Ngunandiko.41
Mis-komunikasi
Pada akhir Januari 2013 saya berada di Yogyakarta, seperti
biasa kalau sedang berada di Yogya saya selalu menyempatkan diri makan pagi (sarapan)
di warung soto Kadipiro. Letak warung soto Kadipiro tersebut lk 4 km dari
Kantor Pos Yogya (Yogya km : 0) ke arah barat di jalan-raya menuju Purworejo, berada
disebelah kanan jalan beberapa puluh meter di arah barat tapal batas kota
Yogyakarta.
Saya diantar oleh adik saya dengan mobil Renault tua-nya, pada
kira-kira jam 7.30 pagi kami sudah ditengah perjalanan menuju Kadipiro. Jalan pada
waktu itu tidak terlalu ramai, kecepatan mobil kami kira-kira 40 km per jam.
Vespa |
Beberapa saat setelah jembatan Kali Winongo dari arah timur ada sebuah
scooter Vespa (rupanya Vespa terbaru) menyalip mobil kami, tiba-tiba dimukanya ada
gerobak sampah memotong jalan. Rupa-rupanya penarik gerobak sampah tidak
mendengar bunyi klakson dan terus saja memotong jalan, maka Vespa-pun menabrak
gerobak tersebut dan Vespa roboh bersama penumpangnya. Untung pada peristiwa
itu tidak ada yang mengalami luka-luka yang berarti.
Gerobak sampah yang memotong jalan secara mendadak tanpa memperhatikan bunyi klakson, dan
pengendara yang belum mahir betul
mengendalikan Vespa-nya rupanya menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Kecelakaan
ini mengingatkan saya pada kejadian serupa pada tahun 1960, lebih dari 50 tahun
yang lalu, pada waktu saya masih sekolah di Yogya.
Pada saat itu, hari Minggu bulan Pebruari 1960, saya
diajak paman saya mencoba mobil-nya (kalau tidak salah merk Chevrolet Impalla)
yang baru dibawanya dari Amerika, sehabis tugas belajar disana. Sekitar jam 7.00
kami sudah berada di daerah Kotabaru dijalan menuju ke stadion Kridosono dari
arah utara (sekarang dari arah Kampus UGM).
Paman saya mengemudikan mobil tersebut pelan-pelan dengan
kecepatan tidak lebih dari 40 km per jam. Lalu lintas masih terlihat sepi. Sewaktu
kami asyik ngobrol ada sepeda motor Harley Davitson yang dikendarai oleh
seorang pemuda menyusul dari sebelah kanan mobil, pemuda tersebut
berteriak-teriak sambil menunjuk-nujuk kearah sepeda motornya.
Paman saya, karena ada disebelah kiri (Impalla tersebut
stir kiri), tidak mendengar dengan jelas apa yang diteriakkan pemuda tersebut.
Paman bertanya ke saya : Teriak apa pemuda itu?
Saya :
Apa sudah pernah naik Harley Davitson (teriak pemuda itu sambil menunjuk-nujuk
kearah sepeda motornya).
Paman : Sombong amat dia, mentang-mentang naik Harley
Davitson baru ( paman pun lalu mempercepat laju mobilnya).
Setelah kami mengelilingi stadion Kridosono dan akan
kembali ke arah Terban Taman (sekarang Kampus UGM) ; terlihat ada kerumunan
orang yang sedang menolong suatu kecelakaan. Kecelakaan tersebut ternyata adalah
Harley Davitson yang menabrak seorang pengendara sepeda. Keduanya (pengendara
sepeda dan pengendara Harley Davitson) tersungkur di jalan serta mengalami
luka-luka.
Harley Davitson |
Harley Davitson tersebut adalah Harley Davitson yang
dikendarai pemuda yang tadi berteriak-teriak sambil menunjuk-nunjuk ke sepeda
motornya. Pemuda itu pada waktu berteriak ternyata bukan menyombongkan sepeda
motornya tetapi bertanya bagaimana mengerem Harley Davitson ; sebaliknya kami mengira
si pemuda itu memamerkan Harley Davitson-nya yang pada waktu itu masih jarang yang memilikinya.
Wah wah . . . . . gara-gara mis-komunikasi maka terjadilah kecelakaan tersebut. Untung tidak sampai ada
korban jiwa.
*
Say as much as you need to get your points through.
Saying too little causes misinterpretations and unintended consequences since
there isn’t enough information for informed decisions to be made (Peter
Saysomphane, American , Consultant and Author)
*
Trimakasih ke pak Sutamat atas komennya di facebook !
BalasHapus