Ngunandiko. 60
Riset Industri
Berbagai bangsa dan berbagai negara telah melakukan riset terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kelangsungan hidup umat manusia seperti pangan, sandang (pakaian), papan (rumah), kesehatan, pendidikan, senjata (untuk mempertahankan keberadaannya) dan lain-lain.
Kata "riset" diturunkan dari bahasa Inggris "research", atau dari bahasa Perancis “rechercher” yang berarti 'mencari', istilah “rechercher” itu tercatat mulai digunakan pada tahun 1577. Sementara itu pada waktu ini telah dikenal ada beberapa bentuk kegiatan riset antara lain riset mengenai politik, sosial, ekonomi, bisnis, pemasaran (market), industri kesehatan,dan lain-lain.
Tulisan ini mencoba untuk merenungkan dan membahas kegiatan riset mengenai industri atau “riset industri”. Arti riset telah diterangkan diatas, sementara itu arti industri di dalam tulisan ini adalah usaha mengubah bahan-mentah menjadi bahan-jadi dalam arti mengubah suatu bahan melalui proses tertentu menjadi bahan lain yang lebih berguna, misalnya : kayu menjadi kursi, tanah-liat menjadi batu-bata, biji-gandum menjadi tepung-gandum, kapas menjadi benang, kain menjadi pakaian dan lain-lain.
Dari gambaran itu terlihat bahwa ruang lingkup riset industri adalah sangat luas, karena meliputi kegiatan industri dari hulu s/d hilir serta hal-hal yang terkait seperti : penyediaan bahan mentah (bahan baku), penyedian energi, penyediaan tenaga kerja, proses produksi, kualitas hasil produksi pemasaran hasil produksi, pemilihan lokasi dan lain-lain.
Berbagai bangsa dan berbagai negara telah melakukan riset terutama “riset industri” bagi kelangsungan hidup umat manusia seperti : riset mengenai bahan pangan, sandang (pakaian), papan (rumah), kendaraan, kesehatan, pendidikan, senjata untuk mempertahankan keberadaannya dan lain-lain. Hasil-hasil riset tersebut kemudian diketahui telah menjadi salah satu dasar bagi kehidupan manusia di masa kini, dan dimasa yang akan datang.
Orang sering mengatakan bahwa riset adalah seperti puisi, tidak dapat didefinisikan dengan cara yang dapat diterima oleh semua fihak. Namun ada kesepakatan yang diterima oleh kalangan luas, bahwa riset adalah suatu pengamatan (observasi) mengenai hukum dan fenomena alam, serta penerapan-nya untuk menemukan alat, bahan, dan proses baru, atau perbaikan dari yang sudah ada. Seperti telah diketahui ada beberapa bentuk kegiatan riset seperti : riset mengenai politik, sosial, ekonomi, bisnis, pemasaran, industri dan lain-lain.
Sedangkan riset mengenai industri atau “riset industri” adalah suatu investigasi yang ditujukan untuk menghasilkan pengetahuan dan teknologi guna memperbaiki secara signifikan produk, proses, dan jasa yang telah ada ; atau menciptakan produk, proses, dan jasa baru.
Dalam garis besarnya tujuan riset-industri adalah untuk :
- memperbaiki kualitas produk yang telah ada ;
- memperbaiki efisiensi ;
- mengembangkan bahan-bahan, proses, alat untuk menghasilkan produk baru ;
- mengembangkan pemakaian bahan pada proses dan alat yang telah ada ;
- mengetahui dampaknya terhadap biaya produksi ;
- mencegah timbulnya gangguan dalam proses produksi ;
- mencegah timbulnya gangguan terhadap lingkungan ;
- membantu standarisasi produk ;
- memperbaiki hubungan dengan pemakai produk tersebut dan masyarakat pada umumnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas (misalnya : memperbaiki kualitas produk yang telah ada atau menghasilkan produk baru), riset industri harus melalui jalan yang panjang dan berliku, serta menghabiskan biaya yang seringkali sangat besar.
Sebagai gambaran mengenai panjang dan berliku-nya suatu riset sampai mencapai hasil yang diinginkan – misalnya : mengembangkan alat, bahan-bahan, proses untuk menghasilkan produk baru – , maka Wright bersaudara untuk menciptakan pesawat terbang (pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20) harus melakukan hal-hal lk sbb:
- membuat dan menyusun pesawat yang ringan, melalui riset bahan (mis : untuk mendapatkan logam-ringan, karet sintetis, dll) yang telah dimulai lebih dari satu generasi, melibatkan berbagai bidang baru ilmu kimia, fisika, dan prosedur baru dalam metalurgi, teknik kimia, bahkan sebelum keberhasilan parsial tercapai
- membangun dan menggunakan pesawat glider untuk mengetahui seluk-beluk stabilitas dan pengendalian dalam penerbangan ;
- membangun dan menggunakan terowongan angin (wind tunnel) untuk menentukan karakteristik dasar aliran-udara (airfoil) ;
|
Wright (1871 – 1948)
dan Wilbur Wright (1867 – 1912) dikenal dunia sebagai pembuat
desain (rancangan) pesawat terbang pertama dan menerbangkan-nya (lihat pula : Wikipedia).
Dapat dikemukakan
disini bahwa pada dasarnya kegiatan riset terdiri dari suatu rangkaian
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
|
- Identifikasi
masalah riset ;
- Tinjauan
pustaka ;
- Menentukan
tujuan riset ;
- Menentukan
pertanyaan riset yang spesifik atau
hipotesis
- Mengumpulkan
data ;
- Menganalisis
dan menafsirkan data ;
- Membuat laporan
dan evaluasi riset ;
- Mengkomunikasikan
temuan penelitian, kemungkinan, dan rekomendasi,
Industri dalam mengelola kegiatan riset harus secara
sungguh-sungguh, karena riset
memerlukan biaya yang besar serta hasilnya belum tentu langsung bermanfaat. Pada
umumnya riset industri adalah mengenai problem-problem yang dihadapi atau diduga akan dihadapi oleh industri tersebut—khususnya yang dinilai krusial (crucial). Dalam melakukan riset industri tidak selalu
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan-kegiatan tersebut diatas.
Pada
dasarnya riset industri adalah untuk menghasilkan atau memperbaiki pengetahuan dan teknologi dibidang industri, yang akhirnya
menghasilkan atau menciptakan produk (barang dan jasa) yang diperlukan oleh
konsumen.
Dalam garis besarnya
riset industri dilakukan melalui suatu pola yang terdiri dari tiga kegiatan
riset :
- Exploratory Research ;
- Fundamental Research ;
- Applied Research
Industri tidak selalu melakukan seluruh 3 (tiga) kegiatan riset seperti pada pola
tersebut, masing-masing industri pada
umumnya hanya melakukan kegiatan riset sesuai dengan kebutuhan. Sebagai
gambaran berikut ini adalah contoh-contoh dari : Exploratory
Research, Fundamental Research, dan Applied Research.
Exploratory
Research ;
- Suatu perusahaan ingin membangun suatu pabrik kertas dengan
menggunakan bahan baku yang ada di Indonesia, maka perusahan tersebut perlu melakukan
beberapa “Exploratory Reasearch” a.l riset
mengenai hal-hal sebagai berikut :
- bahan baku kertas yang terdapat di
Indonesia ;
- proses pembuatan kertas yang cocok
dengan bahan baku tsb ;
- lokasi di Indonesia yang cocok untuk
pabrik kertas.
- Suatu perusahaan
percetakan di Indonesia ingin memperluas (menambah mesin cetak), maka perusahaan
tersebut perlu melakukan beberapa “Exploratory Research” a.l riset mengenai hal-hal sebagai berikut :
- mesin-mesin cetak yang cocok dengan hasil produksinya ;
- besarnya konsumen percetakan-percetakan sejenis;
- besarnya pasokan bahan baku bagi percetakan sejenis.
Fundamental
Research ;
- Suatu perusahaan yang
menghasilkan bahan-bahan kimia – misalnya : pabrik tepung kapur – ingin menggunakan bahan baku batu-kapur yang
telah ada untuk memproduksi tepung kapur
(CaCO3) berkualitas tinggi
(untuk obat-obatan dan makanan), maka perusahaan tersebut perlu melakukan
beberapa “Fundamental Research” a.l riset
mengenai hal-hal sebagai berikut :
- sifat
fisika dan kimia batu-kapur yang akan digunakan ;
- komposisi kimia batu-kapur yang akan
digunakan ;
- unsur berbahaya dalam batu-kapur bagi manusia;
- Suatu perusahaan – misalnya
; pabrik botol gelas – ingin merubah penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan
bahan bakar gas (BBG), maka perusahaan tersebut perlu melakukan beberapa “Fundamental
Research” a.l riset mengenai hal-hal sebagai berikut :
- sifat
fisika dan kimia dari BBG yg akan digunakan ;
- cara penanganan (handling) BBG ;
- alat dan mesin yang cocok dengan
pemakaian BBG.
Applied
Research ;
- Suatu perusahaan – misalnya
: pabrik perakit rangka jendela aluminium (storm window) – ingin meningkatkan efisiensi-nya, maka
perusahaan tersebut perlu melakukan beberapa “Applied Research” a.l riset mengenai hal-hal sebagai berikut :
- rangkaian produksi (production line) ;
- kemampuan kerja buruh yang akan menjalankan
tugas (task assignment) dalam rangkaian produksi tersebut ;
- .Suatu perusahaan – misalnya
: pabrik pakaian jadi – ingin meningkatkan
volume penjualan-nya, maka perusahaan tersebut perlu melakukan beberapa “Applied
Research” a.l riset mengenai hal-hal
sebagai berikut :
- perilaku konsumen (consumer behaviour) pakaian
jadi ;
- cara distribusi (distribution method).
Exploratory research, fundamental
research, dan applied research dapat
dilakukan secara sendiri-sendiri – seperti contoh-contoh diatas – atau merupakan suatu kombinasi. Misalnya :
kombinasi antara “Exploratory research”
dan “Fundamental research”, atau kombinasi antara “Exploratory research”, “Fundamental research”, dan “Applied research”
dan lain-lain kombinasi. Exploratory research, fundamental research, dan applied
research tersebut tidak selalu
dikerjakan oleh perusahaan itu sendiri (in house), tetapi dapat diserahkan ke
lembaga-lembaga penelitian lain (out house) yang memiliki kemampuan memadai.
Sudah barang tentu
hasil suatu riset industri harus dapat dimanfaatkan setidaknya oleh perusahan
itu sendiri ; misalnya : untuk menghasilkan produk-produk baru (new products) ;
memperbaiki kualitas produk yang telah ada ; dan lain-lain. Namun implementasi
hasil riset tersebut sering menemui kendala karena adanya perbedaan
sifat pekerjaan dan tanggung jawab dari pekerja riset dan pekerja produksi.
Hal itu dapat berakibat pekerja produksi tidak produktip atau pekerja riset menjadi
frustasi (karena prestasinya tidak dipakai sebagaimana mestinya).
 |
Pekerja Riset |
Disamping itu
implementasi hasil riset industri juga sering memerlukan tenaga
kerja dengan qualifikasi yang berbeda serta alat dan mesin baru. Qualifikasi tenaga kerja yang
berbeda ini sering mengkuwatirkan para pekerja lama ; misalnya dengan ditemukannya “Alat Tenun Mesin”, maka pekerja yang
semula memakai “Alat Tenun Bukan Mesin” melakukan sabotase , di lain pihak sering kali hasil riset
industri menyebabkan munculnya
produk-produk ikutan (by product) yang berharga atau cara-cara baru yang lebih
efisien. Keadaan seperti itu sering terjadi pada industri kimia dan pengolahan logam.
Kendala yang berakibat
negatip seperti tersebut diatas seringkali diatasi dengan suatu “pilot plant”, dengan “pilot plant” tersebut
pekerja produksi dapat mencoba mengenal implementasi dari hasil riset tersebut
tanpa menimbulkan kerugian yang berarti, dan resiko-resiko yang mungkin timbul
dapat minimal.
Negara-negara
maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman dan lain-lain setiap tahun
mengeluarkan ber-milliar dolar Amerika untuk membiayai riset dan pengembangan
(research & development) agar dapat tetap mempertahankan kedudukannya dalam
persaingan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seperti telah
dijelaskan dimuka bahwa untuk melakukan riset industri dan mencapai hasil yang diinginkan, maka riset industri harus melalui
jalan yang panjang dan berliku, serta menghabiskan biaya yang seringkali sangat
besar.
Negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Jerman dan lain-lain setiap tahun mengeluarkan
ber-milliar dolar Amerika untuk membiayai riset dan pengembangan (research
& development) agar dapat tetap mempertahankan kedudukannya dalam
persaingan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun negara-negara berkembang
khususnya China, Korea Selatan dan India
pada saat ini juga telah berusaha keras untuk dapat mengejar kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi agar tidak tertinggal dari negara maju. Hal itu terlihat dari jumlah anggaran
pengeluaran (expenditure) untuk riset dan pengembangan (research & development) yang juga sangat besar dari China, Korea Selatan dan India.
Penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi suatu negara sangat tergantung dari kemampuan riset dan
pengembangan (research & development) negara tersebut. Sementara itu
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
akan memperkuat industri. Seperti diketahui ; timbul, tumbuh dan tumbang-nya
suatu negara di dunia – dimana yang
besar melindas yang lemah, yang lemah makanan yang kuat, dan yang bodoh makanan
yang cerdik – terutama tergantung pada
industri-nya.
Untuk memperoleh
gambaran tentang pengeluaran
(expenditures) research & development dari sejumlah negara dapat dilihat dari daftar seperti berikut ini. :
EXPENDITURE RESEARCH & DEVELOPMENT
No.
|
Negara
|
Expenditure (109 USD)
Tahun 2011
|
%
of GDP (PPP)
|
01
|
Amerika Serikat
|
405.30
|
2.70
|
02
|
China
|
296.80
|
1.97
|
03
|
Jepang
|
160.30
|
3.67
|
04
|
Jerman
|
69.50
|
2.30
|
05
|
South Korea
|
55.80
|
3.74
|
06
|
Perancis
|
42.20
|
1.90
|
07
|
Britania Raya
|
38.40
|
1.70
|
08
|
India
|
36.10
|
0.90
|
09
|
Canada
|
24.30
|
1.80
|
10
|
Russia
|
23.80
|
1.00
|
...
|
.....
|
.....
|
....
|
49
|
Indonesia (tahun 2010)
|
0.72
|
0.07
|
Dari angka-angka pengeluaran (expenditure) untuk research development tersebut terlihat bahwa Jepang ada di urutan ke-3, industri Jepang
pada waktu ini (abad ke-21) dapat dikatakan telah setara atau bahkan dalam
beberapa hal lebih maju dibanding dengan negara-negara maju lainnya seperti
Amerika Serikat dan Jerman.
Pada awalnya industri Jepang (dan juga Jerman) – setelah kalah dalam PD
II – untuk dapat bersaing dengan industri negara-negara lain, masih tergantung
dari hasil riset dan teknologi impor atau bantuan luar-negeri. Namun sejak
tahun 1970-an, Jepang telah dapat
mengandalkan hasil riset industri-nya sendiri, hal itu berarti bahwa Jepang
telah memiliki teknologi yang mampu
bersaing dengan teknologi negara-negara lain.
Pada awal tahun 1980 Jepang
mengumumkan “era kemerdekaan teknologi” ; bahwa pengumuman atau deklarasi “era
kemerdekaan teknologi” tersebut bukan suatu deklarasi yang kosong a.l tampak dari :
- pada tahun 1985 dari
1,2 juta paten terdaftar di seluruh dunia , 40 persen diantaranya (480 ribu) adalah paten milik orang Jepang. Dan
hampir 1 dari 5 aplikasi paten di
Amerika Serikat dilakukan oleh warga Jepang.
- pada tahun 1987 lebih
kurang 33 persen dari paten yang berkaitan dengan komputer , 30 persen paten yang berkaitan dengan
perhubungan dan penerbangan, serta 26 persen paten yang berkaitan dengan
komunikasi di Amerika Serikat adalah milik orang Jepang.
Pemerintah Jepang
memberi dukungan kepada kegiatan riset yang dilakukan oleh
universitas-universitas. Disamping itu secara konsisten pemerintah Jepang juga memberi
dukungan yang besar
kepada kegiatan riset (research
& development) yang dilakukan oleh perorangan dan laboratorium-laboratorium
milik industri.
Sejak tahun 1980 beberapa cabang industri swasta diberi
bantuan untuk kegiatan riset (research & development) ; cabang-cabang industri yang diberi bantuan dan
besarnya bantuan adalah sbb :
- industri mesin-listrik mendapat bantuan 5.5
persen dari total penjualan ;
- industri instrumen
persisi 4,5 persen dari total penjualan ;
- industri kimia 4.3
persen dari total penjualan ; dan
- industri alat
transportasi 3.2 persen dari total penjualan.
Total dukungan pemerintah
bagi kegiatan riset (research & development) mencapai lebih dari 70 %
(tujuh puluh persen) dari dana riset
(research & development).yang tersedia dalam anggaran negara.
Sementara itu sejak
tahun 1980-an, pemerintah Jepang secara khusus juga memberi perhatian yang besar
terhadap kegiatan riset (research & development) dan perkembangan teknologi yang berkaitan dengan
pertahanan dan tersedianya energi alternatip .
Dapat pula dikemukakan
disini, bahwa selain maju dalam riset industri, Jepang pada tahun 1980-an juga secara signifikan telah
membuntuti negara-negara maju lainnya – termasuk negara adidaya waktu itu ; Amerika
Serikat dan Uni Soviet –
dalam riset ilmiah dasar.
Industri Indonesia pada saat ini (awal abad ke-21) masih sangat lemah—khususnya industri manufaktur, jika
dibandingkan dengan industri negara maju seperti Jepang. Untuk dapat memperkuat
dan mengejar ketinggalan tersebut, maka Indonesia harus memberi prioritas yang
tinggi terhadap kegiatan riset khususnya riset industri. Dari daftar diatas tampak
Indonesia berada di urutan ke-49 ; Indonesia hanya membelanjakan 0.07 persen
dari GDP-nya untuk kegiatan riset (
bandingkan dengan Jepang 3.67 persen dan India 0.90 persen).
Untuk mendukung industrinya, Indonesia telah melakukan impor hasil-hasil
riset dan teknologi, disamping memanfaatkan lembaga-lembaga riset yang ada. Namun
jika impor hasil-hasil riset dan teknologi tersebut tidak secara bertahap
dibatasi, maka akan menyebabkan Indonesia selalu tergantung dari impor
hasil-hasil riset dan teknologi.
Jepang pada awalnya masih menggantungkan hasil riset impor dan bantuan luar negeri untuk membangun kembali industrinya (yang hancur akibat PD II), Namun kemudian Jepang melepaskan diri-nya dari ketergantungan tersebut, langkah Jepang tersebut – seperti diuraikan diatas – kiranya dapat di contoh oleh Indonesia.
Lembaga-lembaga riset di Indonesia telah memberi sumbangan bagi industri seperti
: melakukan riset untuk memperbaiki produk
; menguji kuwalitas bahan baku dan produk industri (testing material) ; menyusun standar industri (mutu produk dan
cara pengujian) dan lain-lain.
Indonesia sejak masih bernama
Hindia Belanda telah memiliki beberapa lembaga riset yang melakukan riset industri untuk mendukung
industri, beberapa lembaga riset tersebut yang setelah
Proklamasi 17 Agustus 1945 masih tetap beroperasi a.l adalah sbb :
- Het Proefstation voor de Java
Suiker Industri, Pasuruan (1887) sekarang (2013) bernama P3GI (Pusat Penelitian
Perkebunan Dula Indonesia), Pasuruan ;
- Institute Pasteur, Bandung (1895), sekarang (2013) bernama Bio Farma (BUMN), Bandung ;
- Leerlooirij en Lederbewerking
Stichting met Let Laboratorium voor Lederbewerking en Schoen Makerij, Bogor (1927), sekarang (2013) bernama Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Barang Kulit, Karet, dan Platik (BBKKP), Yogyakarta ;
- Balai
Penelitian Keramik, Bandung (1922), sekarang (2013) bernama Balai Besar Keramik, Bandung
- Textiel
Inricting Bandung (1922) kemudian menjadi Institute Teknologi Tekstil (1966), sekarang
(2013) bernama Balai Besar Tekstil, Bandung.
Setelah
Proklamasi 17 Agustus 1945, Indonesia membangun beberapa lembaga riset industri baru a.l adalah
seperti berikut ini.:
- Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung (1953),
sekarang (2013) bernama Pusat Penelitian & Pengembangan Pemukiman, Bandung
;
- .Lembaga Minyak dan Gas Bumi
(LEMIGAS), Jakarta ( 1960) sampai sekarang (2013) tetap bernama LEMIGAS,
Jakarta ;
- Lembaga Elekronika Nasional
(LEN), Bandung (1965), sekarang (2013) bernama PT.LEN Industri (BUMN), Bandung.
- Lembaga
Penelitian Selulosa (LPS), Bandung (1968), sekarang (2013) bernama Balai Besar Pulp dan Kertas, Bandung.
- Metal Industri Develpment
Ceter (MIDC), Bandung (1969), sekarang (2013) bernama Balai Besar Pengembangan
Industri Logam dan Mesin (BBILM),
Bandung ;
- Balai Penelitian Tambang dan
Pengolahan Bahan Galian, Bandung (1976) sekarang sekarang (2013) bernama Pusat
Penelitian & Pengembangan Mineral dan Batubara, Bandung.
Lembaga-lembaga
riset di Indonesia – yang berdiri sebelum maupun setelah
Proklamasi 17 Agustus 1945 – telah memberi sumbangan bagi industri Indonesia
seperti : menemukan/memperbaiki produk ; melakukan pengujian
kuwalitas (testing material) bahan baku dan produk ; menyusun standar industri
(mutu produk dan cara pengujian) ; memasok tenaga kerja di berbagai tingkatan (banyak
pimpinan industri yang berasal dari lembaga-lembaga riset), dan lain-lain. Untuk
memperoleh gambaran berikut ini disampaikan
beberapa hasil kinerja sejumlah lembaga riset tersebut dalam mendukung
industri sbb :
- Het
Proefstation voor de Java Suiker Industri
menemukan varietas POJ 2878 yang
dapat menyelamatkan industri gula dunia dari serangan penyakit sereh (1921) ; dan pada tahun 1930 varietas POJ 3016 yang
mampu menghasilkan 18 ton gula
per hektar (1930).
- LEMIGAS,
Jakarta :Memiliki 14 hak paten ; a.l paten
Photocatalitic reactor in the form of spiral pipe (DR. E. Suhardono). Hak
paten tersebut diperoleh tahun 2004.
- PT. LEN Industri (BUMN), Bandung : Membuat “ Sistem Persinyalan Kereta Api di berbagai
jalur kereta api di Pulau Jawa dan Sumatera”.
- Lembaga
Penelitian Selulosa (LPS), Bandung : Membuat serat rayon “GRATAYON” dari kayu
tropis Indonesia (1970) ; Panduan pencemaran lingkungan untuk industri Pulp
& Kertas (1982).
- Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung : Membuat prototype rumah Indonesia a.l prototype RUMAH T19 dan
lain-lain (tahun 1969).
- Balai
Besar Keramik, Bandung : Cara-cara untuk menghindarkan keracunan timbal pada
pemakaian glasur-glasur timbal dalam keramik (1974).
- Balai Besar Pengembangan Industri Logam dan Mesin (BBILM), Bandung ; Melakukan pengukuran (metrology) Nonconventional Machine a.l Coordinate
Measuring Machine (CMM) dengan (Table Size : 900 x 1500 mm) ; CNC Milling
Machine (Table Size : 320 x 1250 mm) ;. CNC Milling Machine (Table Size : 500 x
850 mm) ; dan lain-lain.
Dari
contoh-contoh tersebut terlihat bahwa sumbangan lembaga riset Indonesia telah
mencakup berbagai aspek industri yang luas dari memperbaiki varitas tanaman,
membuat prototype rumah, membuat sistem sinyal kereta api, membuat produk baru,
melakukan pengujian, menyusun standar kwalitas produk dan lain-lain.
 |
PUSPIPTEK |
Lembaga-lembaga
riset Indonesia – selain yang telah
disebut diatas – seperti lembaga riset atau
laboratorium milik Lembaga Pemerintah
non Departemen (mis : LIPI), PUSPIPTEK, universitas dan swasta juga telah sering membantu industri a.l dalam melakukan : pengujian
(testing material), peneraan (metrology), penanggulangan pencemaran lingkungan,
study pemasaran, study psikologi tenaga kerja dan lain-lain
Namun harus
diakui, bahwa secara keseluruhan kemampuan riset industri Indonesia masih tergolong
lemah dan sumbangannya terhadap kegiatan industri Indonesia relatip masih kecil. Industri di Indonesia, terutama
industri yang memiliki skala besar dan teknologi tinggi, sebagian besar masih menggunakan hasil riset
dan teknologi impor.
Timbul, tumbuh dan
tumbang-nya suatu negara di dunia –
dimana yang besar melindas yang lemah, yang lemah makanan yang kuat, dan
yang bodoh makanan yang cerdik seperti keadaan dunia sekarang ini – terutama tergantung pada industri-nya
Sebelum
menutup bahasan dan renungan ini ingin disampaikan hal-hal yang berkaitan dengan riset
industri seperti berikut :
- Riset mengenai
industri atau “riset industri” adalah suatu investigasi yang ditujukan untuk
menghasilkan pengetahuan dan teknologi dalam memperbaiki secara signifikan
produk, proses atau jasa yang telah ada ; atau menciptakan produk, proses atau
jasa baru.
- Kemampuan riset sangat
menentukan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu negara.
Sementara itu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan memperkuat industri ; serta industri
pada gilirannya akan menumbuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Timbul,
tumbuh dan tumbangnya suatu negara di dunia –
dimana yang besar melindas yang lemah, yang lemah makanan yang kuat, dan
yang bodoh makanan yang cerdik seperti keadaan dunia sekarang ini– terutama tergantung pada industri-nya
- Kemampuan riset Indonesia pada saat ini, jika dibandingkan dengan industri negara maju,
masih sangat lemah. Untuk memperkuat
industri-nya, maka Indonesia harus segera meningkatkan kemampuan riset tersebut
dengan memberi prioritas tinggi terhadap kegiatan riset khususnya riset
industri. Seperti tampak dari daftar diatas
Indonesia hanya membelanjakan lk 0.07
persen dari GDP-nya untuk kegiatan riset (
bandingkan dengan Jepang membelanjakan 3.67 persen dan India 0.90 persen dari
GDP-nya, hal itu menunjukkan prioritas kegiatan riset masih rendah.
- Tidak dapat
disangkal bahwa industri Indonesia telah memanfaatkan kemampuan riset dan
teknologi sendiri dari hasil lembaga-lembaga riset Indonesia sendiri, namun
sampai saat ini (abad ke 21) sebagian
besar industri di Indonesia masih menggunakan hasil-hasil riset dan teknologi
impor. Jika impor hasil riset dan teknologi tersebut terus berlangsung, maka akan
menyebabkan ketergantungan yang merugikan dan berkepanjangan, tanpa industri
Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya..
- Jepang dalam membangun kembali industrinya, yang hancur akibat PD II,
pada awalnya juga masih menggantungkan hasil riset & teknologi impor dan bantuan luar negeri. Namun kemudian
Jepang melepaskan diri-nya dari ketergantungan tersebut a.l dengan memberi
prioritas dan dukungan penuh kegiatan riset pada industri-industri tertentu. Kiranya
langkah Jepang tersebut dapat pula di contoh
oleh Indonesia.
Demikianlah semoga bahasan dan renungan ini bermanfaat !
*
To raise new questions, new possibilities to regard old problem from new
angle requires creative imagination and marks real advance in science (Albert-Einstein).
*