Ngunandiko 137
Orang-hitam Amerika
(Black Americans)
Bagian. 3
Seiring berjalannya waktu,
adanya pemisah “garis warna”, tidak hanya di Selatan, tapi juga di bagian
negara lainnya. Garis warna memisahkan orang kulit hitam dengan kulit putih,
seolah-olah suatu dinding pemisah
Hukum Jim Crow memaksa
orang kulit hitam Amerika untuk tinggal di belakang "garis warna" (Jim Crow
laws were state and local laws that enforced racial segregation in the Southern United States. Enacted by white Democratic --- dominated
state legislatures in the late 19th century after the Reconstruction period).
Seiring berjalannya waktu,
adanya pemisah “garis warna” itu tidak hanya di Selatan tapi juga di bagian
negara lainnya. Hal itu memisahkan orang kulit hitam dengan kulit putih,
seolah-olah suatu dinding pemisah
Posisi orang kulit hitam di tatanan sosial Amerika Serikat pada waktu itu adalah hampir sama dengan pada masa perbudakan. Orang kulit putih di Selatan tidak mengizinkan orang kulit hitam memilih. Mereka dilarang melakukan pekerjaan yang diminati oleh orang kulit putih. Orang kulit hitam tidak diizinkan menghadiri sekolah yang sama dengan orang kulit putih, dan sekolah-sekolah kulit hitam tidak terawat. Seperti telah dijelas dimuka menurut “Hukum Jim Crow” orang kulit hitam Amerika harus duduk di belakang "garis warna" ; hal itu tidak hanya di Selatan tapi juga di Negara-negara bagian lain.
Namun ada orang-orang kulit putih (sebagian kaya dan dermawan) yang berupaya memperbaiki kondisi orang kulit hitam. Upaya ini tampak dilakukannya
dengan sungguh-sungguh. Booker T. Washington (Hampton Institute) mengajar orang-orang
kulit hitam melakukan hal-hal praktis
dan berguna. Itulah adalah dasar dari program pendidikan yang disusun oleh Washington
saat mendirikan Institut Tuskegee di Alabama. Para pria dan wanita muda kulit
hitam di Tuskegee diajari membajak dan menanam (pertanian), memasak, mencuci,
dan menjahit (ingat Sekolah Kepandaian
Putri di Indonesia).
Banyak orang kulit putih
dari Utara dan Selatan terkesan akan program pendidikan tersebut, dan memandang bahwa program Washington itu bagus bagi hubungan antar ras. Namun
program itu tidak mengatakan apapun tentang hak-hak sipil atau tindakan politik
atau kesetaraan sosial. Program Washington itu tidak mengatakan apapun tentang bagaimana
mendidik orang kulit hitam menjadi dokter, pengacara, insinyur atau pekerja
dalam profesi lain. Banyak orang kulit hitam merasa bahwa program Washington itu
akan membuat orang kulit hitam lebih rendah secara ekonomi, politik, dan budaya,
yang akan membuat orang kulit hitam makin terpisah.
Pada tahun 1909, di
Amerika Serikat, berdiri Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Berwarna (The
National Association for the Advancement of Colored People atau NAACP),
asosiasi ini didirikan oleh sekelompok orang kulit hitam dan kulit putih yang
percaya bahwa orang kulit hitam harus memiliki hak yang sama seperti yang
dinikmati warga negara lain. NAACP menentang program Booker T. Washington
dengan alasan bahwa orang kulit hitam akan terus dipandang sebagai warga kelas
dua. W.E.B. Du-Bois, salah satu pemimpin NAACP, mengatakan bahwa orang kulit
hitam itu sesungguhnya hanya menuntut hak mereka sendiri ; yaitu hak politik,
sipil dan sosial milik warga Amerika Serikat yang bebas. Du-Bois menyatakan,
orang hitam tidak akan berhenti melakukan protes, sampai hak-hak itu didapat, The Guardian, yang diedit oleh W. Monroe
Trotter (1872 - 1934), dan Chicago Defender, yang diedit oleh Robert S. Abbott,
adalah surat kabar hitam yang mendukung pendirian DuBois. Dalam upaya untuk
mendapatkan hak dihadapan hukum, NAACP
mengajukan tuntutan di pengadilan dan mengajukan petisi ke Kongres dan ke cabang-cabang
lain dari pemerintah federal. NAACP juga membuat seruan untuk hati nurani orang
Amerika.
Pada tahun 1910 didirikan oleh
orang kulit putih dan orang kulit hitam National Union League (NUL). Organisasi
ini terutama didirikan untuk memperbaiki kondisi kehidupan dan mencarikan kesempatan
kerja bagi orang kulit hitam di kota-kota.
Sejumlah orang kulit putih
bekerja dengan orang kulit hitam di organisasi- organisasi serupa itu, namun
orang kulit putih rata-rata tidak pernah mencoba untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya
dipikirkan dan dirasakan oleh orang kulit hitam. Beberapa orang kulit putih
membaca koran orang hitam, majalah, atau buku --- namun sangat sedikit yang
membaca puisi Paul Laurence Dunbar (Dunbar was born in
Dayton, Ohio to parents who had escaped from slavery; his father was a veteran
of the American Civil War, having served in the 55th Massachusetts Infantry
Regiment and the 5th Massachusetts Colored Cavalry Regiment. His parents
instilled in him a love of learning and history. He was a student at an
all-white high school, Dayton Central High School, and he participated actively
as a student. During high school, he was both the editor of the school
newspaper and class president, as well as the president of the school literary
society. Dunbar had also started the first African-American newsletter in
Dayton) --- sehingga hampir tidak ada orang yang bisa menduga
betapa orang kulit hitam merasa semakin terisolasi dari masyarakat kulit putih,
dan semakin bergantung pada institusi bantuan. Gereja orang hitam (The Black
church) menjadi tidak hanya sumber pembaharuan spiritual tapi juga pusat
kehidupan sosial dan aktivitas masyarakat hitam.
Tapi orang hitam Amerika
tetap teguh dalam patriotisme mereka. Saat dimulainya Perang Spanyol-Amerika, dua
puluh dua (22) orang kulit hitam termasuk korban ketika Maine diledakkan dari
pelabuhan Havana, Kuba, pada tahun 1808. Dalam pertempuran San Juan Hill,
pasukan hitam dari kavaleri kesembilan dan kesepuluh bertempur dengan gagah berani
bahu membahu dengan First Volunteer (Cavalry Rough Riders) yang terkenal itu.
Utara sepertinya
menjanjikan kehidupan yang lebih bebas serta banyak pekerjaan (akibat peningkatan produksi pertahanan dan berkurangnya
imigrasi, telah menciptakan kekurangan tenaga kerja di Utara). Namun ternyata
pindah ke Utara itu tidak sepenuhnya benar dan merupakan langkah yang
tergesa-gesa.
Ketika Perang Dunia I
pecah di Eropa, ribuan orang kulit hitam mulai meninggalkan Selatan. Hal ini
mengkhawatirkan orang-orang kulit putih di Selatan yang melihat sumber tenaga
kerja murah terkuras habis. Politisi dan
pejabat publik Selatan berusaha menghentikan migrasi tersebut. Tapi migrasi orang
kulit hitam tetap berjalan.
Utara sepertinya
menjanjikan kehidupan yang lebih bebas serta banyak pekerjaan terutama di
kota-kota Utara (akibat peningkatan produksi pertahanan dan berkurangnya
imigrasi telah menciptakan kekurangan tenaga kerja di Utara). Ternyata pindah
ke Utara tidak sepenuhnya benar dan merupakan langkah yang tergesa-gesa, sebagian
besar orang kulit hitam tidak pernah mendapatkan upah tinggi dari industri Utara.
Orang-orang hitam mulai memahami pentingnya arti pemungutan suara, mengambil
bagian dalam urusan kewarganegaraan, dan menyuruh anak-anak mereka ke sekolah
yang layak.
Pendatang baru kulit hitam
segera mengetahui bahwa Utara bukanlah suatu sorga. Semakin banyak orang kulit
hitam pindah ke Utara, kondisi kehidupan di Utara semakin buruk. Penduduk kulit
hitam di kota-kota Utara seperti Chicago, Detroit, New York, Philadelphia, dan
Pittsburgh menjadi berlipat ganda sampai tiga kali lipat dalam tahun-tahun
antara tahun 1914 dan 1960. Perumahan sangat buruk, seringkali sepuluh orang tinggal di satu kamar (single
room), pemeliharaan sanitasi buruk atau bahkan tidak ada sama sekali. Orang
kulit hitam tinggal di bagian paling miskin, tapi harus membayar yang uang sewa
tinggi. Ketika orang kulit hitam mencoba
pindah ke lingkungan yang lebih baik,
orang kulit putih sering bersatu untuk merintanginya. Sepanjang
tahun-tahun perang, terjadi kerusuhan rasial di Utara, dan di Selatan, lebih
dari 270 orang kulit hitam dihukum mati (dibunuh secara tidak sah oleh massa)
dalam waktu kurang dari empat tahun.
Ketika Amerika Serikat
memasuki Perang Dunia I pada tahun 1917 ; 400.000 orang kulit hitam mulai ikut
perang, bergabung dengan 20.000 tentara kulit hitam yang sudah berada di
Angkatan Darat dan Garda Nasional. Pasukan orang kulit hitam bertugas mengisi persediaan, membuat perkemahan tetap
bersih, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain. Lebih dari separuh dari 200.000
tentara kulit hitam yang dikirim ke Eropa bertugas di batalion buruh (labor
battalion). Beberapa unit pasukan orang hitam ikut
bertempur seperti “Infanteri New York
ke-369” dan “Infanteri ke-370”. Infanteri
ke-370 memperoleh medali “Croix de
Guerre”.
Saat Perang Dunia I
berakhir, orang kulit hitam pria berada dalam kesulitan yang lebih besar daripada
sebelumnya. Pemisahan dan diskriminasi sangat kuat. Pada tahun 1919 ada 26
kerusuhan rasial di Amerika Serikat. Di kota-kota Utara terjadi persaingan sengit
antara kulit putih dan kulit hitam untuk
memperoleh pekerjaan dan perumahan. Di Selatan, lynchings (Lynching adalah penganiayaan, penggantungan, penembakan atau
penikaman oleh massa. Dulu, pelaku kejahatan-kejahatan seperti ini tidak
dihukum. Ribuan warga kulit hitam Amerika tewas akibat lynching dari tahun 1880an sampai
1960an) meningkat. NAACP berhasil mengajukan rancangan undang-undang
anti-lynching di Kongres pada tahun 1921. Namun, para senator dari Selatan menentangnya,
sehingga rancangan itu (RUU) kalah pada saat pengambilan keputusan pada tahun 1935
dan 1940.
Di tahun 1920-an, banyak
orang hitam Amerika merasa takut, karena lambatnya kemajuan dalam memperoleh hak-hak
sipil. Mereka sebagian tertarik pada Universal Improvement Association (UNIA),
yang di-organisir oleh Marcus Garvey pada tahun 1916. UNIA mendukung sebuah
gerakan "kembali ke Afrika", dengan alasan bahwa orang kulit hitam
Amerika tidak akan pernah bisa memperoleh haknya di Amerika.
Salah satu hasil sosial
dari migrasi orang hitam ke Utara dan Perang Dunia I adalah kebangkitan
kesadaran ras. Hal ini tercermin dalam sebuah gerakan budaya yang dikenal
dengan New Negro Movement (juga disebut the Harlem Renaissance atau the Black
Renaissance). Kota New York adalah pusatnya. Antologi (anthology) “The New
Negro” --- publikasi tahun 1925, yang diedit oleh Alain Locke --- menciptakan gairah
baru dalam kehidupan orang hitam. Claude McKay, James Weldon Johnson, Countee
Cullen, Langston Hughes, dan Arna Bontemps adalah penulis terkemuka “hitam”.
Pada tahun-tahun berikutnya, ketenaran besar dimenangkan oleh penyanyi “hitam” Roland
Hayes, Marian Anderson, dan Dorothy Maynor; musisi W.C Handy dan William Grant
Masih, dan pemain teater Paul Robeson, Bill (Bojangles) Robinson, Kanada Lee,
dan Ethel Waters. Beberapa pelukis “hitam” ternama termasuk Horace Pipin, Jacob
Lawrence, dan Henry G. Tanner.
Peneliti dan ilmuwan kulit
hitam memberikan kontribusi penting. Sejarawan Carter G. Woodson mendirikan
Asosiasi untuk Studi Kehidupan Negro (the Association for the Study of Negro
Life) dan Sejarahwan-Sosiolog E. Frankiln Frazier dan Charles S. Johnson
mendapat pengakuan internasional atas pekerjaan mereka. Percy L. Julian membuat
penemuan perintis dalam penggunaan kedelai. Daniel H. Williams pertama kali
berhasil melakukan operasi hati manusia, dan Charles R. Drew adalah otoritas
terkemuka dalam pelestarian plasma darah.
Dapat pula dikemukakan Jesse
Owens adalah atlet kulit hitam yang memenangkan medali emas untuk Unite States
di Olimpiade tahun 1936. Dan salah satu atlet paling terkenal di dunia adalah
petinju kulit hitam Amerika Joe Louis.
Pada masa itu mulai
terkenal dan memenangkan berbagai penghargaan karya-karya dengan tema hitam, yang
ditulis atau diperani oleh orang kulit putih, seperti All
God's Chillun Got Wings (1924) dan The Emperor Jones (1920)
oleh Eugene O'Neil ; dan In Abraham's Bosom oleh Paul Green. Selain itu DuBose
Heyward menulis opera Porgy and Bess dengan musik dan lirik oleh George dan Ira
Gershwin.
Musik hitam --- spiritual dan jazz --- dimainkan di mana-mana.
Harley T. Burleigh, R. Nathaniel Dett, dan J. Rosamond Johnson mendapatkan
pujian atas pengaturan spiritual dan komposisi musik lainnya. W.C Handy
mendapat pengakuan nasional atas "St Louis Blues" -nya dan membawa
musik Amerika baru yang dikenal sebagai blues. Jazz adalah jenis musik lain
yang diciptakan oleh orang kulit hitam Amerika. Musisi jazz pertama bermain di
New Orleans pada akhir 1800-an dan awal 1900-an. Mereka kemudian pindah ke
Chicago, menjadikan kota itu pusat jazz. Beberapa pemimpin band jazz seperti
Louis (Satchmo) Armstrong, Fletcher Henderson, Edward (Duke) Ellington dan
William (Count) Basic menjadi terkenal dengan gayanya.
Dalam musik klasik, Roland
Hayes, Paul Robeson, dan Marian Anderson mendapat perhatian internasional atas
penampilan mereka di kota-kota Eropa dan Amerika terkemuka.
Oscar Stanton |
Orang kulit hitam juga mulai mengembangkan kekuatan ekonomi dan politik. Daya beli mereka (uang yang bisa mereka keluarkan untuk barang dan jasa) melonjak dari beberapa juta dolar pada tahun 1928 sampai beberapa miliar dolar pada tahun 1941. Oscar Stanton De Priest (1871 – 1951) American Republican politisi adalah orang hitam pertama di Kongres sejak masa Rekonstruksi, Oscar DePriest, terpilih dari Illinois pada tahun 1982.
Presiden Frankiln
D.Roosevelt menunjuk beberapa orang kulit hitam ke posisi pemerintah. Ralph
Bunche (1904 - 1971) memegang jabatan di Departemen Luar Negeri, sebelum menjadi wakil
sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Roosevelt menentang
diskriminasi rasial dan ketidakadilan yang ditujukan pada orang miskin. Program "New
Deal" -nya Frankiln D.Roosevelt membantu:
- mengurangi kemiskinan dan kelaparan,
- memulai pemulihan nasional dari depresi ; dan
- memulai reformasi ekonomi yang telah ditetapkan.
Orang kulit hitam sangat
diuntungkan dari program New Deal tersebut. Mereka bisa mendapatkan pekerjaan,
mendapatkan pinjaman untuk membeli rumah; untuk memiliki rumah sakit, bangunan
perguruan tinggi, dan taman bermain. Dan tinggal di perumahan pemerintah
federal dengan biaya yang rendah. Aktor, penulis, dan artis kulit hitam juga
mendapatkan pekerjaan di proyek-proyek federal.
Pada tahun 1940 setidaknya
ada sedikit perubahan dalam sikap rasial di Amerika Serikat. Persaingan di
seluruh dunia antara demokrasi dan fasisme, dan kebutuhan akan demokrasi untuk
membuktikan keberadan dirinya, telah membantu terjadinya perubahan dalam sikap
rasial. Upaya orang kulit hitam juga membantu. Tapi semua ini hanyalah sebuah langkah
di jalan panjang menuju kesetaraan penuh dalam hak-hak sipil (bersambung).
*
I believe in
Liberty for all men : the space to stretch their arms and their souls, the right
to breathe and the right to vote, the freedom to choose their friends, enjoy
the sunshine, and ride on the railroads, uncursed by color; thinking, dreaming,
working as they will in a kingdom of beauty and love (W. E.
B. Du Bois)
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar