Ngunandiko.23
Pulau Samosir
Pada tahun 1970-an saya
sering melakukan perjalanan Jakarta - Medan dengan
pesawat udara pergi pulang, hampir setiap bulan. Biasanya saya ke Medan
pagi hari dengan menggunakan pesawat Garuda dari bandara Kemayoran, dan
kembalinya dari Medan
kadang-kadang menggunakan pesawat Mandala dari bandara Polonia. Seingat saya
pada waktu itu Jakarta – Medan dilayani oleh 3 (tiga) maskapai
penerbangan yaitu : Garuda, Merpati Nusantara, dan Mandala.
Bandara Polonia berada di dalam kota Medan, seperti halnya
bandara Kemayoran ada di dalam kota Jakarta. Lokasi bandara Polonia sesungguhnya sangat dekat
dengan “Hotel Natour Dharma Deli” d/h “Hotel De Boer” dimana saya biasa menginap.
Jarak antara hotel dan bandara Polonia lk 3 km , tetapi pada waktu itu rasanya cukup jauh. Jalan-jalan
di kota Medan (tahun 1970-an) relatip sepi, masih belum tampak adanya
kemacetan
Manajemen bandar Polonia pada waktu itu dipegang
bersama oleh manajemen Pangkalan Udara
AURI dan Pelabuhan Udara Sipil. Di beberapa tempat masih terlihat ada orang berseragam
AURI yang berjaga-jaga. Fasilitas bandara seperti tempat parkir kendaraan, ruang kedatangan, ruang pemberangkatan, tempat pembelian tiket, kantin dan lain-lain masih sangat sederhana.
Pada
suatu hari, kalau tidak salah pada bulan Agustus tahun 1976, sekitar pukul 12.00
wib siang saya sudah menunggu di ruang tunggu bandara Polonia, udara sangat panas dan
ruang tunggu pada waktu itu belum dilengkapi dengan penyejuk ruangan (AC).
Tidak berapa lama datanglah seorang Bapak berumur lk 50-an bersama seorang
putrinya. Mereka berdua mengambil tempat duduk tepat di depan saya duduk, di
sebuah kursi panjang dari kayu yang masih kosong.
Boarding
pesawat Garuda ke Jakarta
menurut jadwal jam 14.00 wib, jadi masih cukup lama. Tampaknya Bapak tadi
merasa ke-panas-an, karena selalu
mengkipas-kipaskan surat
kabar yang di bawanya dan sebentar-sebentar mengeluh (dengan logat Batak yang kental !) : “Panas kali Pulau Sumatra ini” !
Mendengar
keluhan Bapak tersebut – wajah dan logatnya saya kira Bapak tersebut berasal dari pulau Sumatra
juga – maka saya memberanikan diri bertanya kepadanya : Bapak berasal dari mana ?
Jawab Bapak itu :
Saya
dari Pulau Samosir !
Mendengar jawaban Bapak tersebut dalam hati saya
tersenyum, bukankah pulau Samosir adalah pulau Sumatra juga ?
*
Ketika berhadapan dengan orang, ingatlah Anda tidak sedang berurusan dengan makluk logika, tetapi makluk yang berperasaan (Dale Carnegie ; Pengajar, Amerika Serikat).
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar