Minggu, 11 November 2012

Sosialisme.



Ngunandiko.33

Sosialisme

(Bagian 2)

V. Berbagai aliran dalam sosialisme.

Sosialisme kalau disimak lebih lanjut terdiri dari beberapa aliran antara lain adalah : Sosialisme Kristen Christian Socialism,  Sosialist Anarkisme (Socialist Anarchism), Syndicalism and Guild Socialism,  Sosialisme Demokratis (Democratic Socialism), dan Komunisme. Uraian singkat tentang aliran-aliran  tersebut adalah sbb:.

1.  Sosialisme Kristen (Christian Socialism).
2.  Sosialis Anarkisme (Socialist Anarchism)
3.Syndicalism and Guild Socialism.
4.  Sosialisme Demokratis (Democratic Socialism), 
5.  Komunisme (Communism)

Uraian tentang ke-empat aliran  tersebut diharapkan dapat memberi gambaran tentang sosialisme secara lebih menyeluruh.

1. Sosialisme Kristen (Christian Socialism).

Saint-Simon
Engels mengakui bahwa ada pengaruh agama pada faham sosialisme, Engels      juga beranggapan bahwa orang Kristen merupakan salah  satu   penganjur   awal dari  faham sosialisme. Seperti diketahui     Henri de Saint - Simon  (1760 - 1825) adalah salah satu  pendiri sosialisme Kristen.  Meskipun   sosialisme   dikembangkan sebagai sebuah ideologi atheis, namun prinsip-prinsip dasar sosialisme dapat dengan mudah ditemui   pada cita-cita Kristen seperti “Persaudaraan Kristen” yaitu suatu protes terhadap pengejaran kekayaan yang egoistis,  dan adanya  tradisi kehidupan communnal.

Sosialisme Kristen (Christian Socialism) modern dimulai selama Revolusi Perancis, dimana Uskup Claude Fauchet (1530 – 1602) menyerukan untuk kembali ke komunisme Kristen. Pada tahun 1830-an, Philipps  Buchez (1796–1865) menjadi juru bicara utama Sosialisme Kristen di Perancis. Pada paruh kedua abad ke-19 Sosialisme Kristen mengilhami gerakan sosialisme di Inggris melalui JM.Ludlow (1821 – 1911). Sementara itu gerakan sosialisme Kristen Di Jerman berada dibawah bimbingan Uskup  Wilhelm Emmanuel von Ketteler (1811 – 1877), pada pertengahan abad ke-19 gerakan tersebut menyebar ke Austria dan Belgia.

Kaum sosialis Kristen gagal mendirikan semacam “latihan” untuk memicu adanya gerakan masyarakat baru berdasarkan prinsip-prinsip Kristen. Kaum sosialis Kristen tersebut didukung oleh produsen dan bekerjasama dengan konsumenberusaha mendapatkan hak pekerja untuk melakukan pengelolaan bersama, pembagian laba, dan sekaligus mendorong adanya reformasi sosial dan pendidikan. Namun usaha itu juga  gagal.

  1. Sosialis Anarkisme (Socialist Anarchism)

Seperti liberalisme dan sosialisme, maka anarkisme beranggapan bahwa secara rational semua manusia itu pada dasarnya adalah baik ; dan jika manusia bebas dari pengekangan suatu lembaga (mis : negara), maka manusia akan hidup rukun dan damai.
Anarkisme merupakan komponen yang berpengaruh dalam  banyak          teori sosialisme termasuk Marxisme. Teori sosialisme  beranggapan    bahwa milik pribadi adalah penyebab korupsi sosial dan penderitaan  umat manusia, sementara itu anarkisme memandang negara adalah sumber dari segala kejahatan.

Pada pertengahan abad ke-19 di Perancis, PJ.Proudhon (1809 – 1865) menyatukan doktrin sosialisme dan anarkisme, dan menyerukan likuidasi baik milik  pribadi maupun milik negara. Seorang kontemporer Rusia, Mikhail-Aleksandrovich-Bakunin  (1814 – 1876) dan kemudian Pyotr Kropotkin       (1842 –  1921), keduanya menjadi eksponen penting dari faham anarkisme tersebut yang memperoleh banyak pengikut di Perancis, Italia, dan Swiss di abad  ke-20.

Bakunin mentolerir tindakan terror dan kekerasan sebagai cara yang tepat untuk menghancurkan negara, namun untuk tujuan yang sama Kropotkin cenderung menggunakan cara-cara tanpa kekerasan (nonviolent means).

Sosialis anarkis beranggapan bahwa untuk penghapusan negara secara permanen diperlukan penghapusan milik pribadi. Jika milik pribadi hilang (tidak ada), maka negara akan hilang dan diharapkan persatuan (confederation) dan kerjasama  antara produsen dan konsumen akan berkembang, dan hal itu terjadi diseluruh dunia (world-wide) secara spontan.

  1. Syndicalism and Guild Socialism.

Selama 1800-an adanya aksi bersama sosialis anarkisme  dan gerakan serikat buruh menyebabkan munculnya doktrin sindikalisme. Seperti dikatakan oleh para pemimpin buruh Perancis, sindikalisme menyerukan  dilakukannya tindakan langsung oleh pekerja yang terorganisir  untuk mengambil alih dan mengoperasikan industri di mana mereka bekerja. Serikat buruh setempat atau syndikasi buruh dengan kaum sosialis anarkis merencanakan produksi dan kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkait, hal itu dilakukan setelah berkoordinasi melalui federasi dalam bentuk "pertukaran  tenaga kerja". Dengan demikian kapitalisme, milik pribadi, dan negara akan menjadi tidak perlu dan berlebihan
Untuk mengatasi aksi politik yang merintanginya, kaum sindikalis akan melakukan pemogokan umum, dengan demikian rintangan akan dapat diatasi dan jalan yang akan membawa ke orde baru” menjadi terbuka. Dari Perancis, sindikalisme menyebar ke Italia, Spanyol, dan Amerika Latin.

Sementara itu “Guild Sosialisme adalah sindikalisme versi Inggris. Guild Sosialisme diperkenalkan oleh AJ.Penty (1875-1937) dan AR.Orage    (1873 – 1934) dan dikembangkan oleh SG.Hobson (1870 - 1940),  dan GDH.Cole    (1889 – 1959) pada awal abad 20.  Guild  Sosialisme  menekankan pada peran fungtional dari organisasi serikat buruhmungkin Golongan Karya yang terbentuk di Indonesia pada tahun 1960-an ter-inspirasi dari gerakan Guild Sosialisme – , dan menerima prinsip  manajemen industri dipegang oleh pekerja industri. Namun tidak seperti rekannya dari Perancis, menurut Guild Sosialisme bagaimanapun juga aktivitas perjuangannya harus melalui sistem pemerintahan parlementer. Gerakan Syndicalism and Guild Socialism keduanya menentang pertumbuhan demokrasi yang sangat kapitalistis dan liberalistis seperti yang terjadi pada waktu itu dan munculnya  komunisme.

  1. Sosialisme Demokratis (Democratic Socialism).

Louis Blanc (Historian and politician Perancis, 1811-1882)  dan Constantin Pecqueur (Economist and socialist Perancis, 1801-1887) adalah pendukung :

  • kepemilikan publik,
  • industri yang dikelola oleh para pekerja,dan
  • demokrasi parlementer

Louis Blanc dan Constantin Pecqueur Keduanya selama Revolusi Perancis 1848 berada di Prancis, mereka berdua adalah penganut sosialisme yang dijalankan oleh partai-partai Sosial Demokrat modern. 

Sementara itu muncul sebuah formulasi lain dari gerakan sosialisme demokratis yang dirumuskan oleh Fabian di Inggris. Seperti diketahui pada tahun 1900 masyarakat Fabian menghasilkan Fabianism and the Empire, pernyataan pertamanya yang disusun oleh  Bernard Shaw bersama dengan lk 150 orang lainnya adalah sikapnya yang menentang liberal individualism (The Emphasis of Individual). Fabian Society (1884) berusaha mempromosikan sosialisme secara bertahap melalui : reformasi demokratis, propaganda, penelitian, dan debat publik.

Kaum Fabian berusaha untuk mempengaruhi partai-partai politik, serikat-serikat buruh, dan kelompok-kelompok lainnya. Mereka berhasil mempengaruhi kelas menengah yang berpendidikan, serta kalangan  partai Buruh dan Liberal. Di antara kaum Fabian terdapat orang-orang yang memiliki pengaruh yang luas selain Bernard Shaw  (Irlandia, 1856 – 1950) juga  Sidney Webb (Inggris,  1859 – 1947).

Posisi sosial demokrat kemudian diambil oleh Jean Jaures (Sosialis Perancis, 1859 –  1914) di Perancis, serta di Jerman oleh Ferdinand Lassalle (Sosialis Jerman-Yahudi, 1825–1864) dan Eduard Bernstein (Sosial Demokrat Jerman, 1850 – 1932). Bernstein (seorang Marxis) berpendapat bahwa ramalan Marx tentang kemerosotan kapitalisme tidak lagi valid, karena dengan adanya tanah-tanah jajahan (koloni-koloni)dan penemuan mesin & peralatan, maka kapitalisme merubah sikapnya menghadapi tantangan yang dihadapinya di  negerinya  dengan memberi toleransi terhadap sebagian tuntutan kaum sosialis (catatan : bandingkan dengan Lenin).

Bernstein mengusulkan agar partai Sosialis Jerman meninggalkan jalan revolusioner yang didasari hasil analisis Marx, dan merevisi jalan revolusioner tersebut dengan perjuangan mencapai tujuan sosialisme  melalui cara-cara parlementer. Ide ide-nya  mengundang perdebatan tajam dalam setiap partai Sosialis di Eropa, bahkan perpecahan, dan ide-idenya disebut sebagai revisionis.

  1. Komunisme (Communism)
Lenin dlm pertemuan
Komunisme atau Marxisme adalah ideologi dasar yang umumnya digunakan oleh partai kumunis di seluruh dunia. sedangkan komunis internasional lebih merupakan racikan ideologi komunis yang berasal dari pemikiran Lenin. Peranan Lenin adalah sangat besar dalam pembentukan Internasionale Komunis, sehingga ideologi Internasionale Komunis sering pula disebut "Marxisme-Leninisme".
Seperti diketahui kumunis internasional (internasionale ketiga atau komentern) adalah organisasi komunis revolusioner internasional, yang merupakan perhimpunan partai-partai komunis dari berbagai negeri. Komintern tersebut berfungsi antara tahun 1919 sampai dengan tahun 1943. Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan pengertian komunis internasional tersebut.
Pembentukan Internasionale ke-III menjadi penting dalam sejarah perjuangan kaum sosialis setelah terjadi perpecahan dikalangan gerakan buruh, yang disebabkan pengkhianatan pemimpin-pemimpin oportunis Internasionale II terhadap urusan sosialisme pada awal perang dunia pertama dan menjelang runtuhnya Internasionale II (lihat pula : Wikipedia).

- "The Holy Family" adalah tulisan Karl Marx & Friedrich Engels pada tahun 1844 yang berisikan kritik terhadap Bruno Bauer (seorang Jerman ; philosopher, historian, dan murid GWF Hegel; 1809-1882).
Bauer antara lain  menyatakan bahwa pandangan dan argumen sosialis Marx tentang penyakit sosial  dalam setiap tulisannya melekat Unsur-unsur radikal seperti anjuran  melakukan pemberontakan terhadap negara, gereja, agama dan lain-lain, hal itu menurut Bauer berbahaya.

Marx dan Engels dalam "The Holy Family" menjawab tuduhan Bauer tersebut mengatakan bahwa logika berpikir yang digunakan oleh Bauer – logika Hegel – adalah logika yang terbalik. Lenin berpendapat bahwa logika Marx & Engels adalah yang benar (lihat : Madilog), dan logika Marx & Engels  tersebut kemudian menjadi landasan berpikir ”sosialisme ilmiah” yaitu sosialisme yang materialis ilmiah revolusioner.
Menurut faham komunisme perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis. Singkatnya  perubahan sosial secara Logika harus dimulai oleh dan dari buruh atau proletar (Lihat : The Holy Family ), namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil, jika dipelopori oleh partai.
Partai membutuhkan (politbiro) sebagai think-tank ; dan perubahan sosial akan berhasil, jika dicetuskan oleh Politbiro. Komunisme sebagai faham yang anti-kapitalisme menggunakan partai komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan. Partai komunis sangat menentang  akumulasi kepemmilikan modal pada individu, kepemilikan modal harus ada ditangan rakyat. Seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara – sebagai representasi kekuasaan rakyat – guna kemakmuran rakyat secara merata. Dalam paham komunisme tidak dikenal hak individu sebagaimana terdapat pada paham liberalisme.
Komunisme memperkenalkan penggunaan sistem demokrasi perwakilan melalui elit-elit partai komunis, sehingga sangat membatasi demokrasi langsung pada rakyat yang bukan anggota partai komunis. Secara umum komunisme berlandasan pada teori “Dialektika Materialisme” dan “Historis Materialisme”. Komunisme tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul, dan agama dengan demikian tidak ada dogma bagi rakyatnya. 
Pada tahun 1889 sampai tahun 1914 kedua sayap ini – komunis dan komunis internasional –   diikat oleh satu badan yang bernama  “ Internasional II”. Namun pada tahun 1914 persatuan kaum komunis tersebut pecah menjadi dua aliran: satu memisahkan diri menjadi sosial-demokrat, dan  yang lain tetap  menamakan dirinya komunis. Perpecahan itu terjadi utamanya karena perbedaan pandangan dalam menyikapi Perang Dunia I 1914, kaum sosial-demokrat berpendapat bahwa kaum proletar harus turut menyokong pemerintahan di dalam negeri-nya jika ada musuh menyerang.

VI. Sosialisme di berbagai Negara.

Selama lebih kurang satu abad sosialisme modern telah menyebar keseluruh penjuru dunia. untuk mendapat gambaran bagaimana keberadaan sosialisme itu diberbagai negara, berikut ini keadaannya di Eropa, Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Amerika Utara sampai menjelang akhir abad ke-20.

1. Eropa.
Kaum sosialis setelah Perang Dunia I berusaha agar solidaritas internasional antar para anggotanya tetap terjaga. Hal itu karena  kaum sosialis selama Perang Dunia I retak, dimana sebagian kaum sosialis mendukung pemerintah di negaranya dalam menghadapi musuh yang menyerang negaranya, dan sebagian tidak.

 Peringatan Revolusi Oktober 1917

Kudeta yang berhasil dari kaum Bolshevik (Oktober 1917) di Rusia memberi inspirasi kepada kaum sosialis Eropa yang militan untuk melakukan kudeta yang sama. Di Berlin telah terjadi pemberontakan bersenjata (musim dingin 1918-1919) terhadap pemerintah, pemberontakan tersebut dilakukan oleh suatu dewan yang terdiri dari : pekerja, dewan tentara, dan sayap kiri dari Spartacus Bund. Pemberontakan tersebut gagal, dihancurkan oleh kaum sosialis moderat. Kaum sosialis moderat tersebut tidak lama sebelumnya telah memproklamirkan sebuah Republik Jerman. Pada musim semi tahun 1919 dewan yang sama merebut Munich untuk mendirikan sebuah Republik Soviet di Bavaria, namun hal itu hanya berlangsung beberapa bulan. Bela Kun - agen Lenin - memproklamasikan berdirinya rejim Komunis  di Hungaria, namun rejim tersebut hanya berjalan dalam waktu sangat singkat  (Maret – Juli 1919). Pada tahun 1919 Tentara   Merah bergerak melalui Polandia untuk bergabung dengan kekuatan revolusioner di  Jerman. Usaha tentara merah tersebut dipukul mundur oleh pasukan Polandia di bawah pemerintahan baru pimpinan Jozef-Pilsudski (1867-1935). Beberapa tahun berikutnya pemberontakan kaum sosialis juga telah terjadi di Jerman, Austria, Bulgaria, dan Estonia ; namun semuanya gagal.

Dalam wilayah kekaisaran Rusia, Tentara Merah berhasil membawa pemerintahan Bolshevik mengendalikan semua bangsa di wilayah  tersebut dan pada tahun 1923 Uni Sosialis Soviet RepubliK berhasil dibentuk.

Seperti diketahui Eropa (1924) tidak siap  untuk mengikuti contoh yang berlangsung di Rusia, revolusi sosialis di seluruh dunia seperti yang dibayangkan oleh Lenin tidak terwujud. Oleh karena itu ketika Stalin meraih kekuasaan (1927), Stalin mengumumkan tekadnya menempuh jalan membangun "socialisme di satu negara" terlebih dahulu.

Stalin menggunakan kekuasaan Negara (Rusia) yang berada ditangannya untuk memaksakan program-program-nya yaitu serangkaian rencana lima tahun – a,l kolektivisasi dan industrialisasi yang dipercepat –  dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pembangunan. Program-program tersebut di jalankannya dengan “tangan besi” mulai tahun 1950-an. Hasilnya Uni Soviet telah menjadi kekuatan industri utama di dunia.

Disamping itu pakta non-agresi Soviet-Jerman (1939) memungkinkan Stalin untuk menggabungkan (mencaplok) ke dalam Uni Soviet :

  •           wilayah Polandia yang semula dikuasai oleh Ukraina dan Belarusia

  •           tiga republik Baltik, dan

  •           sebagian wilayah Rumania dan wilayah Finlandia.


Selama periode antara Peran Dunia  I dan Perang Dunia  II,  partai sosial demokrat Eropa Barat melalui jalur parlementer memperoleh kedudukan dalam parlemen dan berpartisipasi dalam pemerintahan koalisi. Di Jerman, Inggris, dan Norwegia, kaum sosial demokrat memegang kekuasaan untuk waktu yang cukup lama, partai-partai tersebut berperan besar dalam transformasi masyarakat secara bertahap melalui:

  • anggaran belanja negara (budget),
  • meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
  • kesejahteraan sosial.

Pada saat Perang Dunia II terlihat adanya kerja sama erat antara sosialis dan komunis, dan harapan untuk reunifikasi gerakan sosialis di Eropa hidup kembali.

Tentara Merah maju ke Jerman melalui Eropa Timur (1945) dan membantu para pemimpin komunis yang sebelumnya dipengasingan merebut kekuasaan dan membentuk rejim koalisi. Rejim koalisi ini terdiri dari petani pribumi, partai-partai sosialis, gerakan perlawanan dan lain-lain yang kemudian koalisi tersebut digabungkan dengan Partai Komunis atau dijadikan subordinasi Partai Komunis. Hal tersebut berlangsung sampai terjadinya kudeta di Cekoslovakia pada musim semi tahun 1948. Kaum sosialis di Eropa pada awalnya tidak menyadarinya atau mengabaikan taktik Soviet tersebut.

Di negara-negara di Eropa Timur (umumnya semula adalah negara agraris) melalui perebutan kekuasaan dengan dukungan Soviet berhasil membentuk pemerintahan yang berkiblat ke Moscow. Pemerintahan tersebut berhasil melakukan reformasi (ekonomi, politik, dan sosial) dengan tetap mempertahankan tradisi demokrasi yang semula dianutnya. Reformasi  tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sikap dari kaum sosialis di negara-negara tersebut (mis : Hongaria) baik secara terbuka maupun tertutup terhadap Uni Soviet, yang tindakan-tindakannya sering mengabaikan demokrasi.

Perubahan sikap tersebut mengakibatkan perluasan pengaruh kaum sosialis  yang disokong oleh Soviet di Eropa Timur, tidak lagi dipandang sebagai penyebaran faham sosialisme tetapi dipandang sebagai perpanjangan tangan kekuasaan Moscow. Penindasan  Soviet  dengan  kekerasan  senjata tanpa ragu-ragu terhadap beberapa bentuk sosialisme  nasional dan demokrasi di Polandia, Hongaria (1956), dan di Cekoslovakia (1968) hanya menegaskan kembali pandangan tersebut.  Diantara  negara- negara  Eropa Timur, hanya Yugoslavia yang mampu mempertahankan kemerdekaannya dan luput dari cengkeraman Uni Soviet

Uni Soviet dalam tiga perempat bagian pertama dari abad ke-20 pengaruhnya berkembang sampai di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, namun akhirnya runtuh (1987) karena tidak mampu mempertahankan dan memperkuat perluasan pengaruhnya tersebut, hal itu terutama terjadi karena gejolak dalam tubuhnya akibat tidak dijalankannya "Good Corporate Government"

2. Asia,
Sosialisme dan komunisme telah menjadi kekuatan yang menonjol di Asia dalam membebaskan dirinya dari cengkeraman kaum kolonialis Barat setelah Perang Dunia II. Hal itu tampak diberbagai wilayah di Asia antara lain sebagai berikut ini     (bersambung).

*
When I give food to the poor, they call me a saint. When I ask why the poor have no food, they call me a communist. (Helder-Pessoa-Camara, Archischop Katolik Romawi di Brasil).

*