Ngunandiko. 43
Terkecoh, pernyataannya
sendiri?
Markas Gerilyawan di desa |
Setelah selesai
mandi dan membersihkan badan, ketiga
pemuda tersebut merasa segar dan sehat kembali, dan hal itu diceritakan kepada kedua kawannya yang tidak mandi. Bahkan sesampai di rumahnya di kota Yogya, salah seorang dari tiga pemuda tersebut (Parto), masih bercerita bagaimana ia merasa segar dan sehat kembali setelah
mandi di sumber air di daerah Sleman itu
kepada saudara dan kawan-kawannya
dirumah.
Saudara dan kawan-kawannya menceritakan kembali pengalaman
Parto tersebut ke sejumlah orang lain. Cerita itu (tanpa disadari oleh Parto) ternyata berkembang dari mulut-mulut – sudah barang tentu disertai bumbu dan ditambah
tambah – dan kemudian menjadi berita bahwa
ada sumber-air di daerah Sleman yang
dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Beberapa waktu kemudian – kira-kira pada awal tahun
1952 – adanya sumber-air yang
dapat menyembuhkan berbagai penyakit
itu di kenal oleh hampir seluruh penduduk kabupaten Sleman bahkan sampai ke penduduk kota Yogyakarta. Sumber-air tersebut dipercayai
dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang dokter tidak mampu mengobatinya . Dan setiap hari orang
berbondong-bondong berobat ke sumber-air tersebut.
Sumber-air |
Kira-kira satu minggu kemudian – karena merasa sakitnya
belum berkurang - Parto datang lagi ke sumber air tersebut. Pada waktu Parto sampai di sumber-air itu hari masih pagi, sehingga sempat melihat-lihat
disekitarnya. Parto pun lalu ingat
kembali dan sadar bahwa sumber-air
tersebut adalah tempat dia dan teman-temannya
dahulu (tahun 1950) mandi setelah mengadakan kunjungan ke sebuah desa di daerah Sleman.
Dalam perjalanan pulang dari berobat di sumber-air tersebut Parto
berpikir bukankah sumber-air itu adalah
sumber-air yang beberapa waktu lalu (tahun 1950) dia kunjungi bersama-sama teman-temannya . Dan sumber-air itu adalah sumber-air biasa yang banyak terdapat ditepi sebuah sungai. Menurut apa yang dia ingat pada tahun 1950 tidak ada yang istimewa dari sumber-air itu kecuali airnya yang melimpah
dan jernih, bahkan nyaris tidak ada yang
menggunakannya karena letaknya yang terpencil, jauh dari rumah penduduk ; hanya
sekali-kali digunakan mandi oleh penduduk
desa atau orang yang kebetulan lewat seperti Parto dan kawan-kawannya
dahulu.
Yang masih menjadi pertanyaan dalam hati Parto ; Apakah pernyataannya dan teman-temannya yang dahulu pernah bercerita bahwa mereka menjadi sehat dan segar setelah mandi di sumber air tersebut, yang menjadi sebab mengapa sumber-air itu dipercaya dapat menyembuhkan berbagai
penyakit ? Atau psikologi masyarakat setelah Perang Kemerdekaan RI 1945 (sebagaimana diketahui perang
kemerdekaan RI berakhir pada akhir tahun 1949) yang mencekam yang menyebabkannya ?
Ataukah karena keduanya ?
Semua itu masih merupakan misteri, namun kenyataannya pada
waktu itu (1952) banyak orang yang percaya bahwa
sumber-air itu memiliki “kesaktian” dapat menyembuhkan penyakit.
Apakah ia (Parto) dan kawan-kawannya
terkecoh oleh pernyataannya sendiri? Wallahualam !
Tdak berapa lama kemudian, kira-kira pada tahun 1953,
kepercayaan orang akan “kesaktian” sumber-air tersebut mulai surut, orang tidak lagi
berbondong-bondong untuk berobat ketempat itu.
*
He with whom neither
slander that gradually soaks into the mind, nor statements that startle like a
wound in the flesh, are successful may be called intelligent indeed
(Cofucious)
(Cofucious)
*