpenambilan kuno, namun ternyata penampilan kuno itu dapat mengilhami dan membuka jalan bagi tendensi baru dalam mendesain buku.
Di Amerika Serikat perkembangan modernisasi penerbitan berjalan lamban, bisnis lain berkembang lebih cepat. Praktek perpajakan dalam perdagangan dan penerbitan  buku  tidak dapat diterima oleh bisnis lain. Seperti diketahui, bisnis buku tidak mengenal uji produk sebelum dan sesudah penjualan, padahal uji itu adalah suatu  prosedur standar dari sebagian besar operasi komersil di Amerika Serikat. Tidak ada kemungkinan mengembalikan  biaya, sebelum buku dipublikasikan. Banyak  penerbit  buku tidak menerima kembali biaya yang telah dikeluarkan.  Di Amerika buku “Novel”,  pada umumnya   penjualan pertama  tidak lebih dari 750 eksemplar. Banyak buku lain yang pada penjualan pertamanya  5.000 eksemplar, dan pada saat penjualan  terbaik  adalah 15.000 atau 20.000 eksemplar.   
Penerbit juga tidak mengetahui dengan pasti mengapa sebuah buku  terjual, umumnya mereka percaya karena kombinasi  promosi (iklan) dan publikasi dari mulut ke mulut. Banyak buku penjualannya menjadi lebih baik, karena semangat (enthusiasm) para penjual,  Pengarang  populer atau  bukunya sangat diminati bisa terjual dengan harga wajar sesuai dengan yang apa diharapkan, namun tidak ada jaminan.
Publikasi buku sangat  spekulatif. Misalnya sebuah “novel” dengan harga $ 5 per eksemplar dan cetakan pertamanya   5.000 eksemplar, maka  maksimum  biaya iklan (promosi) akan $ 1,250 per eksemplar (dihitung berdasarkan harga buku). Buku yang terjual, buku dengan iklan paling banyak (mendekati $ 1,250 per eksemplar), hal itu dibuktikan oleh perilaku pembeli dan   penerbit  yang memanfaatkannya.
Proses penjualan buku yang sebenarnya tidak berubah secara substansial dalam waktu satu abad ini. Penjual setelah mendapat  pengarahan  dari  editor dan eksekutif tentang  buku yang akan dijual, pergi  menampilkan contoh buku (sampel)  dan melakukan persuasi pribadi kepada  calon penjual buku (pemilik toko buku dll). Calon penjual buku (pemilik toko buku dll) itu, lalu  menduga  berapa banyak  setiap judul buku tertentu yang bisa dijualnya, karena sebagian besar penerbit mengizinkan mengembalikan buku yang tidak dapat dijual. Ini kemudian sering menyebabkan buku dapat dijual dengan harga murah
Ada konflik tradisional antara penerbit, di Amerika Serikat dan juga di Indonesia, dengan penjual   buku  a.l mengenai :

  • diskon ; .
  • pengembalian ;
  • pengiriman ;
  • promosi. dan
  • klub buku
Alasan utama konflik adalah kebijakan seragam di antara penerbit, dan  fakta bahwa penerbitan adalah usaha yang sangat individualistik. Meskipun demikian, ada beberapa kesepakatan antara penerbit dan penjual buku bahwa  sistem distribusi lama memerlukan perubahan radikal. Selain praktik komputerisasi,  pengiriman, dan penagihan ;  ada sedikit kesepakatan tentang perubahan distribusi buku dengan sistem wholesaling model Eropa. Wholesaling adalah aktifitas-aktifitas seseorang yang menjual ke Retailer dan penjual lain atau ke industri, institusional, dan pengguna komersial, tetapi tidak menjual ke konsumen akhir dalam jumlah besar yang dipandang lebih efisien. Tidak jelas apakah sistem Eropa itu  dapat  berhasil atau tidak.
Kunci   sukses  distribusi pada dasarnya  adalah pada toko buku. Sejak awal, penerbitan menghadapi situasi yang sangat sulit  (cq. dalam nenetapkan harga) karena :

  • meningkatnya   biaya ;
  • persaingan harga (a.l karena pemberian diskon)  ; dan
  • ketidakpedulian   Pemerintah  atas masalah yang dihadapi oleh penerbit.
Pengusaha buku di Amerika Serikat, dan juga Indonesia, beroperasi  pada tingkat keuntungan yang rendah.  Tidak jarang hanya 4% yang mendapatkan keuntungan, 36% impas (breakeven), dan 60%  rugi (kehilangan uang). Namun toko  buku juga menjual komoditi pelengkap seperti kartu ucapan selamat, hadiah dll, dari mana keuntungannya bisa besar.


. . . . .menjual    buku  pelajaran (textbook) harus disetujui oleh Pemerintah (panitya negara atau panitya sekolah setempat). Persaingan ketat, karena  sejumlah  besar  uang terlibat.

Penerbitan dan perdagangan (distribusi) buku pelajaran (textbook) berbeda dengan  buku  pada umumnya, dalam beberapa hal tidak kalah sulitnya. Jual buku pelajaran (textbook)  harus disetujui oleh Pemerintah (panitya negara atau panitya sekolah setempat). Persaingan ketat, karena  sejumlah besar uang terlibat. Panitya negara tidak hanya menentukan aspek fisik seperti ukuran, pengikatan, dan penampilan buku, tetapi sering juga  konten.  Sensor langsung maupun  tidak langsung (halus), selalu hadir. Namun     ijin (disetujuinya) buku pelajaran dalam sistem sekolah negeri  dapat menguntungkan penerbit. Penerbit   tidak berkeberatan jika   harus mendapatkan persetujuan  semacam  itu.
Di Amerika Serikat, buku pelajaran (textbook) telah berubah secara dramatis, bahkan sejak tahun 1930-an. Desainnya telah sangat berubah, lebih banyak menggunakan warna, karya seni, dan tulisan yang lebih baik  ;  sekarang  juga harus bersaing dengan materi dan metode pengajaran lainnya. Beberapa penerbit percaya bahwa kompetisi ini memacu perubahan lebih lanjut dalam penerbitan buku pelajaran  (textbook).
Distribusi textbook di  perguruan  tinggi   berbeda. Di sini baik dosen atau pengurus dosen, bukan panitya sekolah atau panitya pendidikan negara, yang  memutuskan  textbook  yang  digunakan. Penerbit mengundang para dosen (professor) dan berbicara dengan para dosen tentang  penjualan  buku-buku  (textbook). Penerbit bekerja diwilayah  geografis tertentu, tugasnya adalah menyediakan manuskrip dan juga menjual buku.   Kebanyakan kasus, seorang  professor memberi informasi ke toko buku di perguruan tinggi dan toko buku lainnya tentang buku yang digunakan di kelasnya, dan mereka memesannya dari penerbit.
Keuntungan besar penjualan buku di perguruan-perguruan tinggi di Amerika Serikat (misalnya  di beberapa universitas besar) adalah ke freshman English (The Freshman Program concentrates on developing skills in written expression, critical thinking and literary analysis using poetry, drama, fiction, and nonfiction) dan ke program pengantar ekonomi. Penjualan textbooks dan lain-lain itu, jika menguntungkan adalah sangat  penting.
Harga selalu menjadi masalah di penjualan  buku  pelajaran  (textbook). Textbooks itu produksinya mahal, dan biasanya ada beda yang tinggi   antara harga  penerbit  dan harga yang mampu dibayar oleh siswa.    Paperbacks (paperback adalah jenis buku dengan penutup  kertas  atau  kertas  karton  tebal, dan sering disatukan dengan lem daripada dengan jahitan , sebaliknya buku hardcover atau hardback diikat dengan kardus yang ditutupi kain. Halaman-halaman di bagian dalam terbuat  dari kertas—Wikipedia) digunakan secara luas di perguruan-perguruan tinggi di Amerika Serikat, terutama sebagai bacaan dan sebagai textbook. Harga  paperback relatip murah.
Dari bahasan dan renungan seperti diuraikan dimuka, penerbitan dan perdagangan buku utamanya sangat tergantung pada penerbit dan toko buku, Sebagai gambaran berikut ini adalah beberapa penerbit dan toko buku  di sejumlah Negara sbb :


PENERBIT & TOKO BUKU
Nomor
PENERBIT
Nomor
TOKO BUKU
01
PT. Gramedia Jakarta (Indonesia).
01
Toko Buku Gramedia Jakarta.
02
Yayasan Kanisius Jakarta (Indonesia)
02
Toko Buku Gunung Agung, Jakarta.
03
Pustaka Pelajar Yogyakarta (Indonesia).
03
Toko Buku Pembangunan Yogyakarta.
04
McGraw Hill, Book Company Inc, New York (USA).
04
St. Marks Cosmos, New York (USA).
05
Grolier Incorporated Connecticut (USA).

Broklyn Law School, New York (USA).
06
Kogakhusa Company Ltd, Tokyo (Japan).

Marruzka Nihonbashi, Tokto (Japan).
07
Tong Li Publishing, Taipeh (Taiwan).

Elsite Xinyi Store, Taipeh (Taiwan).
08
Markazi Martaba Islam Publishers, New Delhi (India).

Cosmo Publication, New Delhi (India).
09
Trafford Penerbitan, Singapura.

Takashimaya, Singapura.
10
Penerbit Universiti Malaya, Kuala Lumpur (Malaysia).

Basheer Bookstore, Kuala Lumpur (Malaysia).




Buku di "Kaki Lima"

Disamping di "Toko Buku" , di Indonesia, buku juga dijual di jalan-jalan (pedagang kaki lima) dan di pasar-pasar. Di Jakarta terkenal "Pasar Inpres" di wilayah pasar Senen. Di "Pasar Inpres" tersebut selain dijual buku-baru juga buku-bekas (sekon), buku jiplakan (foto copy), buku yang dilarang beredar (pornografi, politik dll) dan lain-lain. Hal seperti itu juga terdapat di kota-kota lain ; misalnya di Yogyakarta.

Akhirnya dapat dikemukakan bahwa dengan berjalannya waktu,  buku telah  mendapatkan saingan dari produk teknologi digital – internet, dimana   orang dapat menyebarkan dan sekaligus menyimpan informasi (faham, ilmu pengetahuan, dan lain-lain) dalam beragam jenis dan jumlah yang sangat besar kesegenap penjuru angin secara bersamaan.  "Ngunandiko" pada kesempatan ini, tidak membahas dan merenungkan produk teknologi digital tersebut.

Demikianlah   “bahasan  dan renungan” singkat tentang  beberapa aspek dari   “buku”.  Semoga    bermanfaat.
*

There are two motives for reading a book; one, that you enjoy it; the other, that you can boast about it― Bertrand Russell.

*