Senin, 30 April 2012

Amerika Selatan


Ngunandiko No.27

Amerika Selatan
(Amerika Latin)

I.                    Pendahuluan.
                                                                                  
Amerika Selatan atau Amerika Latin adalah negara-negara yang terletak di selatan Amerika Serikat yaitu semua negara di wilayah benua Amerika bagian Selatan yang sebagian terbesar bekas koloni kerajaan Spanyol, Portugis, dan Perancis, termasuk pula negara-negara Karibia seperti Bahama, Dominika, Kuba, Haiti, Jamaika https://www.youtube.com/watch?time_continue=18&v=1tAgYj1vsHs, Nikaragua, Suriname, Trinidad, Tobago dll. Luas daratan seluruh Amerika Selatan lk 7 juta mil persegi dengan jumlah penduduk pada akhir abad ke-20 lebih dari 350 juta jiwa.

Peta Amerika Selatan


Pada masa pemerintahan Presiden Republik Indonesia IR.Sukarno tahun 1960-an, negara-negara Amerika Latin digolongkan oleh Bung Karno sebagai negara-negara New Emerging Forces bersama-sama negara-negara Asia dan Afrika yang memperoleh kemerdekaan-nya setelah Perang Dunia II. Sampai pada waktu ini negara-negara New Emerging Forces termasuk Amerika Latin masih terus berjuang untuk membebaskan dirinya dari ketergantungannya ke negara asing khususnya Amerika Serikat, dan berusaha pula membangun dunia baru yang lebih berkeadilan.
Sebagaimana diketahui perjuangan negara-negara Amerika Selatan membebaskan diri-nya dari kekuatan asing - khususnya Amerika Serikat - belum sepenuhnya berhasil. Oleh karena itu perjuangan-nya perlu terus didukung, dan senantiasa perlu pula disimak dan dipelajari.

Untuk memperoleh gambaran tentang perjuangannya tersebut, maka berikut ini adalah renungan singkat perjuangan negara dan rakyat Amerika Selatan pada abad ke-20 yang lalu. Sudah barang tentu uraian renungan ini jauh dari sempurna; kritik dan koreksi dari siapa saja yang berminat sangat diharapkan.

II.                  Kondisi Ekonomi & Politik.
Pada awal abad ke-20 di keluarga negara-negara Amerika Latin telah bertambah dengan dua negara yaitu Kuba dan Panama. Kuba merdeka dari Spanyol pada tahun 1902, dan Panama memisahkan diri dari Columbia pada tahun 1903. Meskipun telah menjadi negara merdeka, kedaulatan dari kedua negara tersebut masih terbatas dengan adanya kesepakatan bahwa tentara Amerika Serikat-lah yang bertanggung jawab menjamin kemerdekaan kedua negara tersebut. Sementara itu dalam dua dekade berikutnya Republik Dominika, Nikaragua, dan Haiti menjadi "protectorate 'dari Amerika Serikat.
Pada tahun 1845, beberapa dasawara sebelum memasuki abad ke-20, Texas yang telah melepaskan diri dari Meksiko dan bergabung dengan Amerika Serikat. Disamping itu Amerika juga menginginkan wilayah Meksiko di Pantai Barat. Sudah barang tentu Meksiko tidak menyukai keinginan tersebut, maka "Perang Mesiko - Amerika" tidak dapat dihindari. Amerika Serikat berhasil memenangkan perang dan memperoleh wilayah California dan Amerika Serikat Barat Daya. Orang-orang Amerika di Utara tidak menyukai perang ini, karena merasa perang ini hanya untuk keuntungan Selatan.
Perlu pula diketahui sejak tahun 1900 investasi Amerika Serikat di Mesiko dan di negara-negara Karibia telah melampaui investasi Inggris. Hal itu berarti bahwa pada awal abad ke-20 Amerika Serikat sudah menancapkan pengaruh politik dan ekonomi di Amerika Latin dengan kuat. Kondisi seperti itu menyebabkan tumbuhnya sikap anti terhadap Amerika Serikat, yang dikenal oleh kalangan masyarakat Amerika Latin sebagai "Imperialis Yankee". Hal itu digambarkan secara tepat oleh seorang penulis Uruguay (Jose Enrique Rodo) sebagai   "Dering kutukan terhadap imperialisme Yankee". Enrique Rodo menyatakan bahwa sikap menentang pelanggaran militer, ekonomi, dan kultur dari "The Colosussus of the North"  adalah suatu sikap yang menjadi dambaan rakyat Amerika Latin. Meskipun rakyat dan negara-negara Amerika Latin sesungguhnya lebih membutuhkan terciptanya keadilan dan kemakmuran masyarakatnya. 
Pada masa tahun 1900-an negara-negara Amerika Latin adalah penghasil produk-produk primair guna kebutuhan ekspor. Oleh karena itu suatu kontraksi perdagangan dunia - karena depresi pada tahun 1890-an - menyebabkan kerawanan bagi Amerika Latin seperti tampak dengan terguncangnya ekonomi Argentina dan Kuba. Disamping itu imperialisme Eropa, yang dengan intensip meng-eksploitasi koloni-koloninya di wilayah tropis di Asia dan Afrika, menyebabkan terjadinya krisis kopi (1905) dan runtuhnya boom karet (1914) di Brasilia.
Beberapa saat setelah itu pecah Perang Dunia I (1914 - 1918) membawa makin susutnya volume perdagangan dunia. Kondisi itu ternyata tidak berlangsung lama, karena kerusakan lahan pertanian di Eropa berakibat terciptanya pasar baru bagi produk bahan makanan Amerika Latin. Namun cepatnya recovery lahan-lahan pertanian di Eropa tersebut (termasuk dihasilkannya gula beet) membawa pengaruh negatip bagi perdagangan produk-produk pertanian Amerika Latin.
Pada sepertiga bagian pertama dari abad ke-20 pemerintahan di Amerika Latin telah menjaga stabilitas ekspor hasil produksinya (roduk-produk primer) dengan membatasi dan memangkas produksi-nya, disamping mengadakan berbagai perjanjian perdagangan internasional untuk melindungi ekonominya. Dengan terjadinya depresi pada tahun 1930-an usaha tersebut tampak sia-sia, Amerika Latin menderita kerugian lebih besar dari yang seharusnya. Bahkan ketika secara umum ekonomi dunia telah membaik dan tumbuh, pengaturan internasional perdagangan komoditas tidak efektif melindungi Amerika Latin. Berkurangnya demand akan tembaga dan timah putih menyebabkan rusaknya ekonomi serta menyebabkan perpecahan sosial di Chili atau Bolivia.
Dengan berjalannya waktu, maka muncul kesadaran diantara masyarakat Amerika Latin, bahwa melindungi diri dari gejolak perubahan ekonomi dunia adalah mutlak diperlukan antara lain dengan melakukan diversifikasi ekonomi termasuk industrialisasi.
Perlu pula diketahui bahwa selama Perang Dunia ke-1 industrialisasi di Amerika Latin menjadi marak, pabrik-pabrik dibangun untuk memproduksi barang-barang konsumsi yang semula diperoleh dari Eropa dan Amerika Serikat. Sebagian besar pabrik-pabrik yang dibangun tersebut adalah tergolong industri ringan, namun sewaktu terjadi banjir impor pada tahun 1920-an sebagian besar pabrik-pabrik tersebut mati tenggelam. Pada dekade berikutnya terlihat adanya gelombang naik dari industri ringan tersebut yaitu ketika ekspor produk primer Amerika Latin menurun, dimana Amerika Latin terpaksa mengurangi impor-nya serta menggantinya dengan memproduksi produk dalam negeri sebagai substitusi impor.
Industri substitusi impor terus tumbuh selama Perang Dunia II sampai perang berakhir. Beberapa negara seperti Brasilia dan Argentina membuat dinding tarif (tariff barrier) untuk melindungi industri substitusi impor tersebut serta mendukung penuh industrialisasi. Industri Argentina tumbuh dengan pesat dibawah program ambisious yang diluncurkan oleh diktator Juan D Peron, dan Brasilia tumbuh menjadi negara yang maju industri-nya. Promosi pemerintah tentang pembangunan pabrik-pabrik (industri) menggambarkan kemenangan kelompok penduduk kota terhadap kaum elite pendatang lama yang pada umumnya menguasai daerah-daerah pedesaan.

III.               Pertumbuhan kota & pemerintahan.
Pemerintahan kota di Amerika Selatan tumbuh dengan pesat sekitar pada awal abad ke-20, kaum imigran di Argentina dan bagian selatan Brasilia berperan besar dan ikut bertanggung jawab atas terjadinya pertumbuhan pemerintahan kota tersebut. Para pekerja kontrak dari Italia, Spanyol dan Portugis, setelah beberapa tahun bekerja di perkebunan biji-bijian (gandum) atau di kebun-kebun kopi menghadapi kenyataan tidak mungkin memiliki tanah kebun bagi dirinya; kemudian mereka cenderung untuk tinggal di kota-kota. Perbaikan sanitasi dan terbasminya penyakit-penyakit seperti penyakit malaria - khususnya di kota-kota - ikut menyumbang pertumbuhan penduduk karena berkurangnya angka kematian,
Setelah Perang Dunia I kegiatan ekonomi dan perdagangan di Amerika Selatan pada umumnya berkembang, hal itu menyebabkan dibutuhkannya tenaga-tenaga managerial dan profesional disamping bertambahnya lapangan kerja bagi sekretaris, juru tulis, penjaga gudang, pekerja kereta api, pekerja pelabuhan, pekerja perpakiran dan lain- lain. Namun pada kenyataannya banyak posisi- posisi yang baik dalam bank-bank, perusahaan asuransi, pusat-puat perdagangan, dan berbagai fasilitas lainnya masih diisi oleh tenaga-tenaga managerial dan profesional asing, hal itu telah membangkitkan kemarahan para pekerja lokal. Kondisi seperti itu diperparah oleh kenyataan bahwa para kapitalis asing tampak hanya mengeruk sumber daya alam Amerika Latin saja, baik dari kebun-kebun maupun dari tambang-tambang.
Para politisi (demagog) kelas menengah di Amerika Latin mengritik elite penguasa sebagai antek kapitalis Inggris atau Amerika (Yankee). Para politisi yang sebagian besar kelas menengah terus berusaha mendapatkan dukungan dari para pekerja yang terancam hilang pekerjaannya saat ekspor produk-produk Amerika Latin terus menurun. Kondisi seperti itu menyebabkan faham nasionalisme tumbuh menjadi faktor penting dalam percaturan politik di Amerika Latin pada abad ke-20.
Sesungguhnya sejak abad ke-19 konstitusi Amerika Latin telah mengatur adanya pemerintahan yang dipilih oleh rakyat dan golongan-golongan, namun partisipasi rakyat belum memadai seperti terlihat dalam banyak pemilihan umum maupun penetapan pemenang dari pemilihan-pemilihan tersebut. Phenomena tersebut baru memperoleh perhatian secara luas pada abad ke-20.
Memasuki abad ke-20 kelompok-kelompok penduduk kota menghendaki reformasi cara-cara pemilihan, pelopor dari reformasi tersebut adalah kaum elite tua dari Argentina dan Chile. Adanya reformasi cara pemilihan telah memungkinkan partai kelas menengah radikal merebut posisi presiden di Argentina (1916) dan di Chile (1920). Sementara itu perubahan administrasi pemerihtahan telah berpengaruh terhadap kebebasan rakyat melakukan pemilihan; di Chilie pemilihan menjadi tidak demokratis lagi dan di Argentina sebagian besar "presiden terpilih" digulingkan oleh kudeta militer.
Di Uruguay, Kosta Rika, dan Kolumbia pada sebagian besar dari tiga perempat bagian pertama abad ke-20 pelaksanaan demokrasi politik berjalan cukup baik. Di Brasilia selama tahun-tahun 1945 - 1965 pemilihan juga telah berjalan dengan baik. Di Kuba (selama pendudukan Amerika Serikat dari tahun 1940 - 1952) telah dilakukan pemilihan umum, demikian pula di sebagian besar negara-negara republik Amerika Latin. Namun sejak awal tahun 1970-an dibanyak negara-negara di Amerika Latin menganut sistem satu partai yang unik, hal itu antara lain menyebabkan hasil pemilihan disemua tingkatan telah diketahui terlebih dahulu.

IV.                Munculnya Gerakan Revolusioner
Pengalaman pertama yang diperoleh oleh Mesiko pada abad ke-20 adalah adanya revolusi sosial di berbagai negara Amerika Latin. Pemberontakan pada tahun 1910 menghadirkan: revolusi pada tahun 1940; tambang dan pabrik minyak milik asing dinasionalisir; dan sebagian besar tanah-tanah produktip diambil-alih dan dibagikan kepada para petani. Serangan secara simultan dan berhasil terhadap "kapital asing (tambang minyak dll)" serta "hacendados domestik (tanah-tanah produktip)" tersebut tidak diduga sebelumnya.
Seperti diketahui pada tahun 1878 - 1911 Mesiko dibawah kediktatoran Porfirio Diaz dengan semboyan "Stabilitas dan Kemajuan" dapat berkembang dan maju menuju ke negara industri. Pemerintahan dilakukan-nya secara otoriter (tangan besi) dengan dukungan militer, kebebasan masyarakat dibatasi dengan kejam, dan pemilihan umum yang bebas dihindarinya. Hal itulah yang rupanya menjadi penyebab utama munculnya gerakan revolusioner dan pemberontakan rakyat Meksiko (1910 - 1920) yang kemudian menjadi revolusi sosial.
Revolusi Meksiko menyaksikan perpindahan dari kekuasaan diktator otoriter (yang mencoba membangun pemerintahan yang stabil) ke kekuasaan radikal dan revolusioner. Ketika revolusi berlangsung tambang-tambang minyak asing diambil alih dan kebun-kebun dibagikan kepada petani (rakyat miskin) oleh gerakan revolusioner; seperti yang dipimpin Emiliano Zapata.
Revolusi sosial tersebut bukan-lah terjadi secara tiba-tiba dan bukan pula oleh sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi karena berbagai alasan yang berakumulasi dan berseluk-beluk sbb:
  1. Perkembangan kapitalisme dan imperialisme yang rakus khususnya di Amerika Utara disatu fihak, dan berdirinya negara sosialis sebagai Pengetrapan paham Marxisme Leninisme di Rusia dilain fihak,
  2. Tumbuhnya nasionalisme yang berkolaborasi dengan kaum kapitalis , imperialis asing dan menimbulkan pemeritahan diktator- otoriter disatu fihak, dan rakyat banyak yang menuntut keadilan.
Seperti diketahui adanya gerakan revolusioner yang menyebabkan revolusi sosial tersebut selain di Mesiko juga terjadi di berbagai negara Amerika Latin lainnya. Untuk memberikan gambaran tentang hal itu berikut ini adalah uraian singkat tentang kondisi yang terjadi di Kuba, Chili, Bolivia dan Kolombia.

Kuba
Pada tahun 1895 - 1898, Kuba merupakan jajahan Spanyol, namun sebagian besar wilayah pedesaan dan sejumlah kota dikuasai oleh kekuatan revolusioner yang ingin menggulingkan-nya. Spanyol yang menguasai kota-kota besar berusaha menundukkan kekuatan revolusi tersebut, namun pertandingan tetap berlanjut. Perlawanan kaum revolusioner Kuba surut setelah pada tahun 1898 Amerika Serikat memenangkan "Perang Spanyol - Amerika" dan menduduki Kuba. Pada tahun 1902 Kuba mendapatkan kemerdekaan, dan tentara Amerika Serikat meninggalkan Kuba. Namun Amerika Serikat melalui "Amendment Platt"   masih memiliki wewenang yang besar dalam urusan-urusan dalam negeri Kuba, dan masih berada di Teluk Guantanamo dengan istilah menyewa.
Pada tahun 1902 - 1906 Kuba berada dalam masa damai yaitu sewaktu pemeritahan Tomas Estrada Palma sebagai presiden pertama. Namun antara tahun 1906 - 1909 dengan menggunakan pasal-pasal dalam "Amandemen Platt" tentara Amerika Serikat menduduki kembali Kuba. Pada tahun 1934 Amandemen Platt tersebut dicabut, namun keberadaan Amerika Serikat di Teluk Guantanamo terus diperpanjang sampai saat ini.
Setelah itu beberapa kali Kuba berganti pemerintahan, pada tahun 1952 Fulgencio Batista dapat mengambil alih (kudeta) pimpinan pemerintahan Kuba. Fulgencio Batista memimpin Kuba secara diktator otoriter, hal itu berakibat rakyat merasa tidak puas sehingga banyak kelompok yang menentangnya.
Pada November 1956 Fidel Castro dengan 82 orang pejuang - dilatih oleh Alberto Bayo mantan kolonel Tentara Republik Spanyol - menggulingkan kediktatoran Batista, dalam suasana masyarakat kecewa dan tidak puas terhadap pemerintah. Castro kemudian berhasil membangun negara komunis dengan sistem satu partai yang pertama di belahan Barat dunia. Castro tidak secara resmi mengungkapkan hal itu.

Chili
Menjelang akhir abad ke-19, pemerintah Chili di Santiago menjadi lebih kokoh posisinya karena: (1)     Kedaulatan Chili atas selat Magelhaens diakui Argentina, (2)    Wilayah Chili diperluas kearah utara yang berdampak hilangnya sepertiga akses Bolivia ke Samudra Pasifik, dan (3)   ditemukannya deposit senyawa nitrat yang berharga.
Eksploitasi deposit senyawa nitrat tersebut telah membawa Chili ke era kemakmuran. Namun konflik antara "Presiden" Jose-Manuel-Balmaceda dan "Kongres" telah memicu "Perang Saudara" (1891). Perang-saudara tersebut juga merupakan pertarungan antara pihak yang menghendaki pengembangan industri dalam negeri dengan fihak perbankan Chili yang mengutamakan ekspor sumberdaya alam (khususnya House of Edwards yang memiliki hubungan erat dengan kapitalis asing). "Kongres" memenangkan konflik tersebut, dan kemudian menerapkan sistem "republik parlementer".
Pada periode "republik parlementer" tersebut terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, namun juga ditandai oleh ketidakstabilan politik dan merupakan awal timbulnya apa yang disebut sebagai "masalah sosial" yaitu adanya gerakan revolusioner dari kaum proletar. Masalah sosial tersebut timbul karena tidak terwujudnya "pemerataan kemakmuran". 
Chili selama bertahun-tahun berganti-ganti pemerintahan, baik melalui kudeta militer maupun melalui proses pemilihan. Pada tahun 1970 Allende (berfaham sosialis) memenangkan pemilihan umum. Pemerintahan Allende mengajukan suatu program yang secara garis besarnya sbb:
  •           menjalankan sistem ekonomi dan sosial yang sosialistis,
  •           meningkatkan peran kaum buruh,
  •           melakukan nasionalisasi bank-bank asing, dan
  •           memperkuat "milisi rakyat".
Dibawah Allende kondisi ekonomi dan politik di Chili tidak menjadi stabil; media, politisi, serikat buruh, dan berbagai organisasi lainnya selalu melakukan aksi-aksi yang menentang Allende. Sejumlah aksi menentang Allende tersebut didukung oleh Amerika Serikat. Hal itu menyebabkan pada awal tahun 1973 Chili mengalami krisis ekonomi dan hiperinflasi sampai 600% s / d 800%. Krisis ekonomi tersebut diperparah oleh adanya pemogokan-pemogokan yang dilakukan oleh para dokter, guru, pemilik truk, pekerja tambang tembaga dll, serta didukung oleh mahasiswa.
Pada 26 Mei 1973 Mahkamah Agung Chili secara terbuka ikut serta menentang pemerintahan Allende, dan berpendapat bahwa kebijakan Allende adalah pemicu ketidak stabilan ekonomi, politik, dan sosial di Chlili.
Pada 11 September 1973 terjadi kudeta militer menggulingkan pemerintahan Allende. Kudeta militer tersebut kemudian membentuk junta militer yang dipimpin oleh Jenderal Augusto Pinochet, dan mengambil alih kendali negara. Meskipun kudeta tersebut ilegal menurut konstitusi Chili, namun "Mahkamah Agung Chili" mendukung dan memperkuat-nya. Pada 11 September 1980 sebuah "konstitusi baru" diiberlakukan melalui suatu referendum. Referendum ini kontraversial dan dipertanyakan oleh berbagai organisasi internasional.
Jenderal Pinochet menjadi presiden republik Chili selama 8 tahun. Setelah Pinochet memperoleh kekuasaan, beberapa ratus orang revolusioner meninggalkan Chili bergabung dengan tentara Sandinista di Nikaragua ,, pasukan gerilya di Argentina, atau ke kamp pelatihan di Kuba, Eropa Timur, dan Afrika Utara. 

Bolivia

Evo Morales
 Seperti diketahui sejak merdeka sampai medio abad ke-19 Bolivia telah kehilangan lebih dari setengah wilayah ke negara tetangga karena suatu peperangan. Pada akhir abad ke-19, meningkatnya harga emas dunia telah membawa Bolivia menjadi negara yang secara ekonomi rélatip makmur dan secara politik stabil. Sementara itu selama awal abad ke-20 "timah" telah menggantikan "emas" sebagai sumber kekayaan negara yang paling penting. Dalam tiga puluh tahun pertama abad ke-20 pemerintahan Bolivia didominasi oleh oleh elit yang menjalankan kebijakan sosial dan ekonomi liberal (laissez-faire). 


Pada tahun 1951 partai yang berbasis luas, Gerakan Nasionalis Revolusioner (Movimiento Nacionalista Revolucionario disingkat MNR), memenangkan pemilihan presiden Bolivia. Kemenangannya tersebut tidak didukung oleh kekuatan-kekuatan elit, namun MNR (1952) ternyata dapat melakukan suatu perubahan dengan sukses. Presiden Victor Paz Estenssoro dengan dukungan rakyat melakukan perubahan-perubahan sbb:
  •           memperkenalkan hak pilih,
  •          melaksanakan reformasi tanah,
  •           mempromosikan pendidikan pedesaan dan
  •           nasionalisasi tambang terbesar (timah).
Pada tahun 1964, junta militer menggulingkan Presiden Estenssoro, kemudian pada 1971 Hugo Banzer Suarez (seorang Kolonel AD) diangkat sebagai presiden Bolivia. MNR (1971-1974) mendukung pemerintahan Banzer. Selama pemerintahan presiden Banzer ekonomi Bolivia tumbuh dengan mengesankan, meskipun terjadi banyak pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan krisis fiskal yang akhirnya melemahkan dukungan masyarakat terhadap-nya. Banzer pada tahun 1978 dipaksa menggelar pemilu, dan Bolivia kembali memasuki masa kekacauan politik.
Pada tahun 1979 dan 1981 dilaksanakan Pemilu, namun hasilnya tidak meyakinkan dan ditandai oleh banyak kecurangan. Setelah itu Bolivia selalu mengalami krisis politik dan ekonomi, pemerintahan tidak stabil (sering berganti-ganti melalui kudeta dan kontra kudeta militer), terjadi banyak pelanggaran HAM, dan marak praktek perdagangan narkotika. Bahkan menurut "Guinness World Records" selama kurang dari satu abad di Bolivia terjadi kudeta lebih dari 190 kali, terbanyak di dunia.
Selama pemerintahan presiden Gonzalo Sanchez de Lozada telah dilakukan reformasi ekonomi dan sosial secara agresip, dimana investor asing bisa menguasai 50% kepemilikan dan melakukan kontrol terhadap manajemen perusahaan publik seperti di perusahaan-perusahaan minyak bumi, telekomunikasi, penerbangan, kereta api dan listrik. Reformasi (dan restrukturisasi) ekonomi ini sangat ditentang oleh golongan tertentu yang terus melakukan protes dan bahkan kadang-kadang disertai kekerasan, terutama di La Paz (ibukota) dan Chapare (daerah penghasil koka).  
Pada tahun 1994 - 1996 pemerintah de Lozada menawarkan kompensasi moneter kepada petani koka ilegal di wilayah Chapare, jika mereka menghentikan penanaman koka. Kebijakan ini dapat sedikit mengurangi produksi koka. Seperti diketahui pada tahun 1990-an Bolivia adalah pemasok hampir sepertiga koka (bahan baku kokain) dunia.
Sementara itu Central Obrera Boliviana (COB) menentang berbagai kebijakan pemerintah Bolivia, namun tantangan itu tidak efektip seperti terlihat pada saat pemogokan guru (1995). Pada saat itu COB tidak dapat mengerahkan dukungan dari anggotanya termasuk dukungan dari para pekerja konstruksi dan pabrik. Pemogokan gagal. Kemudian pemerintah menyatakan negara dalam keadaan darurat militer untuk menjaga agar gangguan yang disebabkan oleh aksi para guru tersebut tidak terulang.
Seperti diketahui para guru tersebut dipimpin oleh pendukung Trotsky, dan dianggap sebagai serikat paling militan di COB. Kegagalan aksi para guru tersebut merupakan pukulan besar bagi COB, yang kemudian (1996) terperosok ke dalam pertikaian internal.
Kemudian antara Januari 1999 sampai April 2000 terjadi aksi protes dalam skala besar di kota terbesar ketiga di Bolivia (Cochabamba). Aksi protes tersebut adalah sebagai reaksi terhadap privatisasi sumber daya air. Akibat privatisai tersebut pengelola sumberdaya air (perusahaan asing) menaikan harga air sampai dan dua kali lipat.
Gonzalo Sanchez de Lozada mundur pada Oktober 2003, dan digantikan Wakil Presiden Carlos Mesa. Namun 6 bulan kemudian (Juni 2005) Mesa digantikan oleh ketua MA Eduardo Rodriguez. Pada 18 Desember 2005 Evo Morales - pemimpin sosialis pribumi - terpilih sebagai presiden.
Catatan: Pemimpin revolusioner Che Guevara dibunuh oleh tim gabungan CIA dan Angkatan Darat Bolivia pada 9 Oktober 1967, di Bolivia. Seorang perwira dalam tim yang menangkap dan menembak Che Guevara adalah Felix Rodriguez. Rodriguez mengatakan bahwa setelah ia menerima perintah presiden Bolivia, maka dilakukannya eksekusi terhadap Che Guevara.

Kolombia
FARC (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia)









Republik Kolombia seperti yang dikenal sekarang terbentuk pada tahun 1886, setelah sebelumnya terjadi perang sipil selama dua tahun. Perang sipil seperti itu sering terjadi di Kolumbia, yang paling terkenal adalah "perang sipil 1000 hari (1899 - 1902)" yang terjadi bertepatan dengan keinginan Amerika Serikat mengambil alih pembangunan "Terusan Panama". Hal tersebut berakibat Panama menjadi sebuah negara merdeka lepas dari Kolombia pada tahun 1903.
Kolombia juga terlibat dalam perang yang cukup lama dengan Peru, karena konflik teritorial. Setelah perang dengan Peru berakhir Kolombia mengalami stabilitas politik, yang diselingi jeda karena pertikaian berdarah di akhir 1940-an s / d awal 1950-an, periode tersebut dikenal sebagai periode "La Violencia (Kekejaman)".
Sejak Gustavo Rojas berkuasa melalui sebuah kudeta, dan melakukan negosiasi dengan kaum gerilyawan (1953 - 1964) suasana kekejaman mereda. Setelah Gustavo Rojas, Kolumbia berada dibawah pemimpin militer Jenderal Gabriel Paris Gordillo. Meredanya suasana kekejaman tersebut ternyata tidak meniadakan adanya kontradiksi. Bahkan kekuatan kaum gerilyawan di desa-desa akhirnya secara resmi membentuk FARC (FARC atau   Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia atau Revolutionary Armed Forces of Colombia, lihat Wikipedia) untuk melawan pemerintah yang dipandangnya pro Amerika Serikat.
Antara tahun 1980 - 1990 terbentuklah "kartel obat" yang kuat dan kejam di Kolumbia yaitu "Kartel Medellin" (Pablo Escobar)  dan "Kartel Kali", dalam hal tertentu kartel-kartel tersebut mempengaruhi politik dan ekonomi di Kolombia.
Pada tahun 1991 "Konstitusi Kolombia 1991" yang diajukan oleh "Badan Konstitusi Kolombia". diberlakukan. Konstitusi ini mengatur posisi-posisi penting di bidang politik, etnis, gender, dan hak assasi manusia (HAM).

V.                 Asosiasi Negara-negara Amerika Selatan.
Seperti diketahui pada tahun 1940 Tan Malaka telah memperkirakan, jika bumi terdiri dari 8 atau 9 "gabungan negara (negara raksasa)", maka bumi akan damai. Gabungan negara (negara raksasa) tersebut antara lain adalah "Amerika Serikat dan Canada" dengan luas daratan lk 8 juta mil persegi, dan "Amerika Selatan" dengan luas daratan lk 7 juta mil persegi.
Amerika Selatan atau Amerika Latin tersebut kini (2010) terdiri dari lebih 15 negara antara lain Argentina, Bolivia, Brasilia, Chili, Kolombia, dan Uruguay serta berpenduduk lebih dari 350 juta jiwa. Negara-negara Amerika Latin tersebut dapat dikatakan telah merupakan negara merdeka, namun tampaknya belum satupun menjadi negara "Merdeka 100%". Hanya "Trinidad & amp; amp; amp; amp; amp; amp; Tobago" serta "Antigua & amp; amp; amp; amp; amp; amp; Barbuda" yang termasuk dalam katagori "Merdeka 100% secara Kwantitatip" (lihat Merdeka100%)
Negara-negara Amerika Selatan sadar, bahwa mereka tidak akan mencapai "Merdeka 100%" jika tidak bersatu. Dan asosiasi tersebut hanya akan kokoh jika Amerika Selatan dapat menjadi "gabungan negara (negara raksasa)", dan Amerika Selatan sangat mungkin menjadi "gabungan negara (negara raksasa)" karena:
  • Memiliki sumberdaya yang cukup untuk seluruh kebutuhannya,
  • Memiliki luas wilayah yang memungkinkan setiap penduduk memiliki ruang yang cukup untuk hidupnya.
  • Memiliki iklim dan penduduk dengan adat-istiadat yang lebih kurang sama, dan
  • Mampu membentuk suatu pemerintahan yang demokratis. 

Simon Bolivar
Bahwa Amerika Selatan akan bersatu dan menjadi "gabungan negara (negara raksasa)" telah terlihat tanda-tandanya sejak lama.

Tanda itu antara lain tampak pada saat gerakan kemerdekaan Amerika Selatan (South American independence movement) pimpinan Simon Bolivar memperoleh kemenangan atas tentara pemerintah Spanyol di Ayachucho (1824).

L etak Ayacucho adalah di Peru (sekarang). Región Ayacucho adalah sebuah region (wilayah) di Peru yang memiliki luas wilayah 43.814 km².
 
Tanda-tanda bahwa Amerika Selatan akan bersatu menjadi "gabungan negara (negara raksasa) tersebut kemudian menjadi lebih nyata sejak hampir 50 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1969, dimana negara-negara Amerika Selatan telah berhasil membentuk berbagai kerja-sama antara lain sebagai berikut:
Pada 1969 lima negara Amerika Selatan yaitu Bolivia, Kolombia, Ekuador dan Peru menandatangani Andean Pact yang merupakan apa yang disebut sebagai "Andean Community".
  •               Latin American Economic System (SELA)
Pada 1975 terbentuk Latin American Economic System (SELA). Saat ini (2010) SELA beranggotakan Argentina, Barbados, Belize, Bolivia, Brasil, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Kuba, Dominika, Ekuador, El Salvador, Grenada, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Jamaika, Meksiko, Nikaragua, Panama , Paraguay, Peru, Suriname, Trinidad & amp; amp; amp; amp; amp; amp; Tobago, Uruguay, dan Venezuela.
Pada 1980 Latin American Integration Association (LALA) berdiri. LALA beranggota 12 negara yaitu Argentina, Brasil, Bolivia, Chili, Kolombia, Kuba, Ekuador, Meksiko, Paraguay, Peru, Uruguay dan Venezuela.
  •            Mercado Común del Sur (Mercosur)
Pada 1991 Mercado Cumun de Sur (Mercosur) dibentuk oleh 4 negara yaitu Argentina, Brasil, Paraguay dan Uruguay. Mercosur dimaksudkan untuk memperkuat para anggotanya menghadapi perkembangan perekonomian dunia. Mercosur memiliki pasar dan tarif impor bersama. Pada tahun 2006, Venezuela bergabung menjadi anggota penuh Mercosur.
Kerjasama antar negara-negara tersebut kiranya dapat dipandang sebagai langkah awal menuju terbentuknya "negara gabungan" di   Amerika Selatan. ..

VI.               Penutup.
Sebagai penutup dari renungan ini ingin kami kemukakan hal-hal seperti berikut ini:
  1. Negara-negara Amerika Latin bersama dengan negara-negara Asia dan Afrika yang memperoleh kemerdekaan-nya setelah Perang Dunia II dinamakan oleh Bung Karno (Presiden Pertama Republik Indonesia) sebagai New Emerging Forces. Sampai pada waktu ini the New Emerging Forces masih terus berjuang untuk membebaskan diri dari ketergantungannya terhadap kekuatan lama yang telah mapan (the Old Established Forces) khususnya ketergantungan ke kekuatan kapitalisme & amp; amp; amp; amp; amp; amp; imperialisme dibawah pimpinan Amerika Serikat,
  2. Ekonomi negara-negara Amerika Latin pada abad ke-20 masih sangat tergantung pada ekspor produk primer yang berupa hasil pertanian, perternakan dan pertambangan. Sejumlah negara Amerika Latin telah memiliki industri yang cukup maju, namun kekuatan industrinya belum cukup untuk melindungi ekonominya terutama jika terjadi suatu kegoncangan ekonomi dan perdagangan dunia.
  3. Pada awal abad ke-20 kota-kota di Amerika Selatan tumbuh dengan pesat. Kaum imigran dari Portugal, Spanyol, Italia dll terutama di Argentina dan bagian selatan Brasilia berperan besar dan ikut bertanggung jawab atas terjadinya pertumbuhan kota-kota tersebut. Kota-kota tersebut menjadi pusat lembaga-lembaga keuangan (Bank, Asuransi dll) yang didominasi modal asing, dan menjadi simpul untuk menyedot hasil kekayaan alam (kebun, ternak, dan tambang) Amerika Latin.
  4. Pemerintahan di Amerika Selatan yang dilakukan secara otoriter (militer) dan yang didukung kekuatan asing menjadi penyebab utama munculnya gerakan revolusioner. Gerakan revolusioner tersebut jika berakumulasi dan berseluk-beluk dengan: (a) konflik internal di masing-masing negara (b) kapitalisme dan imperialisme yang rakus khususnya dari Amerika Utara, dan (c) faham sosialis sebagai Pengetrapan paham Marxisme Leninisme seperti yang terjadi di Rusia , maka akan membawa terjadinya revolusi sosial seperti yang terjadi di Mesiko, Kuba dll
  5. Amerika Selatan atau Amerika Latin sekarang (2010) terdiri dari lebih 15 negara seperti Argentina, Bolivia, Brasilia, Chili, Kolombia, Uruguay dan lain-lain; berpenduduk lebih dari 350 juta jiwa. Seluruh negara-negara Amerika Selatan tersebut dapat dikatakan telah merupakan negara merdeka, namun belum satupun menjadi negara "Merdeka 100%".
  6. Negara-negara Amerika Selatan tersebut sadar, bahwa mereka tidak akan mencapai "Merdeka 100%" jika tidak bersatu. Kesadaran tersebut mulai terlihat sejak kemenangan Simon Bolivar atas Spanyol di Ayachucho (1824), dan menjadi lebih nyata dengan terbentuknya berbagai kerjasama (1969).
  7. Asosiasi negara-negara Amerika Selatan akan kokoh jika dapat menjadi "gabungan negara (lihat ASLIA). Hal itu sangat mungkin karena secara keseluruhan Amerika Selatan memiliki: (1) Sumberdaya yang cukup bagi seluruh kebutuhannya, (2) Luas wilayah yang memungkinkan setiap penduduk memiliki ruang yang cukup, (3) Iklim dan adat-istiadat penduduk yang lebih kurang sama, dan (4) Kemampuan membangun pemerintahan yang demokratis.
Demikianlah renungan singkat tentang Amerika Selatan di abad ke-20 dan semoga bermanfaat!
*
The United States appear to be Destined by Providence to plague America with misery in the name of liberty (Simon Bolivar)
*