Jumat, 01 Maret 2013

Mis-komunikasi



Ngunandiko.41

Mis-komunikasi
Pada akhir Januari 2013 saya berada di Yogyakarta, seperti biasa kalau sedang berada di Yogya saya selalu menyempatkan diri makan pagi (sarapan) di warung soto Kadipiro. Letak warung soto Kadipiro tersebut lk 4 km dari Kantor Pos Yogya (Yogya km : 0) ke arah barat di jalan-raya menuju Purworejo, berada disebelah kanan jalan beberapa puluh meter di arah barat tapal batas kota Yogyakarta.
Saya diantar oleh adik saya dengan mobil Renault tua-nya, pada kira-kira jam 7.30 pagi kami sudah ditengah perjalanan menuju Kadipiro. Jalan pada waktu itu tidak terlalu ramai, kecepatan mobil kami kira-kira 40 km per jam.
Vespa
Beberapa saat setelah jembatan Kali Winongo dari arah timur ada sebuah scooter Vespa (rupanya Vespa terbaru) menyalip mobil kami, tiba-tiba dimukanya ada gerobak sampah memotong jalan. Rupa-rupanya penarik gerobak sampah tidak mendengar bunyi klakson  dan terus saja memotong jalan, maka Vespa-pun menabrak gerobak tersebut dan Vespa roboh bersama penumpangnya. Untung pada peristiwa itu tidak ada yang mengalami luka-luka yang berarti.
Gerobak sampah yang memotong jalan secara mendadak tanpa memperhatikan bunyi klakson, dan pengendara yang  belum mahir betul mengendalikan Vespa-nya rupanya menjadi  penyebab kecelakaan tersebut. Kecelakaan  ini mengingatkan saya pada kejadian serupa pada tahun 1960, lebih dari 50 tahun yang lalu, pada waktu saya masih sekolah di Yogya.
Pada saat itu, hari Minggu bulan Pebruari 1960, saya diajak paman saya mencoba mobil-nya (kalau tidak salah merk Chevrolet Impalla) yang baru dibawanya dari Amerika, sehabis tugas belajar disana. Sekitar jam 7.00 kami sudah berada di daerah Kotabaru dijalan menuju ke stadion Kridosono dari arah utara (sekarang dari arah Kampus UGM).
Paman saya mengemudikan mobil tersebut pelan-pelan dengan kecepatan tidak lebih dari 40 km per jam. Lalu lintas masih terlihat sepi. Sewaktu kami asyik ngobrol ada sepeda motor Harley Davitson yang dikendarai oleh seorang pemuda menyusul dari sebelah kanan mobil, pemuda tersebut berteriak-teriak sambil menunjuk-nujuk kearah sepeda motornya.
Paman saya, karena ada disebelah kiri (Impalla tersebut stir kiri), tidak mendengar dengan jelas apa yang diteriakkan  pemuda tersebut.
Paman bertanya ke saya          : Teriak apa pemuda itu?
Saya                       : Apa sudah pernah naik Harley Davitson (teriak pemuda itu sambil menunjuk-nujuk kearah sepeda motornya).
Paman                              :  Sombong amat dia, mentang-mentang naik Harley Davitson baru ( paman pun lalu mempercepat laju mobilnya).
Setelah kami mengelilingi stadion Kridosono dan akan kembali ke arah Terban Taman (sekarang Kampus UGM) ; terlihat ada kerumunan orang yang sedang menolong suatu kecelakaan. Kecelakaan tersebut ternyata adalah Harley Davitson yang menabrak seorang pengendara sepeda. Keduanya (pengendara sepeda dan pengendara Harley Davitson) tersungkur di jalan serta mengalami luka-luka.
Harley Davitson
Harley Davitson tersebut adalah Harley Davitson yang dikendarai pemuda yang tadi berteriak-teriak sambil menunjuk-nunjuk ke sepeda motornya. Pemuda itu pada waktu berteriak ternyata bukan menyombongkan sepeda motornya tetapi bertanya bagaimana mengerem Harley Davitson ; sebaliknya kami mengira si pemuda itu memamerkan Harley Davitson-nya yang pada waktu itu masih jarang yang memilikinya.
Wah wah . . . . . gara-gara mis-komunikasi maka terjadilah  kecelakaan tersebut. Untung tidak sampai ada korban jiwa.

*
Say as much as you need to get your points through. Saying too little causes misinterpretations and unintended consequences since there isn’t enough information for informed decisions to be made (Peter Saysomphane, American , Consultant and Author)
*

1 komentar: