Jumat, 27 Oktober 2017

Orang-hitam Amerika (Black Americans)

Ngunandiko 137






Orang-hitam Amerika
(Black Americans)
Bagian. 3


Seiring berjalannya waktu, adanya pemisah “garis warna”, tidak hanya di Selatan, tapi juga di bagian negara lainnya. Garis warna memisahkan orang kulit hitam dengan kulit putih, seolah-olah suatu dinding pemisah

Hukum Jim Crow memaksa orang kulit hitam Amerika untuk tinggal di belakang "garis warna" (Jim Crow laws  were state and local laws that enforced racial segregation in the Southern United States. Enacted by white Democratic --- dominated state legislatures in the late 19th century after the Reconstruction period).

Seiring berjalannya waktu, adanya pemisah “garis warna” itu tidak hanya di Selatan tapi juga di bagian negara lainnya. Hal itu memisahkan orang kulit hitam dengan kulit putih, seolah-olah suatu dinding pemisah


Posisi orang kulit hitam di tatanan sosial Amerika Serikat pada waktu itu adalah hampir sama dengan pada masa perbudakan. Orang kulit putih di Selatan tidak mengizinkan orang kulit hitam memilih. Mereka dilarang melakukan pekerjaan yang diminati oleh  orang kulit putih. Orang kulit hitam tidak diizinkan menghadiri sekolah yang sama dengan orang kulit putih, dan sekolah-sekolah kulit hitam tidak terawat. Seperti telah dijelas dimuka menurut “Hukum Jim Crow” orang  kulit hitam Amerika harus duduk di belakang "garis warna" ; hal itu tidak hanya di Selatan tapi juga di Negara-negara bagian lain.

Namun ada orang-orang  kulit putih (sebagian kaya dan dermawan) yang  berupaya memperbaiki  kondisi orang kulit hitam. Upaya ini tampak dilakukannya dengan sungguh-sungguh. Booker T. Washington (Hampton Institute) mengajar orang-orang kulit hitam  melakukan hal-hal praktis dan berguna. Itulah adalah dasar dari program pendidikan yang disusun oleh Washington saat mendirikan Institut Tuskegee di Alabama. Para pria dan wanita muda kulit hitam di Tuskegee diajari membajak dan menanam (pertanian), memasak, mencuci, dan menjahit (ingat Sekolah Kepandaian Putri di Indonesia).

Banyak orang kulit putih dari Utara dan Selatan terkesan akan program pendidikan tersebut, dan memandang  bahwa program  Washington itu bagus bagi hubungan antar ras. Namun program itu tidak mengatakan apapun tentang hak-hak sipil atau tindakan politik atau kesetaraan sosial. Program Washington itu tidak mengatakan apapun tentang bagaimana mendidik orang kulit hitam menjadi dokter, pengacara, insinyur atau pekerja dalam profesi lain. Banyak orang kulit hitam merasa bahwa program Washington itu akan membuat orang kulit hitam lebih rendah secara ekonomi, politik, dan budaya, yang akan membuat orang kulit hitam makin terpisah.

Pada tahun 1909, di Amerika Serikat, berdiri Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Berwarna (The National Association for the Advancement of Colored People atau NAACP), asosiasi ini didirikan oleh sekelompok orang kulit hitam dan kulit putih yang percaya bahwa orang kulit hitam harus memiliki hak yang sama seperti yang dinikmati warga negara lain. NAACP menentang program Booker T. Washington dengan alasan bahwa orang kulit hitam akan terus dipandang sebagai warga kelas dua. W.E.B. Du-Bois, salah satu pemimpin NAACP, mengatakan bahwa orang kulit hitam itu sesungguhnya hanya menuntut hak mereka sendiri ; yaitu hak politik, sipil dan sosial milik warga Amerika Serikat yang bebas. Du-Bois menyatakan, orang hitam tidak akan berhenti melakukan protes, sampai hak-hak itu didapat,  The Guardian, yang diedit oleh W. Monroe Trotter (1872 - 1934), dan Chicago Defender, yang diedit oleh Robert S. Abbott, adalah surat kabar hitam yang mendukung pendirian DuBois. Dalam upaya untuk mendapatkan hak  dihadapan hukum, NAACP mengajukan tuntutan di pengadilan dan mengajukan petisi ke Kongres dan ke cabang-cabang lain dari pemerintah federal. NAACP juga membuat seruan untuk hati nurani orang Amerika.  

Pada tahun 1910 didirikan oleh orang kulit putih dan orang kulit hitam National Union League (NUL). Organisasi ini terutama didirikan untuk memperbaiki kondisi kehidupan dan mencarikan kesempatan kerja bagi orang kulit hitam di kota-kota.

Sejumlah orang kulit putih bekerja dengan orang kulit hitam di organisasi- organisasi serupa itu, namun orang kulit putih rata-rata tidak pernah mencoba untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya dipikirkan dan dirasakan oleh orang kulit hitam. Beberapa orang kulit putih membaca koran orang hitam, majalah, atau buku --- namun sangat sedikit yang membaca puisi Paul Laurence Dunbar (Dunbar was born in Dayton, Ohio to parents who had escaped from slavery; his father was a veteran of the American Civil War, having served in the 55th Massachusetts Infantry Regiment and the 5th Massachusetts Colored Cavalry Regiment. His parents instilled in him a love of learning and history. He was a student at an all-white high school, Dayton Central High School, and he participated actively as a student. During high school, he was both the editor of the school newspaper and class president, as well as the president of the school literary society. Dunbar had also started the first African-American newsletter in Dayton) --- sehingga hampir tidak ada orang yang bisa menduga betapa orang kulit hitam merasa semakin terisolasi dari masyarakat kulit putih, dan semakin bergantung pada institusi bantuan. Gereja orang hitam (The Black church) menjadi tidak hanya sumber pembaharuan spiritual tapi juga pusat kehidupan sosial dan aktivitas masyarakat hitam.

Tapi orang hitam Amerika tetap teguh dalam patriotisme mereka. Saat dimulainya Perang Spanyol-Amerika, dua puluh dua (22) orang kulit hitam termasuk korban ketika Maine diledakkan dari pelabuhan Havana, Kuba, pada tahun 1808. Dalam pertempuran San Juan Hill, pasukan hitam dari kavaleri kesembilan dan kesepuluh bertempur dengan gagah berani bahu membahu dengan First Volunteer (Cavalry Rough Riders) yang terkenal itu.


Utara sepertinya menjanjikan kehidupan yang lebih bebas serta banyak pekerjaan  (akibat peningkatan produksi pertahanan dan berkurangnya imigrasi, telah menciptakan kekurangan tenaga kerja di Utara). Namun ternyata pindah ke Utara itu tidak sepenuhnya benar dan merupakan langkah yang tergesa-gesa.

Ketika Perang Dunia I pecah di Eropa, ribuan orang kulit hitam mulai meninggalkan Selatan. Hal ini mengkhawatirkan orang-orang kulit putih di Selatan yang melihat sumber tenaga kerja murah terkuras habis. Politisi  dan pejabat publik Selatan berusaha menghentikan migrasi tersebut. Tapi migrasi orang kulit hitam tetap berjalan.
Utara sepertinya menjanjikan kehidupan yang lebih bebas serta banyak pekerjaan terutama di kota-kota Utara (akibat peningkatan produksi pertahanan dan berkurangnya imigrasi telah menciptakan kekurangan tenaga kerja di Utara). Ternyata pindah ke Utara tidak sepenuhnya benar dan merupakan langkah yang tergesa-gesa, sebagian besar orang kulit hitam tidak pernah mendapatkan upah tinggi dari industri Utara. Orang-orang hitam mulai memahami pentingnya arti pemungutan suara, mengambil bagian dalam urusan kewarganegaraan, dan menyuruh anak-anak mereka ke sekolah yang layak.
Pendatang baru kulit hitam segera mengetahui bahwa Utara bukanlah suatu sorga. Semakin banyak orang kulit hitam pindah ke Utara, kondisi kehidupan di Utara semakin buruk. Penduduk kulit hitam di kota-kota Utara seperti Chicago, Detroit, New York, Philadelphia, dan Pittsburgh menjadi berlipat ganda sampai tiga kali lipat dalam tahun-tahun antara tahun 1914 dan 1960. Perumahan sangat buruk, seringkali  sepuluh orang tinggal di satu kamar (single room), pemeliharaan sanitasi buruk atau bahkan tidak ada sama sekali. Orang kulit hitam tinggal di bagian paling miskin, tapi harus membayar yang uang sewa tinggi. Ketika orang kulit hitam  mencoba pindah ke lingkungan yang lebih baik,  orang kulit putih sering bersatu untuk merintanginya. Sepanjang tahun-tahun perang, terjadi kerusuhan rasial di Utara, dan di Selatan, lebih dari 270 orang kulit hitam dihukum mati (dibunuh secara tidak sah oleh massa) dalam waktu kurang dari empat tahun.

Ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia I pada tahun 1917 ; 400.000 orang kulit hitam mulai ikut perang, bergabung dengan 20.000 tentara kulit hitam yang sudah berada di Angkatan Darat dan Garda Nasional. Pasukan orang kulit hitam bertugas  mengisi persediaan, membuat perkemahan tetap bersih, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain. Lebih dari separuh dari 200.000 tentara kulit hitam yang dikirim ke Eropa bertugas di batalion buruh (labor battalion).   Beberapa unit pasukan orang hitam ikut bertempur  seperti “Infanteri New York ke-369” dan  “Infanteri ke-370”. Infanteri ke-370 memperoleh medali  “Croix de Guerre”.

Saat Perang Dunia I berakhir, orang kulit hitam pria berada dalam kesulitan yang lebih besar daripada sebelumnya. Pemisahan dan diskriminasi sangat kuat. Pada tahun 1919 ada 26 kerusuhan rasial di Amerika Serikat. Di kota-kota Utara terjadi persaingan sengit antara kulit putih dan kulit hitam   untuk memperoleh pekerjaan dan perumahan. Di Selatan, lynchings (Lynching adalah penganiayaan, penggantungan, penembakan atau penikaman oleh massa. Dulu, pelaku kejahatan-kejahatan seperti ini tidak dihukum. Ribuan warga kulit hitam Amerika tewas akibat lynching dari tahun 1880an sampai 1960an) meningkat. NAACP berhasil mengajukan rancangan undang-undang anti-lynching di Kongres pada tahun 1921. Namun, para senator dari Selatan menentangnya, sehingga rancangan itu (RUU) kalah pada saat pengambilan keputusan pada tahun 1935 dan 1940.

Di tahun 1920-an, banyak orang hitam Amerika merasa takut, karena lambatnya kemajuan dalam memperoleh hak-hak sipil. Mereka sebagian tertarik pada Universal Improvement Association (UNIA), yang di-organisir oleh Marcus Garvey pada tahun 1916. UNIA mendukung sebuah gerakan "kembali ke Afrika", dengan alasan bahwa orang kulit hitam Amerika tidak akan pernah bisa memperoleh haknya di Amerika.

Salah satu hasil sosial dari migrasi orang hitam ke Utara dan Perang Dunia I adalah kebangkitan kesadaran ras. Hal ini tercermin dalam sebuah gerakan budaya yang dikenal dengan New Negro Movement (juga disebut the Harlem Renaissance atau the Black Renaissance). Kota New York adalah pusatnya. Antologi (anthology) “The New Negro” --- publikasi tahun 1925, yang diedit oleh Alain Locke --- menciptakan gairah baru dalam kehidupan orang hitam. Claude McKay, James Weldon Johnson, Countee Cullen, Langston Hughes, dan Arna Bontemps adalah penulis terkemuka “hitam”. Pada tahun-tahun berikutnya, ketenaran besar dimenangkan oleh penyanyi “hitam” Roland Hayes, Marian Anderson, dan Dorothy Maynor; musisi W.C Handy dan William Grant Masih, dan pemain teater Paul Robeson, Bill (Bojangles) Robinson, Kanada Lee, dan Ethel Waters. Beberapa pelukis “hitam” ternama termasuk Horace Pipin, Jacob Lawrence, dan Henry G. Tanner.

Peneliti dan ilmuwan kulit hitam memberikan kontribusi penting. Sejarawan Carter G. Woodson mendirikan Asosiasi untuk Studi Kehidupan Negro (the Association for the Study of Negro Life) dan Sejarahwan-Sosiolog E. Frankiln Frazier dan Charles S. Johnson mendapat pengakuan internasional atas pekerjaan mereka. Percy L. Julian membuat penemuan perintis dalam penggunaan kedelai. Daniel H. Williams pertama kali berhasil melakukan operasi hati manusia, dan Charles R. Drew adalah otoritas terkemuka dalam pelestarian plasma darah.

Dapat pula dikemukakan Jesse Owens adalah atlet kulit hitam yang memenangkan medali emas untuk Unite States di Olimpiade tahun 1936. Dan salah satu atlet paling terkenal di dunia adalah petinju kulit hitam Amerika Joe Louis.

Pada masa itu mulai terkenal dan memenangkan berbagai penghargaan karya-karya dengan tema hitam, yang ditulis atau diperani oleh orang kulit putih, seperti All God's Chillun Got Wings (1924) dan The Emperor Jones (1920) oleh Eugene O'Neil ; dan In Abraham's Bosom oleh Paul Green. Selain itu DuBose Heyward menulis opera Porgy and Bess dengan musik dan lirik oleh George dan Ira Gershwin.

Musik hitam --- spiritual dan jazz --- dimainkan di mana-mana. Harley T. Burleigh, R. Nathaniel Dett, dan J. Rosamond Johnson mendapatkan pujian atas pengaturan spiritual dan komposisi musik lainnya. W.C Handy mendapat pengakuan nasional atas "St Louis Blues" -nya dan membawa musik Amerika baru yang dikenal sebagai blues. Jazz adalah jenis musik lain yang diciptakan oleh orang kulit hitam Amerika. Musisi jazz pertama bermain di New Orleans pada akhir 1800-an dan awal 1900-an. Mereka kemudian pindah ke Chicago, menjadikan kota itu pusat jazz. Beberapa pemimpin band jazz seperti Louis (Satchmo) Armstrong, Fletcher Henderson, Edward (Duke) Ellington dan William (Count) Basic menjadi terkenal dengan gayanya.

Dalam musik klasik, Roland Hayes, Paul Robeson, dan Marian Anderson mendapat perhatian internasional atas penampilan mereka di kota-kota Eropa dan Amerika terkemuka.

Oscar Stanton

Orang kulit hitam juga mulai mengembangkan kekuatan ekonomi dan politik. Daya beli mereka (uang yang bisa mereka keluarkan untuk barang dan jasa) melonjak dari beberapa juta dolar pada tahun 1928 sampai beberapa miliar dolar pada tahun 1941. Oscar Stanton De Priest (1871 – 1951) American Republican politisi adalah orang hitam pertama di Kongres sejak masa Rekonstruksi, Oscar DePriest, terpilih dari Illinois pada tahun 1982.

Presiden Frankiln D.Roosevelt menunjuk beberapa orang kulit hitam ke posisi pemerintah. Ralph Bunche (1904 - 1971) memegang jabatan di Departemen Luar Negeri, sebelum menjadi wakil sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Roosevelt menentang diskriminasi rasial dan ketidakadilan yang ditujukan pada orang miskin. Program "New Deal" -nya Frankiln D.Roosevelt membantu:

  •      mengurangi kemiskinan dan kelaparan,
  •        memulai pemulihan nasional dari depresi ; dan
  •         memulai reformasi ekonomi yang telah ditetapkan.
Orang kulit hitam sangat diuntungkan dari program New Deal tersebut. Mereka bisa mendapatkan pekerjaan, mendapatkan pinjaman untuk membeli rumah; untuk memiliki rumah sakit, bangunan perguruan tinggi, dan taman bermain. Dan tinggal di perumahan pemerintah federal dengan biaya yang rendah. Aktor, penulis, dan artis kulit hitam juga mendapatkan pekerjaan di proyek-proyek federal.

Pada tahun 1940 setidaknya ada sedikit perubahan dalam sikap rasial di Amerika Serikat. Persaingan di seluruh dunia antara demokrasi dan fasisme, dan kebutuhan akan demokrasi untuk membuktikan keberadan dirinya, telah membantu terjadinya perubahan dalam sikap rasial. Upaya orang kulit hitam juga membantu. Tapi semua ini hanyalah sebuah langkah di jalan panjang menuju kesetaraan penuh dalam hak-hak sipil (bersambung).
*

I believe in Liberty for all men : the space to stretch their arms and their souls, the right to breathe and the right to vote, the freedom to choose their friends, enjoy the sunshine, and ride on the railroads, uncursed by color; thinking, dreaming, working as they will in a kingdom of beauty and love (W. E. B. Du Bois)


*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar