Minggu, 31 Maret 2013

Terkecoh.



Ngunandiko. 43


Terkecoh, pernyataannya sendiri?

Markas Gerilyawan di desa
Pada awal tahun 1950 ada lima orang  pemuda  mengunjungi bekas markas mereka waktu bergerilya melawan tentara Belanda, yaitu di sebuah desa di daerah Sleman (Yogyakarta) yang letaknya lk  18 km barat-daya  puncak Gn Merapi. Dalam perjalanan pulang ke kota Yogya mereka beristirahat di tepi  sebuah sungai kecil.  Tiga  orang  diantara mereka mandi dan membersihkan badan  disebuah sumber- air (bhs Jawa; belik atau sendang) yang ada  ditepi  sungai tersebut.  Belik atau sendang  tersebut airnya melimpah dan sangat jernih.

Setelah  selesai mandi dan membersihkan badan, ketiga pemuda tersebut merasa segar dan sehat kembali, dan hal itu diceritakan  kepada  kedua kawannya  yang tidak mandi.  Bahkan sesampai di rumahnya di kota Yogya,  salah seorang  dari tiga pemuda tersebut (Parto),   masih  bercerita  bagaimana ia merasa segar dan sehat kembali setelah mandi di sumber air di daerah Sleman itu  kepada saudara dan  kawan-kawannya dirumah.

Saudara dan kawan-kawannya menceritakan kembali pengalaman Parto tersebut ke sejumlah orang lain.  Cerita      itu  (tanpa disadari oleh Parto) ternyata  berkembang dari mulut-mulut   – sudah barang tentu disertai bumbu dan ditambah tambah   dan kemudian menjadi  berita bahwa  ada  sumber-air di daerah Sleman yang dapat menyembuhkan  berbagai penyakit.  Beberapa waktu kemudian – kira-kira pada awal tahun  1952 – adanya  sumber-air  yang dapat menyembuhkan  berbagai  penyakit   itu di  kenal oleh hampir  seluruh penduduk kabupaten Sleman  bahkan sampai ke penduduk  kota Yogyakarta. Sumber-air tersebut dipercayai dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang dokter  tidak mampu mengobatinya . Dan setiap hari orang berbondong-bondong berobat ke sumber-air tersebut.

Sumber-air
Berita adanya  sumber-air yang dapat menyembuhkan penyakit di Sleman tersebut  akhirnya  sampai di telinga Parto.  Sudah lama Parto  menderita penyakit kulit (exeem) yang tak  kunjung sembuh, maka  dia  ingin mencoba berobat ke sumber-air tersebut. Pada suatu hari  Parto bersama dengan adiknya      pergi ke  sumber-air   di Sleman tersebut dengan tujuan menyembuhkan sakitnya.  Parto dan adiknya tiba di sumber-air tersebut sekitar jam  17.30  sore,  jadi  hari sudah mulai gelap,  namun masih ada beberapa orang yang ber-obat (mandi)   di sumber-air itu. Setelah menunggu beberapa saat Parto pun  mandi  di sumber-air tersebut dengan tujuan menyembuhkan sakit kulit (exeem) yang  telah lama dideritanya.
  
Kira-kira satu minggu kemudian – karena merasa sakitnya belum berkurang - Parto datang lagi ke sumber air tersebut.  Pada waktu Parto sampai di sumber-air itu  hari masih pagi, sehingga sempat melihat-lihat disekitarnya. Parto pun lalu  ingat kembali dan sadar bahwa  sumber-air tersebut  adalah tempat dia dan teman-temannya dahulu (tahun 1950)  mandi setelah  mengadakan kunjungan ke sebuah desa di daerah Sleman.

Dalam perjalanan pulang  dari berobat di sumber-air tersebut Parto berpikir bukankah sumber-air  itu adalah sumber-air yang beberapa waktu lalu (tahun 1950) dia kunjungi bersama-sama teman-temannya . Dan  sumber-air  itu adalah sumber-air biasa yang banyak terdapat ditepi sebuah  sungai.  Menurut apa yang dia ingat  pada tahun 1950 tidak  ada yang  istimewa dari  sumber-air itu kecuali airnya yang melimpah dan jernih,  bahkan nyaris tidak ada yang menggunakannya karena letaknya yang terpencil, jauh dari rumah penduduk ; hanya  sekali-kali digunakan mandi   oleh penduduk  desa atau orang  yang   kebetulan lewat seperti Parto dan kawan-kawannya dahulu. 

Yang masih menjadi pertanyaan dalam hati  Parto ; Apakah  pernyataannya  dan teman-temannya  yang dahulu pernah bercerita  bahwa mereka  menjadi sehat dan segar  setelah mandi di sumber air tersebut,  yang menjadi sebab  mengapa sumber-air  itu dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit ? Atau psikologi masyarakat setelah Perang Kemerdekaan  RI 1945 (sebagaimana diketahui perang kemerdekaan RI berakhir pada akhir tahun 1949) yang mencekam yang menyebabkannya ? Ataukah karena keduanya ? 

Semua  itu  masih  merupakan misteri, namun kenyataannya pada waktu itu  (1952)  banyak orang yang percaya   bahwa sumber-air   itu  memiliki “kesaktian” dapat menyembuhkan penyakit. Apakah ia (Parto)  dan kawan-kawannya terkecoh oleh pernyataannya sendiri? Wallahualam !

Tdak berapa lama kemudian, kira-kira pada tahun 1953, kepercayaan orang akan “kesaktian” sumber-air tersebut  mulai surut, orang tidak lagi berbondong-bondong untuk berobat ketempat itu. 

*
He with whom neither slander that gradually soaks into the mind, nor statements that startle like a wound in the flesh, are successful may be called intelligent indeed
(Cofucious)
*

Jumat, 01 Maret 2013

Mis-komunikasi



Ngunandiko.41

Mis-komunikasi
Pada akhir Januari 2013 saya berada di Yogyakarta, seperti biasa kalau sedang berada di Yogya saya selalu menyempatkan diri makan pagi (sarapan) di warung soto Kadipiro. Letak warung soto Kadipiro tersebut lk 4 km dari Kantor Pos Yogya (Yogya km : 0) ke arah barat di jalan-raya menuju Purworejo, berada disebelah kanan jalan beberapa puluh meter di arah barat tapal batas kota Yogyakarta.
Saya diantar oleh adik saya dengan mobil Renault tua-nya, pada kira-kira jam 7.30 pagi kami sudah ditengah perjalanan menuju Kadipiro. Jalan pada waktu itu tidak terlalu ramai, kecepatan mobil kami kira-kira 40 km per jam.
Vespa
Beberapa saat setelah jembatan Kali Winongo dari arah timur ada sebuah scooter Vespa (rupanya Vespa terbaru) menyalip mobil kami, tiba-tiba dimukanya ada gerobak sampah memotong jalan. Rupa-rupanya penarik gerobak sampah tidak mendengar bunyi klakson  dan terus saja memotong jalan, maka Vespa-pun menabrak gerobak tersebut dan Vespa roboh bersama penumpangnya. Untung pada peristiwa itu tidak ada yang mengalami luka-luka yang berarti.
Gerobak sampah yang memotong jalan secara mendadak tanpa memperhatikan bunyi klakson, dan pengendara yang  belum mahir betul mengendalikan Vespa-nya rupanya menjadi  penyebab kecelakaan tersebut. Kecelakaan  ini mengingatkan saya pada kejadian serupa pada tahun 1960, lebih dari 50 tahun yang lalu, pada waktu saya masih sekolah di Yogya.
Pada saat itu, hari Minggu bulan Pebruari 1960, saya diajak paman saya mencoba mobil-nya (kalau tidak salah merk Chevrolet Impalla) yang baru dibawanya dari Amerika, sehabis tugas belajar disana. Sekitar jam 7.00 kami sudah berada di daerah Kotabaru dijalan menuju ke stadion Kridosono dari arah utara (sekarang dari arah Kampus UGM).
Paman saya mengemudikan mobil tersebut pelan-pelan dengan kecepatan tidak lebih dari 40 km per jam. Lalu lintas masih terlihat sepi. Sewaktu kami asyik ngobrol ada sepeda motor Harley Davitson yang dikendarai oleh seorang pemuda menyusul dari sebelah kanan mobil, pemuda tersebut berteriak-teriak sambil menunjuk-nujuk kearah sepeda motornya.
Paman saya, karena ada disebelah kiri (Impalla tersebut stir kiri), tidak mendengar dengan jelas apa yang diteriakkan  pemuda tersebut.
Paman bertanya ke saya          : Teriak apa pemuda itu?
Saya                       : Apa sudah pernah naik Harley Davitson (teriak pemuda itu sambil menunjuk-nujuk kearah sepeda motornya).
Paman                              :  Sombong amat dia, mentang-mentang naik Harley Davitson baru ( paman pun lalu mempercepat laju mobilnya).
Setelah kami mengelilingi stadion Kridosono dan akan kembali ke arah Terban Taman (sekarang Kampus UGM) ; terlihat ada kerumunan orang yang sedang menolong suatu kecelakaan. Kecelakaan tersebut ternyata adalah Harley Davitson yang menabrak seorang pengendara sepeda. Keduanya (pengendara sepeda dan pengendara Harley Davitson) tersungkur di jalan serta mengalami luka-luka.
Harley Davitson
Harley Davitson tersebut adalah Harley Davitson yang dikendarai pemuda yang tadi berteriak-teriak sambil menunjuk-nunjuk ke sepeda motornya. Pemuda itu pada waktu berteriak ternyata bukan menyombongkan sepeda motornya tetapi bertanya bagaimana mengerem Harley Davitson ; sebaliknya kami mengira si pemuda itu memamerkan Harley Davitson-nya yang pada waktu itu masih jarang yang memilikinya.
Wah wah . . . . . gara-gara mis-komunikasi maka terjadilah  kecelakaan tersebut. Untung tidak sampai ada korban jiwa.

*
Say as much as you need to get your points through. Saying too little causes misinterpretations and unintended consequences since there isn’t enough information for informed decisions to be made (Peter Saysomphane, American , Consultant and Author)
*

Selasa, 12 Februari 2013

Garam



 Ngunandiko.39


Garam
(salt)

Menurut sebuah “legenda atau dongeng” : air laut menjadi asin, karena  garam yang dibuat oleh “Mangkok Sakti”. Sudah barang tentu para ahli ilmu pengetahuan alam tidak berpendapat seperti itu.


Garam dapur
Secara umum garam adalah senyawa hasil reaksi basa dengan asam, ada bermacam-macam garam misalnya : garam Mohr, garam  Rochelle, garam Epsom, garam Kompleks (a.l tawas), garam Dapur dan garam-garam lain-nya. Dalam kesempatan ini akan diuraikan garam Dapur ; garam dapur adalah benda padat berbentuk kristal putih, lazim dimakan oleh manusia,  terdapat di alam dan seringkali dihasilkan dari air laut. Dalam ilmu kimia  garam dapur disebut garam Natrium Klorida (NaCl).
Garam (NaCl) sangat perlu bagi kesehatan tubuh manusia, namun bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit antara lain tekanan darah tinggi (hipertensi). Di Indonesia garam dapur juga sering digunakan untuk mencegah penyakit gondok, dengan ditambah yodium dalam kadar tertentu. Selain itu  garam juga digunakan  dalam industri misalnya : di industri makanan dan minuman sebagai bahan untuk mengawetkan makanan dan sebagai bumbu : di industri kimia sebagai bahan baku dan pembantu ; dan juga di berbagai cabang industri lainnnya.
Menurut “Salt Insitute”  garam (NaCl) tidak hanya untuk konsumsi manusia, hampir setengahnya digunakan sebagai bahan baku industri seperti untuk menghasilkan klorin, soda api, soda abu, dan berbagai bahan organik serta penggunaan lain. Secara keseluruhan berdasar penggunaan-nya, maka garam (NaCl)  dapat dibagi dalam  lima katagori sbb :
  1. Garam untuk bahan baku & pembantu industri atau garam industri,
  2. Garam untuk konsumsi manusia (bumbu, pengawet dll) atau garam food grade
  3. Garam untuk tanaman dan hewan atau garam pertanian,
  4. Garam untuk menghilangkan es & salju di jalan-jalan selama musim dingin,
  5. Garam untuk penggunaan lain-lain mis ; campuran air pendingin,  melunakkan air, hujan buatan dll.
Seperti diterangkan dimuka garam NaCl seringkali dihasilkan dari air laut. Kadar garam NaCl atau kandungan garam NaCl dalam air laut yang relatip tinggi (lk 3 %) menyebabkan air laut rasanya asin. Pada waktu masih anak-anak, saya sering mendengar “dongeng” yang mengisahkan mengapa  air laut menjadi  asin, “Dongeng atau legenda” tersebut ringkasnya adalah seperti berikut ini.

Pada jaman dahulu ada sebuah kerajaan memiliki sebuah jimat (pusaka) yang disebut sebagai “ Mangkok Sakti”. Jika kerajaan tersebut memerlukan sesuatu dan memohon kepada “Mangkok Sakti”, maka permintaannya akan segera dipenuhi-nya.
Berita mengenai keberadaan “Mangkok Sakti” dengan kemampuan yang ajaib tersebut segera tersebar keseluruh permukaan bumi. Oleh karena itu ada suatu  negara lain yang ingin memiliki “Mankok Sakti” tersebut,  Negara lain tersebut lalu membentuk Tim dengan tugas  membawa “Mankok Sakti” ke negara itu, bagaimanapun caranya.
Setelah beberapa waktu . . . . .  (singkat cerita ) . . . . ; Tim tersebut telah berhasil mencuri “Mangkok Sakti” dan segera dibawanya secara rahasia  ke negaranya. Perjalanan membawa “Mangkok Sakti” tersebut ternyata  memakan waktu berbulan-bulan karena harus berlayar melalui lautan luas. Di tengah perjalanan rombongan Tim tersebut kehabisan garam, sehingga harus makan tanpa garam.. Mula-mula Tim tersebut masih dapat bertahan makan tanpa garam, namun lama kelamaan mereka  tidak tahan lagi dan tubuhnya pun menjadi lemah.
Mengalami keadaan tanpa garam tersebut, maka ada salah seorang anggota Tim yang mengusulkan agar memanfaatkan kemampuan “ Mangkok Sakti” tersebut untuk membuat garam. Usul itu disetujui  dan mereka lalu memerintahkan  “ Mangkok Sakti”  untuk membuat garam. “ Mangkok Sakti” pun segera memenuhi perintah tersebut, mula-mula dibuatnya satu mangkok garam . . . . .  namun karena tidak ada perintah untuk berhenti, maka “ Mangkok Sakti” pun melanjutkan membuat satu mangkok garam . . . . . beberapa saat kemudian membuat satu mangkok  . . . . . beberapa saat kemudian satu mangkok lagi . . . .  demikian seterusnya  . . . . . “Mangkok Sakti” itu terus membuat garam tanpa berhenti, karena tak seorangpun dari Tim tersebut mengetahui cara memerintah  “Mangkok Sakti” untuk berhenti membuat garam...
Selang beberapa lama perahu-pun  penuh dengan bermangkok-mangkok garam yang terus menerus dibuat oleh “Mangkok Sakti” tersebut, tidak lama kemudian perahu pun tenggelam kedasar laut dengan seluruh isinya. Sementara itu “Mangkok Sakti” terus saja membuat garam sampai saat ini tanpa ada yang dapat menghentikan. Akhirnya seluruh air laut menjadi asin sampai sekarang.

Demikianlah menurut “dongeng”  mengapa air laut menjadi asin adalah karena  garam yang dibuat oleh “Mangkok Sakti” dengan tak ada berhentinya. Sudah barang tentu para ahli ilmu pengetahuan alam tidak berpendapat seperti itu.

Garam dapur (NaCl) terdapat di dalam air laut, tetapi ada pula garam dapur (NaCl) yang terdapat didaratan berupa padatan di sejumlah deposit di muka bumi.

Menurut  para ahli – berdasar penelitian yang telah dilakukan –   lautan di muka bumi ini  mengandung kerak bumi yang terlarut dengan jumlah cukup besar yaitu lk 3.75 % berat dari total berat air laut, dan dari   3,75% tersebut  sebesar 2 % adalah garam dapur (NaCl)  atau  lebih kurang 2/3 (dua pertiga) dari berat bahan kerak bumi terlarut.
Seperti diketahui selain lautan ada danau (mis :Great Salt Lake di Amerika Serikat) dan laut  daratan (mis :Laut Mati di perbatasan antara Israel dan Yordania) yang mengandung prosentase kerak bumi  terlarut jauh lebih tinggi yaitu masing-masing lk 15 % dan 30 % berat. Namun  yang berupa garam dapur (NaCl)  hanya sekitar  2/5 (dua per lima) dari total berat kerak bumi terlarut, sisanya  terdiri dari berbagai jenis garam lain.
Disamping garam dapur (NaCl) yang terdapat di dalam air laut seperti tersebut diatas, terdapat pula  garam dapur (NaCl) yang berupa padatan di sejumlah deposit di muka bumi. Beberapa deposit garam dapur padat tersebut memiliki ketebalan beberapa meter. Deposit tersebut merupakan padatan yang ditinggalkan oleh penguapan danau dan laut darat berabad-abad yang lalu. Dalam beberapa kasus deposit tersebut pada saat ini berada jauh di bawah permukaan tanah ; sementara ada pula yang berada di permukaan tanah. Hal itu terjadi setelah melalui proses geologi yang panjang..
Di berbagai tempat garam dapur (NaCl) juga dapat diperoleh dalam bentuk lumpur asin atau air asin yang terkonsentrasi di dalam kolam atau sumur, hal itu karena semburan air dan gas yang melalui deposit garam seperti terjadi di beberapa tempat di Eropa atau Amerika, hal seperti itu juga terdapat di Indonesia misalnya yang ada di Kuwu Jawa Tengah.
Deposit garam dapat berbentuk batuan garam (rock salt) atau berbentuk kubah garam (salt domes) seperti itu terdapat  di sejumlah negara di Eropa misalnya di Austria atau di Jerman, serta di sejumlah negara bagian  di Amerika Serikat.  Garam sering diproduksi dari deposit-deposit tersebut baik yang berbentuk batuan maupun kubah maupun larutan lumpur garam. Di di negara-negara bagian Kansas, Michigan, New Mexico, New York, Ohio. Louisiana dan Texas  deposit garam umumnya berbentuk kubah (salt domes).
Sementara itu negara-negara yang memiliki lautan luas seperti Indonesia, India, Italia, Portugal,  Spanyol dan lain-lain  garam dihasilkan dari penguapan air laut. Negara-negara yang juga tercatat sebagai penghasil garam yang potensial  antara lain adalah Australia, Brazil, Kanada, China, Perancis dan Meksiko.
Sebagai gambaran berikut ini disampaikan beberapa negara yang hanya memproduksi garam dari air laut seperti :  Bangladesh (lk  350.000 mTon per tahun), Indonesia ( lk 700.000 mTon per tahun), Namibia ( lk 750.000 mTon per tahun), Pilipina (lk  500.000 mTon per tahun), Tunisia (lk 1.000.000 mTon per tahun) dan sejumlah negara maritim lainnya.


Garam merupakan produk mineral komersial paling besar jika dibandingkan dengan produk mineral yang lain kecuali mineral logam besi. Pada awalnya metode utama dalam memproduksi garam adalah dengan  menguapkan  air laut. Metode ini pada waktu ini masih penting terutama di daerah-daerah yang memiliki lautan luas dengan musim panas yang kering dan panjang, tetapi bagian yang lebih besar dari produksi garam di dunia adalah berasal dari garam batu (rock salt) dan kubah garam (salt domes).
Produksi garam (dalam 1000 mTon per tahun) di dunia menurut  British Geological Survey   (2008) adalah sbb :

Produksi garam dunia (2008)
No.
Negara
1000 mTon
Persen (%)
01
United States
46,500
22.14
02
China
37,101
17.67
03
India
15,000
7.14
04
Canada
14,125
6.73
05
Australia
11,211
5.34
06
Mexico
8,180
3.39
07
France
7,000
3.33
08
Brazil
6,500
3.10
09
Chile
6,000
2.86
10
United Kingdom
5,800
2.t6

Total produksi garam
210,000
100.00

Sementara itu  Indonesia menempati urutan ke-32 dengan total produksi lk 680.000 mTon per tahun atau 0.32 %  dari total produksi garam dunia. Angka-angka tersebut kini (2012) belum berubah secara signifikan.  Seperti telah diterangkan dimuka pada dasarnya garam diproduksi melalui : (1) Menguapkan air laut, danau atau laut daratan, dan  (2) Penambangan  deposit garam batu (rock salt) atau kubah garam (salt dome). Hal tersebut secara sederhana dapat digambarkan seperti berikut ini.

  •    Penguapan air laut, danau atau laut daratan

Adapun urutan proses produksinya pada prinsipnya adalah sbb :

Mengumpulkan Garam (dgn Alat Berat)

Pertama-tama mengalirkan sejumlah air laut ke sebidang tanah (petak-petak datar) yang telah tersedia. Kemudian air laut tersebut – karena panas dari sinar matahari –  air-nya akan menguap dan meninggalkan kristal-kristal garam. Kristal garam tersebut  dikumpulkan (menggunakan alat berat atau manual) sebagai  garam yang masih tercampur dengan berbagai bahan padat lainnya (garam kotor). Setelah kotoran dibersihkan didapat kristal garam berwarna putih bersih, inilah garam bersih yang diinginkan yang kemudian dibawa ke konsumen..
Proses pembuatan garam tersebut memerlukan waktu beberapa hari tergantung cuaca (matahari bersinar terang atau tidak) di Indonesia (Pulau Madura) umumnya memerlukan waktu lk 10 hari.


Mengumpulkan  Garam  (manual)
Sebagai catatan proses penguapan gram ini juga dipakai pada pembuatan garam murni “refined salt”, dimana pembuatannya  dimulai dengan larutan  garam yang berasal dari  rock salt, salt dome atau  garam dari  air laut.. Refined salt biasanya untuk makanan, obat-obatan dan kosmetika..





  •  Penambangan deposit garam batu (rock salt) atau kubah garam (salt dome).

Penambangan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua : (1) penambangan di permukaan tanah dan (2) penambangan di sub-permukaan (bawah) tanah, Urutan proses produksinya pada prinsipnya adalah sbb :

Menggali  rock salt
Pertama-tama garam digali – dengan bantuan mesin & peralatan –    dari deposit garam batu (rock salt) atau kubah garam (salt dome). Hasil penggalian tersebut  di angkut – dengan bantuan truk, conveyer, pipa etc –   ke tempat-tempat pengumpulan. Kemudian garam tersebut melalui proses tertentu dibersihkan dan jika perlu dilakukan size reduction (penyeragaman ukuran), hasilnya adalah garam yang diinginkan yang kemudian dibawa ke konsumen.
Salt dome



Garam yang diproduksi dari air laut maupun dari penambangan sudah lama di kenal, misalnya garam dari penambangan di Hallstatt di Austria pada jaman prehistoric, demikian pula garam yang berasal dari laut  sudah diceritakan dalam kitab agama Budha “Vinaya Pitaka” yang disusun hampir 7 abad yang lalu. 
Kubah garam (salt dome) banyak ditemukan di sepanjang pantai di Texas dan Louisiana. Salah satu contoh dari sebuah pulau yang dibentuk oleh kubah garam adalah Avery Island di Louisiana.i.
Lokasi produksi garam (pengaraman) sejak dahulu, bahkan sebelum jaman Romawi ternyata secara  alamiah telah mengikuti pola menurut kaidah-kaidah efisiensi ekonomi yaitu :

  1. Memiliki akses ke konsumen garam (pasar),
  2. Dekat dengan sumber garam (garam dari laut, rock salt atau salt domes),
  3. Mudah dicapai oleh manusia sebagai sumber tenaga kerja.
  4. Mudah mendapatkan pasokan bahan bakar murah dan atau sinar matahari.

Pola lokasi produksi garam seperti itu telah berlaku sejak jaman Romawi dan masih berlaku sampai dengan saat ini, hal itu a.l  tampak pada lokasi produksi garam di berbagai negara seperti di Chesire (Inggris), di Wichczka (Polandia), di Solar de Uyuni (Bolivia), di Teluk Mesiko ( Mesiko), di Tamil Nadu (India), di Pak Thale, Phetchaburi (Thaliland), di P. Madura (Indonesia) dan di Port Hedland (Australia) dan lain-lain..

Sebagai gambaran tentang pelaku produksi dan perdagangan garam didunia, maka berikut ini adalah sejumlah negara selain produsen garam (salt producing countries) juga memiliki perusahaan (unit usaha) yang memperdagangkan garam hasil produksinya ke negara-negara lain seperti Australia (mis : Dampier Salt),. China (:mis : Shandong Ocean Chemical), India       ( mis : Century Chemicals), Mexico ( mis : San Felipe Salt ), Thailand ( Thailand Refined Salt Co), United State ( mis : Akzo Nobel) dan lain-lain.

Indonesia termasuk negara produsen garam, PT. Garam Indonesia adalah perusahaan  (BUMN) produsen garam di Indonesia. PT. Garam Indonesia memiliki ladang garam di P. Madura. Disamping garam yang dihasilkan oleh PT. Garam Indonesia  ada pula garam hasil produksi  ladang-ladang garam milik rakyat a.l di pantai-pantai utara P. Jawa dan lain-lain, Sampai saat ini Indonesia masih melakukan impor garam terutama untuk keperluan industri, garam tersebut di impor Australia, India dan negara-negara lainnya sejumlah lk 200.000 mTon setiap tahun. Secara keseluruhan di dunia ada lebih dari 50 perusahaan (dari sekitar 25 negara) yang memasarkan garam pada tingkat perdagangan dunia.

Ribuan tentara Napoleon meninggal selama mengundurkan diri dari pertempuran di Moskow (1816), karena lambatnya penyembuhan luka-lukanya. Hal itu disebabkan menurunkan ketahanan tubuh terhadap penyakit akibat  kekurangan garam

Dimuka telah dijelaskan bahwa garam (NaCl) adalah sangat perlu bagi kesehatan tubuh manusia, oleh karena itu ke tersediaan-nya sering dikendalikan oleh pemerintahan suatu negara. Hal itu karena dampak kekurangan garam bagi manusia adalah sangat signifikan lebih-lebih ketika dalam keadaan perang, dimana manusia dalam suasana tegang serta ekonomi yang terus memburuk.

Dalam sejarah tercatat bahwa ribuan tentara Napoleon meninggal selama mengundurkan diri dari pertempuran di Moskow (1816), karena lambatnya penyembuhan luka-luka yang mereka alami. Lambatnya penyembuhan luka tersebut menurut penelitian disebabkan menurunkan ketahanan tubuh terhadap penyakit sebagai akibat  dari kekurangan garam

Mempertahankan fasilitas produksi garam di Saltville  (Virginia's Kanawha Valley and Avery Island) adalah target utama konfederasi agar dapat memenangkan perang. Seperti diketahui dalam keadaan perang konfederasi membutuhkan mineral berharga tersebut (garam) untuk mengawetkan daging, menyamak kulit dan memberi warna pakaian seragamnya. Tentara Utara (Union Army) dalam usahanya merebutt Saltville (1864) mula-mula dapat. dikalahkan oleh tentara konfederasi  setelah berperang selama 36 jam. Presiden  Confedarate States of America (CSA) Jefferson Davis (1808 – 1889)) menawarkan penghargaan kepada siapa saja yang membantu mempertahankan fasilitas produksi garam tersebut. Namun pada akhirnya fasilitas produksi garam tersebut dapat dihancurkan oleh Utara.

Pemerintah kolonial Inggris di India serta pemerintah kolonial Belanda  di Indonesia  sejak sekitar akhir abad ke 19 s/d medio abad ke 20 pernah mengatur perdagangan garam. Di India Inggris menetapkan aturan monopoli garam yang  berisikan larangan untuk mengumpulkan atau menjual garam dan dengan paksaan rakyat India harus membeli  garam dari Inggris, pengaturan tersebut dilawan dengan aksi boikot dengan membuat garam sendiri dari air laut yang dipimpin oleh Mahatma Gandhi (lihat Ngunandiko.25 “Boikot"). Hal yang lk sama juga dilakukan Belanda di Indonesia, rakyat juga berusaha membuat garam sendiri a.l di Aceh dan pesisir utara Jawa.

Konon ketika orang-orang kulit putih berperang dengan suku-suku Indian diawal kedatangannya di benua Amerika, orang-orang kulit putih (Spanyol) sering memblokade kiriman garam ke wilayah-wilayah suku Indian untuk melemahkan perlawanan. Hal seperti itu juga dilakukan oleh TNI pada waktu melawan pasukan-pasukan pemberontak DI (Darul Islam) di Jawa Barat atau pasukan pengacau MMC (Merapi-Merbabu Compleks) di Jawa Tengah pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an..

Sebagai penutup dari uraian singkat tentang garam ini, ingin dikemukakan bahwa  para ahli ilmu pengetahuan alam berdasar pada pengamatan, percobaan-percobaan di laboratorium, dan berbagai  penelitian lain yang dilakukannya berpendapat bahwa garam adalah berasal dari kerak bumi yang terlarut dalam air. Sebagian kerak bumi yang terlarut tersebut karena proses alam (geologi) yang panjang telah berbentuk menjadi garam batuan (rock salt) dan kubah garam (salt dome), dan sebagian lagi masih tetap terlarut dalam air laut.
Para ahli di berbagai bidang ilmu dan teknologi menyadari bahwa garam memiliki peran yang penting bagi kehidupan manusia, oleh karena itu sampai sekarang mereka masih terus melakukan berbagai penelitian dalam rangka memanfaatkan garam tersebut bagi umat manusia. Namun sebagian dari masyarakat dengan menggunakan logika mystika masih percaya bahwa garam yang menyebabkan air laut menjadi asin adalah berasal dari kerja “Mangkok Sakti” sebagaimana yang diuraikan diatas.
Semoga uraian ini bermanfaat !

*
The salt of any interesting civilization is mixture
(Antonio_Tabucchi ; 1943 – 2012 ; Italian writer)
*